SAAT melakukan riset untuk penyelesaian studi doktoral di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, saya sampai pada kesimpulan bahwa kita selama ini hanya melakukan repitisi khazanah intelektual klasik yang dianggap sakral. Nyaris tidak ada pemaknaan baru dalam membaca warisan pemikiran para pendahulu kita yang sebenarnya terkait dengan konteks budaya, sosial, politik di masanya. Padahal konteks ekopolsosbud (ekonomi politik sosial budaya) jaman now berbeda dengan jaman old. |
0 Comments
BANGSA Arab sebelum Islam tidak pernah mengandalkan tulisan dalam menjaga syair, roman kehidupan mereka dan juga nasab. Mereka hanya mengandalkan ingatan sehingga potensi hafalannya berkembang. Konon mereka dikenal dengan kekuatan dan kecepatan hafalan. Meski demikian, bukan berarti di antara mereka tidak ada yang mengenal baca tulis, karena masyarakat Makkah yang berprofesi sebagai pedagang membutuhkan keahlian menulis dan berhitung. Memang jumlahnya sangat sedikit. Oleh karena, itu Al-Quran menyebut bangsa Arab sebagai bangsa ummî. Perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi. Nabi sendiri sangat concern dalam mengajarkan baca tulis kepada umatnya. Beliau mengizinkan tawanan perang Badar untuk menebus dirinya dengan mengajarkan baca tulis kepada sepuluh putra-putri Anshar. Sebagian sukarelawan seperti Abdullah bin Said bin al-Ash, Said bin Rabi’ al-Khazraji, Basyir bin Tsa’labah, Aban bin Said al-Ash mengajarkan baca tulis di Masjid Madinah. Sehingga jumlah penulis pun bertambah banyak, para penulis wahyu mencapai empat puluh orang, ini belum dihitung para pencatat sedekah, surat-surat, dan perjanjian-perjanjian. Selanjutnya materi dapat Anda baca/unduh pada download file di bawah ini! ![]()
Hadis palsu dalam istilah ahli hadis disebut hadis maudhû‘. Semua ahli hadis sepakat menganggapnya sebagai hadis dha‘îf yang paling buruk kualitasnya. Orang yang membuat hadis palsu disebut al-wâdhi‘. Bentuk jamaknya al-wadhdhâ‘ûn. Mereka adalah para oknum yang sengaja berdusta, bukan karena salah (dengan tidak sengaja dalam meriwayatkan), tidak juga karena meriwayatkan dari para pendusta (kadzdzâb). Pemalsuan hadis, menurut pendapat mayoritas, belum terjadi di masa Nabi hidup. Mereka menolak pendapat yang menyatakan sejak zaman Nabi telah terjadi pemalsuan seperti yang diusung oleh Ahmad Amin. Menurut Ahmad Amin, hadis “man kadzdzaba alayya....” muncul sebagai reaksi atas adanya dusta dengan mengatasnamakan Rasulullah. Selanjutnya materi dapat Anda baca/unduh pada download file di bawah ini! ![]()
|
Rasulullah saw bersabda:“Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.” Tema
All
Arsip
April 2024
|