Menurut Erba, dalam presentasi karya ilmiah di hadapan peserta yang memadati ruang aula Muthahhari, bahwa pendidikan di Muthahhari bersifat terbuka dengan perbedaan mazhab, plural, dan penanaman spiritualitas Islam.
Meski disebut sekolah Syiah dalam media sosial, tetapi Muthahhari tetap bertahan dan masih terus menjalankan pendidikannya. Gempuran orang-orang yang tidak suka dengan Muthahhari, yang sebenarnya “menyerang” sosok Jalaluddin Rakhmat selaku tokoh Syiah, tidak menyebabkan sekolah Muthahhari bubar. Namun, meski dengan jumlah murid yang menurun, tetap bisa berjalan dan meraih prestasi serta alumninya masuk dalam perguruan tinggi negeri dan beberapa murid melanjutkan pendidikan di luar negeri.
“Kunci dari keberhasilan sekolah Muthahhari adalah manajemen spiritual dan model kepemimpinan yang dirujuk kepada Rasulullah saw. Dalam setiap aktivitas murid atau sekolah senantiasa baca shalawat dan shalat berjamaah. Ini salah satu budaya spiritualitas Islam. Kemudian empati juga ditanamkan pada para murid sehingga menerima perbedaan dan semangat membantu di antara sesama teman sekolah. Bahkan melakukan kegiatan sosial di masyarakat. Aktivitas tersebut menumbuhkan spiritualitas di para murid,” ujar Erba.
Empati
Empati yang diungkapkan oleh Dr Erba dibenarkan oleh Jalaluddin Rakhmat yang menjadi narasumber kedua. Menurut Kang Jalal—sapaannya—bahwa ia pernah menyampaikan saran kepada menteri pendidikan untuk pendidikan cukup menanamkan empati. Sebab empati akan berguna menyadarkan manusia untuk saling menyanyangi, hormat dengan perbedaan, dan memiliki jiwa kebersamaan. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dan menguatkan dasar-dasar ideologi Pancasila dalam tataran praktis.
Selain menyampaikan apresiasi atas karya ilmiah Dr Erba, Kang Jalal juga bercerita tentang masa lalunya dalam membangun Yayasan Muthahhari dan menguraikan pendidikan bedasarkan studi neurosains.
Kang Jalal menyebut seorang peniliti dari UIN Jakarta yang meraih doktor atas biografinya di Australia. Peniliti tersebut menyebutkan misi hidup Kang Jalal adalah memberikan pencerahan pemikiran Islam dalam bentuk lembaga pendidikan dan organisasi keagamaan Islam bernama IJABI. Jadi, gerak praktis dari pencerahan pemikiran yang dicetuskan Kang Jalal bentuknya terlihat dari sekolah-sekolah Muthahhari dan menanamkan cinta Rasulullah saw serta bersikap mendahulukan akhlak.
Demikian yang bisa kami laporkan dari acara Diseminasi LPII ke-4. Acara yang digelar dari pagi hingga siang ini diakhiri dengan doa oleh Ustadz Miftah Rakhmat, yang juga sebagai moderator.
Sebelum ditutup, panitia menyampaikan terima kasih untuk peserta dari kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung: dosen dan mahasiswa, para jamaah dari berbagai tempat yang hadir, aparat kepolisian beserta kodim, dan lainnya. [altanwir.net]