Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Abstraksi Disertasi Dr Rosihon Anwar: Tafsir Esoterik Al-Quran Menurut Al-Thabathaba’i

3/6/2017

0 Comments

 
Secara umum dapat dikatakan bahwa kitab-kitab tafsir dari yang klasik sampai modern menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan eksoterik, yakni tafsir yang lebih menitikberatkan pada sisi lahir teks-teks Al-Qur'an.  Kedua, pendekatan esoterik, yakni tafsir yang lebih menitikberatkan pada sisi isyarat atau pesan batin yang secara implisit terkandung di balik lahir teks-teks Al-Qur'an. Mengingat bahwa kedua sisi penafsiran di atas memiliki urgenitas yang sama, maka pengkajian elaboratif tentang penafsiran esoterik dirasakan sangat mendesak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kitab-kitab tafsir dari yang klasik sampai modern menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan eksoterik, yakni tafsir yang lebih menitikberatkan pada sisi lahir teks-teks Al-Qur'an.  Kedua, pendekatan esoterik, yakni tafsir yang lebih menitikberatkan pada sisi isyarat atau pesan batin yang secara implisit terkandung di balik lahir teks-teks Al-Qur'an. Mengingat bahwa kedua sisi penafsiran di atas memiliki urgenitas yang sama, maka pengkajian elaboratif tentang penafsiran esoterik dirasakan sangat mendesak.
 
Di antara tokoh tafsir yang berbicara secara panjang lebar tentang tafsir esoterik adalah Muhammad Husain Al-Thabâthabâ`î. Ia, sebagaimana dilansir Nasr, adalah tokoh Syi`ah yang mengusung tafsir esoterik di samping teosofis. Al-Thabâthabâ'î dipilih sebagai objek penelitian dengan berbagai pertimbangan. Pertama, dibandingkan dengan mufassir-mufassir Syi`ah lainnya, karya-karya Al-Thabâthabâ`î selain tafsir sangat mudah didapatkan. Kedua, Al-Thabâthabâ'î memiliki kelebihan sebagai seorang syaikh dalam ilmu-ilmu esoterik di samping syaikh di bidang syari`at sekaligus hâkim (filosof atau, tepatnya teosof Islam tradisional) terkemuka.
 
Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa hakekat tafsir esoterik menurut Al-Thabâthabâ'î? Bagaimana prosedur penafsiran atau tafsir esoterik menurut Al-Thabâthabâ'î ?
 
Mempertimbangkan bahwa penelitian ini memusatkan perhatian pada pandangan-pandangan seorang tokoh yang masa hidupnya telah berlalu, maka metode yang akan digunakan adalah kepustakaan (library research), atau metode dokumentasi, dengan mengkaji pandangan-pandangan Al-Thabâthabâ'î tentang tafsir esoterik, yang akan dideskripsikan apa adanya, lalu dianalisis, dan disimpulkan.  Untuk melihat tipikalitas pandangan Al-Thabâthabâ'î tentang tafsir esoterik, analisis yang diberikan juga berupa perbandingan dengan tokoh-tokoh Syi`ah sebelum Al-Thabâthabâ'î.
 
Kepustakaan primer yang digunakan untuk penelitian ini adalah karya-karya Al-Thabâthabâ'î sendiri, yaitu Al-Mîzân  yang terdiri dari 20 jilid, Al-Qur'ân fî Al-Islâm, Shi`te Islam, dan Islamic Teaching: An Overview (Inilah Islam). Adapun kepustakaan sekunder yang akan digunakan adalah seperti Tafsîr Al-Qur’ân bi Al-Qur’ân karya Khudhair Ja`far, Al-Thabâthabâ'î  wa Manhajuh fî Tafsîrih Al-Mîzân, karya `Alî Al-Ausî, Tafsîr al-`Askarî  karya Imâm Abî Muhammad Al-Hasan ibn `Alî Al-`Askarî (w. 260 H/874 M),  Majma`  Al-Bayân karya Abû `Alî  Al-Thabrasî (w. 548 H/1153 M), Kitâb Al-Iftikhâr karya Abû Ya`qûb Al-Sijistânî (w. 360 H/971 M), dan Asâs Al-Ta’wîl  karya Al-Qâdhî  Nu`mân (w. 363 H/974 M).
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tafsir esoterik yang dimaksud Al-Thabâthabâ'î mirip dengan yang dimaksud dengan tafsîr isyârî  dan tafsîr al-ramzî, bukan tafsir esoterik yang dilakukan kelompok Bâthiniyah. Definis tafsir esoterik menurutnya adalah "pengungkapan makna yang berada di balik makna eksoteriknya, baik makna itu jumlahnya satu atau lebih; baik keterkaitannya dengan makna eksoterik dekat atau jauh, asal antara keduanya terdapat  lintasan/jalan/keterkaitan". Menurutnya, kemestian menafsirkan Al-Qur'an secara esoterik bukan saja didukung argumentasi naqliah berupa ayat Al-Qur'an sendiri, hadits Nabi, dan ucapan para Imam (tiga landasan yang dapat dijadikan hujjah dalam kacamata Al-Thabâthabâ'î), juga didukung argumentasi rasional. Dalam pembacaannya, arti tersirat (esoterik) Al-Qur’an tidak menghilangkan atau mengurangi nilai arti tersurat (eksoterik)nya. Hubungan makna antara keduanya di samping merupakan hubungan saling melengkapi, juga merupakan hubungan fungsional.
 
