Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Dakwah dengan Bahasa Kaumnya

7/6/2020

0 Comments

 
Tanya: Dalam menilai dakwah, Bapak menyebutkan jangan menggunakan selera pasar. Apa bedanya dengan pendekatan terhadap mustami’ (pendengar) seperti yang diajarkan Rasulullah saw bahwa kita juga berdakwah harus memakai bahasa kaumnya?​
Jawaban:
Pasar itu harus kita perhitungkan, tetapi jangan menggunakan selera pasar. Gunakanlah istilah pendekatan terhadap mustami’ atau menggunakan bahasa kaumnya. Kalau kita berdakwah dengan menggunakan bahasa kaum yang didakwahi, artinya kita berdakwah dengan jelas dapat dipahami kaumnya. Kita berdakwah bukan untuk memenuhi keinginan konsumen seperti kita menjual barang.
 
Saya pernah mendapat nasihat dari seorang mubaligh yang saya hormati ketika dia mengetahui nama saya dicoret di berbagai tempat. Mubaligh itu datang ke rumah saya mungkin karena cinta kasihnya kepada saya. Dia berkata: “kita ini, da’i, harus seperti sopir angkutan kota. Kalau kata penumpang stop, kita harus berhenti. Dengan demikian, kendaraan kita ini akan penuh dengan penumpang. Tetapi, Anda ini saya lihat mau berjalan sendiri, tidak menghendaki kehendak penumpang.” Lalu, saya jawab: “itu karena saya memilih mempunyai mobil sendiri daripada angkutan kota.” Mungkin mubalig itu berpikir bahwa saya harus memenuhi selera pasar, tetapi dengan kata lain saya harus berbicara dengan bahasa kaumnya. Yang saya pahami dari perkataan berbicara bahasa kaumnya itu bahwa saya harus berdakwah dengan memperhatikan kondisi dan keadaan para pendengar saya. Dengan pengamatan yang cermat saya harus mengetahui karakteristik pendengar, bukan menyesuaikan pesannya dengan keinginan pendengar.
 
Dakwah itu sebetulnya harus menyampaikan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh orang banyak. Kalau mengikuti selera pasar artinya kalau kita berdakwah di tempat orang-orang jahat, mereka ingin kejahatannya dibenarkan. Kalau berdakwah di kalangan para koruptor, mereka ingin kita membacakan hadis-hadis yang membenarkan korupsi mereka. Di sini da’i tidak mempengaruhi pendengar, tetapi da’i-lah yang dipengaruhi. ***
 
Jalaluddin Rakhmat, Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer. Bandung: Mizan, 1999; halaman 199-200.
0 Comments



Leave a Reply.

    Picture


    ​Arsip

    July 2022
    January 2021
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    March 2020
    January 2020
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    March 2018
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017


    Tema

    All
    Abdullah Bin Saba
    Abu Thalib
    Agama
    Ahlulbait
    Akhirat
    Akhlak
    Allah
    Alquran
    Anak
    Asyura
    Baligh
    Dakwah
    Doa
    Fanatik
    Fathimah
    Fidyah
    Fiqih
    Gaib
    Hadis
    Haid
    Husain
    Ibadah
    Ijtihad
    Ikhlas
    Ilmu
    Imam
    Imamah
    Indonesia
    Islam
    Isra Miraj
    Istihsan
    Jihad
    Judi
    Jumat
    Kafir
    Keluarga
    Khitan
    Khumus
    Kubur
    Kuis
    Mahdi
    Maksum
    Mazhab
    Media
    Menyogok
    Mubaligh
    Mushaf
    Musyrik
    Muthahhari
    Negeri
    Neurosains
    Orangtua
    Pahala
    Pejabat
    Pekerjaan
    Pendidikan
    Penyakit
    Perpustakaan
    Perubahan
    Puasa
    Pulang
    Qadha
    Qurban
    Rahmat
    Raj'ah
    Ramadhan
    Rasulullah
    Rokok
    Safar
    Sahabat
    Sejarah
    Setan
    Shalat
    Shalawat
    Siksa
    Sujud
    Sunni
    Surga
    Syaban
    Syiah
    Takbir
    Talfiq
    Taqlid
    Tawasul
    Ushul Al-Kafi
    Wajib
    Waktu
    Wanita
    Zakat

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.