Mazhab pertama yang terdapat di Aceh adalah mazhab Syiah, hal ini diperkuat dengan beberapa peninggalan syiah di Aceh. Antara lain kerajaan Peurlak yang terletak di Aceh timur pada tahun 840 Masehi sebagai kerajaan Islam pertama di Aceh. Kerajaan tersebut didirikan oleh para pendatang asing yang bermazhab Syiah. Beberapa peninggalan syiah di Aceh antara lain: Pemujaan terhadap Ahlul Bayt, tradisi Asyura, Lagu pujian terhadap Ahlul Bayt, dan tari saman. Lengkapnya download file di bawah!
Aceh diyakini sebagai tempat awal masuknya Islam ke Nusantara, hal ini disebabkan letak Aceh yang sangat strategis, yaitu di perairan selat Malaka yang merupakan pintu gerbang bagi para pelaut yang akan memasuki wilayah Nusantara. Penyebaran Islam di Nusantara dilakukan oleh para pedagang dan ulama yang berasal dari Arab, Gujarat, India dan Persia.
Mazhab pertama yang terdapat di Aceh adalah mazhab Syiah, hal ini diperkuat dengan beberapa peninggalan syiah di Aceh. Antara lain kerajaan Peurlak yang terletak di Aceh timur pada tahun 840 Masehi sebagai kerajaan Islam pertama di Aceh. Kerajaan tersebut didirikan oleh para pendatang asing yang bermazhab Syiah. Beberapa peninggalan syiah di Aceh antara lain: Pemujaan terhadap Ahlul Bayt, tradisi Asyura, Lagu pujian terhadap Ahlul Bayt, dan tari saman. Lengkapnya download file di bawah!
1 Comment
Jamaah Muslim Syiah Imamiyyah di Indonesia yang terhimpun dalam beberapa ormas tentu mempunyai marja` al-taqlîd, seperti halnya Syiah Imamiyyah di negara-negara lain. Namun demikian perlu penelitan mendalam bagaimana konstruksi marja` al-taqlîd dan implementasinya sehingga diketahui rekonstruksi marja` al-taqlîd Syiah Imamiyyah di Indonesia.
Berikut ini artikel ilmiah tentang Syiah di Aceh berdasarkan kajian sejarah, budaya, dan tradisi keagamaan di masyarakat Aceh. Ditulis berdasarkan riset oleh tiga akademisi. Silakan donwload file PDF di bawah! ![]()
![]()
Di antara tokoh tafsir yang berbicara secara panjang lebar tentang tafsir batini adalah Al-`Allâmah Al-Sayyid Muhammad Husain Al-Thabâthabâ`î--selanjutnya ditulis Al-Thabâthabâ'î--(1321—1401 H/1903-1981 M). Ia, sebagaimana dilansir Nasr, adalah tokoh Syiah yang mengusung tafsir batini di samping teosofis.
Penilaian serupa dilontarkan `Alî Al-Ausî dan pihak penerbit Al-Mîzân fî Tafsîr Al-Qur'ân (selanjutnya ditulis Al-Mîzân). Kajian terhadap tokoh ini kaitannya dengan wacana tafsir batini jarang—jika tidak dikatakan belum—dilakukan. Padahal, pandangan-pandangannya tentang persoalan ini menarik dikaji tidak saja karena ia mewakili mufasir Syiah modern abad ke-20, tetapi juga berbeda dengan mufasir-mufasir lain yang merumuskan atau mempraktekkan tafsir batini. Selengkapnya download file di bawah! |
Buku adalah taman para ilmuwan Archives
April 2024
Categories
All
|