WAKTU itu, haji wada. Rasullah Saw beranjak meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Pada 18 Zulhijjah, di tempat bernama Khum, di sebuat mata air (Ghadir), iringan kafilah Nabi terhenti. Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk beristirahat. Panas padang pasir menyengat kepala para jamaah haji yang baru menyelesaikan ritus suci. Nabi memandang ke padang yang luas. Beliau meminta para jemaah yang lebih dahulu pergi untuk kembali. Beliau menunggu para peziarah yang belum tiba. Ghadir Khum memang sebuah persimpangan. Dari titik itulah kemudian, para jemaah haji pulang ke kampung halaman.
0 Comments
Dari hari ke hari kehidupan Fulan benar-benar berubah semakin baik. Sebagai ucapan terimakasih, Si Ibu mengundang Kang Jalal, sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat, bersama istrinya untuk terbang ke Bangka Belitung. Dia ingin mempertemukan sang anak dengan penulis buku yang telah “menyelamatkan” hidupnya.
Saya berkenalan dengan pemikiran Kang Jalal sebelum menjadi editor pengemasan buku. Waktu itu, buku Islam Alternatif—buku pertama Kang Jalal yang diterbitkan oleh Mizan—masih diproses di bagian redaksi. Buku ini terdiri atas lima bagian yang judul-judul setiap bagiannya menunjukkan corak pemikiran Kang Jalal waktu itu. Judul-judul bagian itu sangat indah dan menegaskan concern-awal Kang Jalal dalam menggeluti persoalan keislaman: Islam Rahmat bagi Alam, Islam Pembebas Mustadh’afin, Islam dan Pembinaan Masyarakat, Islam dan Ilmu Pengetahuan, serta Islam Mazhab Syi’ah.
Pagi ini kita berkumpul kembali dalam suasana sukacita. Hari raya kembali datang menyapa kita. Segala puji bagi Dia yang telah menurunkan semua karunia. Sungguh, setiap kali ada nikmat, tersimpan juga kewajiban berbuat. Sebuah keraguan datang mendekat: adakah syukur telah terpanjat. Bersama bahagia, hadir pula tanya. Bersama suka, melekat pula duka. Kita terombang-ambing antara harap dan cemas, khauf dan rajaa’. Antara penderitaan penantian dan pemenuhan cinta.
Minggu yang lalu kita berbicara tentang hak-hak Rasulullah Saw. kepada kita atau dengan perkataan lain, kewajib-an kita terhadap beliau, kalau kita menerima beliau sebagai junjungan kita. Saya ingin melanjutkannya dengan membacakan kisah, yang diceritakan Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi, kitab yang kelima. Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan siapa Jalaluddin Rumi dan apa Matsnawi ini. Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair sufi yang terkenal. Dia lebih dikenal sebagai Maulana, sehingga dahulu ketika saya di Iran, banyak orang Iran memanggil saya Maulana, karena nama saya mengingatkan kepada Jalaluddin Rumi. Sama-sama berinisial JR. Dia mendirikan sebuah tarekat yang jejak-jejaknya sampai sekarang masih bisa kita ikuti.
Kontribusi Pemikiran Islam Kang Jalal Terhadap Umat Islam Indonesia [Dedy Djamaluddin Malik]21/9/2015 Pengaruh pemikiran Kang Jalal dalam dataran corak dan elit pemikiran Islam, berada pada corak “jalan tengah” (middle path) di antara “Islam liberal” (Islib) dengan “Islam literal” (Islit). Kelompok Islam liberal adalah mereka yang mengenyam pendidikan tinggi ilmu agama secara formal dan mengadaptasikan isu-isu Islam dengan kemoderenan melalui pemanfaatan metodologi ilmu-ilmu sosial Barat. Sementara kelompok Islam literal adalah mereka yang tidak memiliki latar belakang dan pendidikan agama keluarga dan “menemukan” Islam dalam “khalaqah-khalaqah” di kampus universitas.
Dr. Muhammad Babul Ulum
Salah seorang alumni Gontor, Hamid Fahmi, menerbitkan sebuah buku untuk menjelaskan ajaran Syiah. Buku ini diklaim sebagai buku "ilmiah" dan disebutkan ditulis oleh para sarjana yang memiliki kapasitas dalam kajian tentang mazhab Syiah. Namun, buku yang ternyata hanya kumpulan makalah mahasiswa peserta Program Pengkaderan Ulama ISID Gontor itu, tidak seindah judulnya. Dr. Muhammad Babul Ulum yang juga alumni Gontor, memberikan telaah ringkas atas buku tersebut. [Al-Tanwir] Al-Quran Al-Karim yang diturunkan kepada Rasulullah Saw untuk disampaikan kepada kita, sebetulnya adalah kitab perjanjian. Al-Quran sendiri sering menyebut kata perjanjian itu. Hanya kita tidak menamai kitab suci kita, dengan nama perjanjian, kita menyebut kitab suci kita dengan “bacaan”, Al-Quran. Kitab suci terdahulu masih disebut oleh para peng-ikutnya dengan istilah perjanjian. Misalnya orang-orang Kristen menyebut Taurat sebagai Perjanjian Lama dan Injil mereka sebut sebagai Perjanjian Baru. Lepas dari persoalan apakah itu asli atau tidak, tapi mereka masih menyebut kitab sucinya itu kitab Perjanjian.
SEKITAR tahun 1985, di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung pernah berlangsung sebuah “pengadilan” terhadap seorang mubaligh muda yang tengah naik daun bernama Jalaluddin Rakhmat. Hadir pada kesempatan tersebut sejumlah perwakilan dari berbagai ormas Islam. Dakwaan yang dituduhkan adalah, materi-materi ceramah pendakwah tersebut seringkali membuat “masyarakat dan umat menjadi resah”.
Mulla Nasrudin terkenal karena lelucon-leluconnya. Ia mengajarkan kearifan lewat keluguan, atau dengan kata yang lebih jelas, ketololan. Di kalangan sufi, Nasrudin dijadikan rujukan untuk mengajarkan makrifat. Ia lucu, tolol, lugu, dan sekaligus bijak. Perilakunya yang sulit dipahami dipandang sebagai mistikal yang mempesona.
|
Rasulullah saw bersabda:“Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.” Tema
All
Arsip
April 2024
|