Pertama-tama saya mengucapkan syukran jazilan, terima kasih yang sebesar-besarnya karena saya diundang untuk berbicara dalam majelis untuk menghormati haul kesembilan, al Imam Al Mujahid al Mufakkir as-Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah. Saya sungguh mendapatkan kehormatan yang luar biasa dan niat saya datang kesini adalah pertama-tama untuk silaturahmi dengan teman-teman pengikut Ahlulbait, teman-teman Syiah dan teman-teman yang lain.
0 Comments
PADA pertengahan tahun 2010 lalu dunia jurnalistik dikejutkan setelah seorang wanita yang tiba-tiba dipecat dari kedudukannya pada sebuah kantor redaksi berita internasional karena tulisan di twitter pribadinya yang menyatakan belasungkawa atas wafatnya penulis buku ini, Mohammad Hussain Fadhullah, pada 4 Juli 2010 silam.
Apa yang memicu depresi mereka? Mari kita lihat penelitian Harry Harlow, psikolog yang melakukan percobaan monyet yang dikandangkan dengan ibu kawat dan ibu hangat. Ibu kawat terbuat dari kawat dan hanya memberikan monyet itu susu. Ibu hangat dilengkapi dengan bulu-bulu yang nyaman. Ternyata, monyet kecil itu hanya mendatangi ibu kawat ketika lapar. Dia akan menghabiskan waktunya dengan ibu yang hangat. Ketika dihadapkan pada situasi yang menakutkan, monyet itu lari mencari perlindungan ke ibu hangat. Monyet yang dibesarkan tanpa kehangatan seorang ibu akan menderita, selalu ketakutan, tidak bisa menjelajah tempat-tempat baru, dan banyak menderita penyakit psikologis.
Sudah sering kita dengar bahwa shalat adalah tiang agama, bahwa shalat adalah amal yang paling dahulu diperiksa di hari kiamat. “Bila shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya; bila shalatnya rusak, rusak jugalah seluruh amalnya; “begitu kata Rasulullah saw. Sesekali mungkin kita merenung, baikkah shalat yang kita lakukan? Sewaktu-waktu mungkin kita bertanya, apakah shalat kita diterima Allah swt? Bukankah Allah pernah berfirman bahwa celakalah orang-orang yang shalat? Bukankah Rasulullah pernah berkata bahwa ada orang yang shalat dan shalatnya dilipat Tuhan seperti pakaian pada hari kiamat, dan dilemparkan ke wajahnya? Allah tidak menerima shalatnya.
Jika kita membuka lembaran sejarah dengan cermat, kita akan menemukan bahwa setiap agama di bumi ini bergerak dari zaman kemurnian ke zaman kepalsuan; dari suatu masa ketika pemeluk agama itu menghayati dan mempraktekkan agama mereka dalam arti yang sebenarnya ke suatu masa ketika orang mengambil agamanya secara main-main dan dangkal. Agama Nasrani, misalnya, dimulai oleh sekelompok kecil orang yang mempertahankan imannya dengan seluruh jiwanya. Sekarang ini, kebanyakan yang menyebut dirinya Kristen tidak lagi pergi ke gereja atau mengamalkan ajaran-ajarannya. Nietzsche, seorang filsuf Jerman, bahkan berkata, “Sekarang ini orang-orang yang menyebut dirinya Kristen bukan lagi orang Kristen.”
Pada zaman Nabi Musa as dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. Ia tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan. Sepanjang hari ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, "Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku pada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernafas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ngin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu."
Mengapa puasa itu disyariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama, puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hakikat keberagamaan adalah upaya untuk mendekati Allah sehingga kita menemukan puasa terdapat pada seluruh agama di dunia ini. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau kebutuhan rohani kita. Jika Anda seorang Antropolog, Anda tahu bahwa banyak lembaga-lembaga sosial dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad Masih kuingat wajah-wajah itu. Kawan-kawan yang karena satu dan lain hal memilih menetap di luar negeri. Ada yang menikah dengan orang luar, ada yang tak mengurus perpanjangan paspornya, atau karena berbagai kesulitan dan masalah yang mereka hadapi di tanah air. Dan pada setiap mereka kulihat air mata kerinduan. Tetesan air yang mengembang, membentuk butiran kecil. Dan dalam butiran itu membentang kenangan akan tanah air seluruhnya. Akan tanah kelahiran, tanah leluhur, tanah yang menyimpan memori kolektif dari keberadaan mereka. Tanah yang menjadi identitas lahiriah. Tanah yang menjadi ungkap syukur keberadaan jati diri di muka bumi. Saya bayangkan, dalam sunyi terucap satu kata dalam batin mereka: “Indonesia…” Bulan puasa aku punya pengalaman menarik. Aku diundang oleh seorang pendeta Kristen untuk berbuka bersama di rumahnya. Menjelang Magrib ruang tamu sudah dipenuhi oleh wakil dari berbagai agama dan aliran kepercayaan. Di samping agama-agama yang lazim, aku berjumpa juga dengan wakil-wakil Bahai dan ajaran Tao. Mereka adalah anggota perkumpulan yang membawa missi perdamaian di antara umat beragama dan berkepercayaan. Perkumpulan ini namanya Badan Perjuangan Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah. