Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

​Mempertahankan Islam, Berarti Mempertahankan Kebudayaan

4/6/2017

0 Comments

 
“Ketuhanan yang harus dikembangkan adalah ketuhanan yang mempertemukan agama dengan budaya. Agama kita datang ke setiap tempat dan diberi warna oleh kebudayaan tempat itu. Ada agama Islam gaya Iran, yang dibentuk oleh kebudayaan Iran. Ada juga agama Islam gaya Indonesia, yang dibentuk oleh kebudayaan Indonesia. Bahkan ada penulis yang menulis buku tentang Islam Indonesia dan Islam Maroko, yang memperihatkan perbedaan antara Islam di Indonesia dan Islam di Maroko. Dari Islam yang tersebar dan bertemu kebudayaan setempat itu ada persamaan, seperti dalam shalat semuanya rukuk ke depan. Tidak ada satu pun orang Islam yang rukuk ke belakang, karena selain tidak ada contohnya dari Nabi, itu bisa sangat membahayakan,” papar Jalaluddin Rakhmat dalam talk show Pancasila yang digelar Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Aula Muthahhari, Bandung, Kamis 1 Juni 2017.
Lebih jauh Anggota DPR RI yang juga Ketua Dewan Syuro IJABI ini menerangkan bahwa ketika mempertahankan Islam, berarti sama dengan mempertahankan kebudayaan. Ketika mempertahankan kebudayaan, berarti sama dengan mempertahankan Islam itu sekaligus.
 
“Setelah globalisasi, standarisasi mulai terjadi. Islam mulai dilepaskan dari budaya-budaya. Islam itu harus satu semuanya. Islam itu harus dijadikan sebagai Identitas. Dahulu kita menjadikan budaya sebagai indentitas, sekarang malah Islam yang dijadikan identitas. Islam itu katanya sama di semua negeri. Misalkan dalam pakaian maka mereka pun ingin menyamakan itu semua. Penampilan orang Islam itu harus sama. Juga ada standarisasi perjuangan Islam, yaitu mendirikan negara Islam, yang puncaknya adalah mendirikan khilafah yang harus meliputi seluruh dunia,” papar Kang Jalal (sapaan dari Jalaluddin Rakhmat).
 
Selain Kang Jalal, yang mengisi talk show Pancasila adalah Asep Salahudin yang merupakan kolomnis dan aktivis Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Asep bahwa dahulu sebelum Indonesia berdiri dan menjadi negara, para pendahulu yang tergabung dalam organisasi kedaerahan, politik, dan keagamaan sudah memiliki imajinasi tentang pentingnya persatuan di seluruh Nusantara dengan membentuk NKRI. Karena sudah final, maka seluruh rakyat Indonesia mesti merawat, menjaga, dan membangun Indonesia dengan lebih baik. (Ainiy)
Picture
Dr Jalaluddin Rakhmat (kiri), Dr Asep Salahudin (tengah), dan Ustadz Miftah Rakhmat (kanan).
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.


    Yayasan Muthahhari

    Untuk informasi, silakan klik logo di bawah!

    Klik


    Arsip

    All
    Agama
    Ahlulbait
    Ahmadiyah
    Ajaran
    Al-Mizan
    Alquran
    Arab
    Berita
    Buku
    Empati
    Euis Kartini
    Filsafat
    Fiqih
    Hadis
    Haul
    Haul Ke 1
    Hermeneutika
    Hoax
    IJABI
    Ilmiah
    Imam Mahdi
    Indonesia
    Islam
    Islam Madani
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Kajian Kang Jalal
    Kang Jalal
    Kebangsaan
    Kebudayaan
    Kelas Hadis
    Kelas Tafsir
    Khilafah
    LPII
    Marjaiyyah
    Milad
    Muthahhari
    Pancasila
    Pelajaran
    Pendidikan
    Pluralisme
    Radikalisme
    Ramadhan
    Sejarah
    Sekolah
    Sunni
    Syiah
    Tafsir
    Tasawuf
    Tradisi
    Ulama
    Wiladah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.