Pertama tentang Dua Belas Imam di kalangan Ahlulbait disebutkan dalam hadis-hadis Nabi, salah satunya dalam hadis Bukhari. Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa umat ini akan selalu tegak selama lewat di hadapan mereka 12 imam; di dalam hadis itu disebut 12 khalifah.
Di dalam Shahih Muslim diceritakan lebih banyak lagi tentang 12 imam itu (dalam Shahih Bukhari, kitab al-ahkam, 9: 147; Shahih Muslim, kitab al-Imarah, dengan tujuh jalan). Dengan demikian, imam yang dua belas itu didasarkan pada hadis-hadis Nabi.
Apakah keimaman itu diberikan oleh umat? Tidak. Kita akan kerepotan kalau masalah imamah diberikan kepada umat karena nanti kriterianya menjadi sangat tidak jelas. Nanti kriteria popularitas yang menyebabkan seseorang menjadi imam, bukan keutamaan, sedangkan akhlak batiniah tidak diketahui oleh umat.
Lalu, siapa Dr.Musa Al-Musawi itu? Syaikh At-Tijani pernah bercerita dalam sebuah pesta pernikahan di Paris (Perancis), ada orang Tunisia yang mengejek At-Tijani dengan mengatakan ada argumentasi yang kuat untuk mengalahkan At-Tijani. At-Tijani itu terkenal pandai berbicara dan sukar untuk dikalahkan. Kemudian orang itu mengeluarkan buku Dr.Musa Al-Musawi. Al-Musawi ini, kata orang itu, adalah dari kalangan ulama besar Syiah. Di dalam buku itu Al-Musawi menceritakan kesesatan-kesesatan Syiah. Kata orang itu, ini orang dalam sendiri yang tahu, yang menceritakannya. Ini adalah hujjah yang kuat.
Kemudian orang itu membaca pengantar buku tersebut. Di dalam buku itu, Al-Musawi bercerita tentang kakeknya yang seorang ulama besar Syiah. At-Tijani kemudian bertanya, apa yang Anda maksud bahwa penulis buku ini adalah hujjah yang kuat? Soalnya begini, lanjut At-Tijani, bagaimana Anda menilai seseorang yang mengatakan bahwa dia berguru kepada kakeknya, memuji-muji kakeknya, dan setelah itu menganggap seluruh ajaran kakeknya itu salah. Kalau Anda mempunyai anak, kemudian anak itu mengatakan saya berutang budi kepada ayah saya karena dari ayah sayalah belajar agama. Dipuji-pujilah ayahnya. Lalu, setelah itu semua ajaran ayahnya dianggap sesat. Menurut Anda anak macam apakah itu? Orang itu tidak menjawab. Menurut saya, orang itu adalah orang gila.
[Jalaluddin Rakhmat, Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer. Bandung: Mizan, 1999. Halaman 247-249]