Mengapa Imam Mahdi itu gaib? Sayid Muhammad Baqir Shadr (ulama Syiah di Irak) pernah menjawab beberapa kemusykilan tentang gaibnya imam itu. Misalnya, kemusykilan yang pertama katanya Imam yang Kedua Belas itu diangkat menjadi imam pada usia lima tahun. Apa mungkin, katanya, orang yang berusia lima tahun bisa menjadi imam? Sayid Baqir Shadr menjawab dengan bagus sekali. Baqir Shadr menulis sanggahan-sanggahannya itu pada usia empat belas tahun. Jadi, dia tidak heran kalau saat berumur lima tahun Imam Mahdi sudah menjadi imam.
Imam yang kedua belas itu adalah putra Imam Hasan Al-Askari. Pada usia lima tahun, pemerintah yang berkuasa pada waktu itu berusaha untuk membunuhnya. Pemerintah mengejar-ngejar dan mencari untuk membunuhnya dan berusaha memisahkan Imam yang ke-12 itu dari para pengikutnya. Seandainya imam yang baru berusia lima tahun itu orang yang tidak tahu apa-apa, maka pemerintah tidak akan repot-repot mencari-cari dan memisahkan dia dari para pengikutnya. Kalau pemerintah berusaha memisahkan dia dari pengikutnya, secara tidak langsung tidak langsung itu merupakan kesaksian bahwa imam itu sangat berpengaruh dan sangat cerdas sehingga harus diperhitungkan. Kalau ia bodoh, seperti anak-anak, tentu tidak akan membahayakan.
Imam yang Kedua Belas ini masih hidup sampai sekarang. Apakah itu tidak melanggar sunnatullah karena usia manusia itu paling tinggi hanya sampai 80 atau 120 tahun saja. Sementara imam ini sampai usia 1.000 tahun masih hidup?
Menurut Baqir Shadr, proses penuaan itu bisa berjalan cepat bisa juga lambat. Ada orang yang cepat tua karena kelenjar-kelenjar tertentu. Ada anak dalam tempo lima tahun sudah menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, sudah tumbuh bulu-bulu. Kemudian, pada usia sepuluh tahun sudah mulai keriput dan pada umur lima belas tahun meninggal dunia. Ada juga orang yang awet muda. Jadi, proses penuaan itu sangat relatif. Dan menurut Sayid Baqir Shadr selanjutnya dalam Al-Quran disebutkan bahwa usia Nabi Nuh as bisa mencapai 900 tahun. Lalu, kalau ada orang yang bisa mencapai umur 900 tahun, mengapa kita tidak percaya kalau ada orang yang umurnya mencapai 1.000 tahun?
Kemusykilan yang lain, kata Sayid Baqir Shadr, Imam Mahdi itu dimaksudkan untuk membereskan dunia ini nanti, untuk menegakkan agama Islam. Mengapa usia Imam Mahdi ini harus dipanjangkan? Mengapa Allah tidak membangkitkan pemimpin pada zamannya saja nanti? Kata Sayid Baqir Shadr, setiap orang adalah anak zamannya. Jadi, pikiran, perasaan, dan informasi yang diperlukannya sangat dipengaruhi oleh zamannya sehingga dia tidak bisa lagi menjadi pengamat objek tipe zaman yang dihadapinya.
Oleh karena itu, orang yang akan memerintah dan memperbaiki zamannya itu nanti jangan orang yang pada zamannya saja, tetapi orang yang sudah menyaksikan berbagai zaman sebelumnya supaya lebih objektif. Nah, memperbaiki dunia yang sangat kompleks ini memerlukan orang yang berpengalaman yang menyaksikan jatuh bangunnya peradaban sepanjang sejarah, sehingga dia mempunyai pengalaman kapan peradaban itu jelek dan apa kelemahan peradaban itu. Dan untuk itulah Imam Mahdi terus dihidupkan supaya menyaksikan jatuh bangunnya peradaban zaman, belajar dari sejarah kemanusiaan yang panjang sehingga dari pelajaran itu Imam Mahdi memperbaiki dunia.
[Jalaluddin Rakhmat, Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer. Bandung: Mizan, 1999. Halaman 250-252]