Ustadz Babul menyampaikan tentang metodologi dan referensi yang digunakan Ustadz Jalal dan mempraktikan metode penelitian dalam sejumlah hadis seperti larangan menulis hadis, meminum-minuman keras, dan istilah ummiy. Melalui historical critical method (MCM) maka sejumlah hadis yang memerlukan penjelasan bisa diketahui. Bahkan, kebenaran informasi bible tentang putra Ibrahim yang disembelih bisa digugurkan argumennya.
“Dalam kristen yang disembelih itu Ishak. Nah, ini bisa dikritik dengan metode yang dipakai oleh Ustadz Jalal,” ungkapnya.
Selain mengupas hadis dan perkembangan studi hadis, Ustadz Babul juga menyatakan bahwa pertemuan Sunni dan Syiah bukan hanya terjadi pada tasawuf yang menghubungkan para guru sufi dengan wali-wali Allah dari Ahlul Bait Rasulullah saw seperti Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Ali Zainal Abidin, Imam Baqir, Imam Jafar, Imam Musa, dan Ali Ridha. Dari jalur Imam Ali Ridha ini garis tarekat dan guru-gurunya terhubung langsung kepada Rasulullah saw.
Menurut doktor hadis lulusan UIN Jakarta ini, ternyata dalam hadis pun terjadi pertemuan dengan diakuinya sejumlah rawi dari Syiah yang tercantum dalam kitab-kitab hadis Ahlusunnah seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Bahkan, dalam kitab hadis Syiah pun terdapat 197 sahabat dan tabiin yang riwayat-riwayatnya diterima diakui dalam kitab-kitab hadis Syiah (lihat Buku Putih Mazhab Syiah, halaman 59-72).
Selesai tanya jawab, pertemuan perdana diakhiri dengan doa dan para peserta yang hadir mendapatkan artikel Asal Usul Sunnah Sahabat karya Jalaluddin Rakhmat. Insya Allah kajian akan dilanjutkan sabtu depan dengan membahas desertasi Ustadz Babul yang berjudul Al-Muawiyyat: Hadis-hadis Politis Keutamaan Sahabat. (as)