SAYA mohon maaf, mungkin saya hanya dapat memberikan jawaban yang singkat saja. Ada orang yang mempertanyakan, apakah beramal dengan mengharapkan ganjaran dari Allah itu amal yang tidak ikhlas? Sebab kalau amal itu ikhlas seharusnya tidak mengharapkan ganjaran. Pokoknya mengharapkan keridhaan Allah Swt. Tetapi mengharapkan keridhaan itu sebetulnya ganjaran juga.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 77, “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (Kenikmatan) duniawi.” Jadi, beramal untuk mendapatkan pahala dari Allah itu juga merupakan perintah Allah Swt dan itu merupakan keikhlasan.
Bagaimana kita menghilangkan riya di dalam hati? Kita harus selalu bertanya dalam hati, apakah amal yang saya lakukan itu dipengaruhi oleh reaksi orang lain terhadap diri kita atau tidak? Kalau saya ini mendadak jadi rajin bila orang memuji-muji saya, nah itu harus hati-hati. Tetapi kalau Anda tidak peduli, apakah orang-orang memuji atau mengejek, Anda tetap meneruskan amal itu karena diperintahkan oleh Allah Swt. Itu adalah tanda ikhlas.
Misalnya Anda mengaji di Masjid Al-Munawwarah. Kemudian Anda mendapat penghargaan bahwa Anda termasuk kelompok intelektual angkatan baru Islam. Kalau Anda merasa begitu, kemudian bersemangat maka Anda harus berhati-hati. Begitu pula, kalau Anda tidak jadi mengaji karena orang-orang nencurigai. Setelah Anda mengaji di masjid Al-Munawwarah, banyak orang yang curiga, malah Anda dibenci. Lalu Anda tidak mengaji, itu tanda tidak ikhlas. Kalau Anda tidak peduli apakah dikecam atua dipuji, Anda tetap mengaji karena perintah Allah, itu tandanya Anda ikhlas. Memang untuk mengatasi riya kita harus melakukan banyak latihan dan pengajian terus menerus.***
Jalaluddin Rakhmat, Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer. Bandung: Mizan, 1999; halaman 3-4.