Karena tafsir esoterik bersifat eksklusif, maka dalam pandangan Al-Thabâthabâ'î, tidak semua orang dapat melakukannya. Hanya orang yang berpengetahuan tinggi, matang secara spiritual, dan dapat melakukan kasyf- lah yang memiliki otoritas. Ia lalu menunjuk Nabi beserta Ahlul Baitnya (para Imam), sebagai pemilik wilâyah, yang memilikinya. Pertimbangan bahwa merekalah yang memiliki otoritas itu adalah bahwa Allah telah mengajarkan tanzîl  (makna eksoterik) dan ta'wîl  (dimensi esoterik) kepada Nabi yang lalu mengajarkannya kepada para Imam.  Pertimbangan lainnya adalah bahwa mereka terjaga dari dosa dan kesalahan (maksum/infallible).  Untuk menjaga kemungkinan jeda dalam menafsirkan Al-Qur'an setelah keghaiban Imam ke-12, Al-Thabâthabâ'î mendukung ajaran  Syi`ah Dua Belas yang menyatakan bahwa selama dalam keadaan sembunyi, para ulama dapat melakukan kontak spiritual dengannya, yang karenanya mereka dapat ijin untuk menafsirkan Al-Qur'an.
 
Tentang perangkat untuk sampai kepada makna esoterik Al-Qur'an, Al-Thabâthabâ'î memunculkan konsep takwil. Namun, Al-Thabâthabâ'î tidak memberikan gambaran yang terperinci bagaimana takwil dipraktekkan (mekanis-me takwil), sebagaimana dikenal di kalangan pengikut Syi`ah Ismâ`îliyyah. Hanya saja ia pernah menyinggung bahwa makna esoterik dipahami hanya dengan kasyf atau penglihatan batin melalui praktek kehidupan kerohanian. Ini berarti bahwa takwil yang digunakan untuk membuka dimensi esoterik Al-Qur'an benar-benar mengesampingkan aspek akal (ra'yi atau nalar) seperti takwil yang dikenal di dunia filsafat dan teologi, tetapi lebih menekankan aspek intuitif-spiritual.
 
Al-Thabâthabâ'î melihat bahwa signifikansi tafsir esoterik dapat dilihat dari dua perspektif: Pertama, perspektif tuntutan memahami Al-Qur'an secara mendalam. Kedua, perspektif doktrin teologis Syi`ah.
 
Berkenaan dengan syarat tafsir esoterik yang dapat diterima, Al-Thabâthabâ'î tidak merumuskannya sendiri sebagaimana dilakukan ulama lainnya. Namun, berpijak kepada penjelasan-penjelasan Al-Thabâthabâ'î tentang tafsir esoterik sendiri, memungkinkan penelitian ini merumuskan-nya, yaitu sebagai berikut: (1) Tidak menafikan makna eksoterik (pengertian tekstual) ayat Al-Qur'an; (2) Penafsiran itu diperkuat dalil syara` lain; (3) Makna esoterik tidak bertentangan dengan makna eksoteriknya; (4) Tidak mengacaukan pemahaman orang awam.[]
 
ROSIHON ANWAR adalah Dekan Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung; Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan doktor bidang tafsir lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Picture
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.