Kang Jalal .. met jalan ... sampai jumpa .. #utangRasa .. dulu waktu kuliah aku sering nguping ceramah-ceramahmu ..sampai bisa menirukan pelafalan Arab-mu.
-- Sujiwo Tejo
Budayawan
Almarhum adalah cendekiawan muslim yang produktif menulis dengan tulisan yang menarik, ceramah-cermahanya juga memikat. Mungkin di belakang hari memilih jalur pemikiran yang berbeda dari arus utama cendekiawan muslim Indonesia, tetapi hal itu menjadi bagian dari dinamika seseorang dalam perjalanan hidupnya sekaligus keragaman dalam pemikiran keislaman di dunia Islam. Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni kesalahannya, diterima amal shalehnya, serta ditempatkan di sisi Allah SWT. Keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman dan kesabaran.
--Prof Dr KH Haedar Nashir
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
….. kritikan Kang Jalal itu yang membuat saya kagum dan ingin lebih banyak lagi membaca buku-bukunya. Tradisi kritik-mengkritik dengn elegan dan bernas itu kini mulai punah. Yang ada adalah rasa tersinggung dan lapor polisi. Bukan kritik tapi cacian. Dan sungguh saya merindukan masa-masa ketika kita bisa berbeda namun tetap tertawa bersama. Untuk almarhum Kang Jalal, Abah, Fazlur Rahman, dan Cak Nur....lahumul fatihah.
--Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI NU New Zealand & Australia
Selamat Jalan, Kang Jalal. Selamat menikmati keheningan dan kebeningan tanpa kegaduhan, bercengkerama dengan Kekasih yang permaafannya seluas bumi dan langit. Doakan, dari atas sana, agar kami bisa merawat dan menyemaikan peninggalan-peninggalan kembara pemikiran, ajaran cinta, dan aksi-aksimu membela kaum lemah dan minoritas yang tertindas demi semua warga negeri ini. Semoga Tuhan menolong kita semua.
--Haidar Bagir
Direktur Utama Kelompok Mizan, Pengajar Filsafat dan Tasawuf
Jalaluddin Rakhmat mungkin hanya menguasai ilmu biasa, non laduni. Tapi siapapun yang pernah mendengar ia bicara dalam diskusi, atau membaca artikel dan buku-buku karyanya, tidak mungkin menyimpulkan lain kecuali bahwa ia seorang yang brilian. Keunggulan lisannya setara dengan kecanggihan tulisannya. Mungkin ia kini bahagia karena mengawali karirnya sebagai guru, dan mengakhirinya sebagai guru pula, Ia tampaknya cukup puas dengan tak henti belajar apa saja, dari buku-buku dalam sejumlah bahasa. Kalaupun ia bukan penulis besar, ia pastilah seorang pembaca besar. Dan ia ingin anak-anak didiknya, di sekolahnya maupun forum-forum non sekolah, tak pernah lelah mencintai pengetahuan.
--Hamid Basyaib
Aktifis, Jurnalis, Penulis
Kang Jalal menghadapi kelompok keras intoleran, dengan sabar, tabah, serta cukup membacakan ayat-ayat al Quran dan menyampaikan pesan Nabi. Karena itu saya berkeyakinan, almarhum-lah sebagai pahlawan sejati, "He is a true hero," sebab pahlawan sejati adalah orang yang mampu menghadapi serangan kelompok intoleran dengan akhlak karimah. Beliau telah mempraktikan buku yang ditulisnya sendiri, "Dahulukan Ahklak di atas Fiqih." Kang Jalal-lah sebagai Galilie dan Hujur bin ‘Adi, karena Kang Jalal dalam menyikapi serangan, cukup dengan sikap moderasi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran serta menyampaikan pesan Nabi. Kang Jalal-lah sebagai perintis sikap moderasi di Kampus UIN Alauddin. Selamat jalan Kang Jalal, you are a true hero, engkau telah pergi selamanya dari kegaduhan dunia, menuju kepangkuan Tuhanmu Yang Maha Rahim dengan penuh damai dan mutmainnah. Kami yang masih hidup di dunia ini, hanya bisa berdoa, semoga dalam waktu tidak terlalu lama, lahir lagi Maha Guru Baru, seperti yang engkau cerminkan. Amin, ya Rabbal alamin!
--Prof. Dr. H Ahmad M Sewang, MA
Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Saya merasa sangat kehilangan dengan kepulangan sosok intelektual-ilmuwan Jalaluddin Rakhmat. Teman diskusi yang cerdas untuk membahas dan menguji ulang berbagai doktrin keislaman warisan sejarah Islam pasca wafatnya Rasulullah. Dengan riset dan argumen ilmiah, Kang Jalal selalu antusias mengkritisi bangunan mazhab pemikiran Sunni-Shiah yang telah mengkristal jadi ideologi yang cenderung tertutup, seakan mazhab telah identik dengan Islam. Padahal mazhab itu produk sejarah yang tidak steril dari kepentingan penguasa. Semoga almarhum tenang dan damai di rumah barunya, bersanding dengan keluarga ahlulbait yang selalu dia kagumi dan bela.
--Komaruddin Hidayat
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia