Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad
Masih kuingat wajah-wajah itu. Kawan-kawan yang karena satu dan lain hal memilih menetap di luar negeri. Ada yang menikah dengan orang luar, ada yang tak mengurus perpanjangan paspornya, atau karena berbagai kesulitan dan masalah yang mereka hadapi di tanah air. Dan pada setiap mereka kulihat air mata kerinduan. Tetesan air yang mengembang, membentuk butiran kecil. Dan dalam butiran itu membentang kenangan akan tanah air seluruhnya. Akan tanah kelahiran, tanah leluhur, tanah yang menyimpan memori kolektif dari keberadaan mereka. Tanah yang menjadi identitas lahiriah. Tanah yang menjadi ungkap syukur keberadaan jati diri di muka bumi. Saya bayangkan, dalam sunyi terucap satu kata dalam batin mereka: “Indonesia…”