Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Filsafat Way of Life

15/10/2019

0 Comments

 
Alkisah, pada zaman Plato, hiduplah seorang filusuf yang eksentrik. Namanya Diogenes (tidak begitu terkenal). Ia menentang semua konvensi sosial. Ia memilih hidup bebas; tidak punya rumah, tidak punya istri, tidak punya apa-apa. Ia tinggal bertetangga dengan anjing-anjing dan hidup seperti mereka. Tetapi dalam Filsafat Helenistik, ia dibaptiskan sebagai Pendiri dan Teladan aliran Sinisme. Konon, istilah sinis diberikan Plato, karena sinis berasal dari kata kunikoi, yang dalam bahasa Yunani berarti anjing. Ia tidak dipengaruhi tekanan politik, ekonomi atau sosial. Karena itu, ia digelari l’uomo piû félice, manusia yang paling bahagia. ​
Picture
Ia disebut sebagai salah seorang filusuf, walau tidak meninggalkan satu lembar pun tulisan. Ia dikenal sebagai filusuf karena menjadikan filsafatnya sebagai way of life. Ia mengkritik filsafat yang berupa permainan wacana, yang menjelaskan kata-kata dengan kata-kata. 
 
Diogenes adalah lawan Plato paling tangguh. Beberapa kali keduanya bertemu. Plato digambarkan selalu kalah. Pada suatu hari Plato sedang memberi kuliah berkaitan dengan teorinya tentang ide, tentang esensi (Arab: mahiyah; Inggris: quiddity). Ia menunjuk ke sebuah cangkir di atas meja. Ada satu cangkir di atas meja. Tetapi sebelum ada cangkir ada konsep “kecangkiran.” Kecangkiran mendahului semua cangkir tertentu. 
 
“Aku melihat cangkir di atas meja, tapi aku tidak melihat kecangkiran”, tiba-tiba Diogenes menginterupsi kuliah. Dengan agak jengkel karena interupsi itu, Plato menukas, “Kamu bisa melihat cangkir karena kamu punya mata. Tetapi (sambil memberi isyarat dengan jarinya, menyentuh kepalanya), kamu tidak punya akal (intellect) untuk memahami kecangkiran.” 
 
Diogenes bangkit dan berjalan menuju meja. Ia memeriksa cangkir, melihat ke dalamnya dan bertanya, “Apakah cangkir ini kosong?” Plato mengangguk. “Di manakah “kekosongan” yang mendahului semua kosong” tanya Diogenes. Plato berfikir sejenak. Tiba-tiba Diogenes mendekati Plato, mengetuk kepala Plato dengan telunjukanya dan berkata, “Kekosongan ada di sini!”. 
 
Keapaan sesuatu (disebut esensi, “the whatness”, quiddity) diperoleh dengan mendefinisikannya. Ali dan Ani adalah orang-orang yang bisa kita lihat. Orang-orang itu konkret. Manusia itu abstrak. Manusia itu konsep, yang tidak bisa kita lihat. Ia hadir dalam benak kita sebagai definisi. Plato mendefinisikan manusia sebagai “binatang berkaki dua yang tidak berbulu”. Diogenes datang ke kelas Plato, sambil membawa ayam yang bulu-bulunya sudah dicabuti. “Inilah manusia menurut Plato,” ujarnya. Konon, sesudah itu Plato menambahkan “dengan kuku-kuku yang lebar dan rata.”  
 
Plato dan Diogenes seakan-akan mewakili dua aliran besar dalam filsafat. Plato melihat filsafat sebagai latihan intelektual untuk memahami obyek filsafat. Pada zaman moderen ajaran Plato itu mencapai puncaknya pada filsafat analitis (juga sebagian filsafat kontinental). Karena canggihnya, filsafat menjadi spesialisasi akademis yang jauh dari kehidupan nyata.  
 
Sekarang ada upaya global untuk mengembalikan lagi filsafat sebagai way of life, tidak persis seperti Diogenes, tentu saja. Filsafat dibahas dalam relevansinya untuk mencari solusi masalah-masalah kemanusiaan. Filsafat dirujuk untuk mencari makna hidup, mengejar kebahagiaan, melepaskan ketakutan, menentukan pilihan antara baik dan buruk.
 
Kajian filsafat kita ini dimaksudkan untuk menjadi bagian global dari gerakan mengembalikan filsafat kepada akarnya--menurut Pierre Hadot, kepada--la philosophie comme mode de vie, filsafat sebagai way of life; bukan sekadar discours philosophique, wacana falsafi saja. Kita bakal berjumpa bukan hanya dengan Diogenes, tetapi juga Socrates, Plato, Aristoteles, Marcus Aurelius, Cicero, … juga Maimonid, al-Farabi, Ibn Sina, Mula Shadra dalam tradisi filsafat profetik Ibrahimiah… juga Schopenhauer, Kierkegaard, Nietzsche… dan lain-lain di Kajian Filsafat sebagai Way of Life.    
 
Sahabat Anda
Jalaluddin Rakhmat
 
Ikuti Paket Kajian Filsafat sebagai Way of Life bersama Ustadz Jalal setiap Sabtu sore jam 15.30-17.30 wib di Bandung, yang akan dilaksanakan selama 12 kali pertemuan. Info selengkapnya hubungi WA 0822-1871-2401 by Komunitas Islam Madani – IJABI. 

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.


    Yayasan Muthahhari

    Untuk informasi, silakan klik logo di bawah!

    Klik


    Arsip

    All
    Agama
    Ahlulbait
    Ahmadiyah
    Ajaran
    Al-Mizan
    Alquran
    Arab
    Berita
    Buku
    Empati
    Euis Kartini
    Filsafat
    Fiqih
    Hadis
    Haul
    Haul Ke 1
    Hermeneutika
    Hoax
    IJABI
    Ilmiah
    Imam Mahdi
    Indonesia
    Islam
    Islam Madani
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Kajian Kang Jalal
    Kang Jalal
    Kebangsaan
    Kebudayaan
    Kelas Hadis
    Kelas Tafsir
    Khilafah
    LPII
    Marjaiyyah
    Milad
    Muthahhari
    Pancasila
    Pelajaran
    Pendidikan
    Pluralisme
    Radikalisme
    Ramadhan
    Sejarah
    Sekolah
    Sunni
    Syiah
    Tafsir
    Tasawuf
    Tradisi
    Ulama
    Wiladah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.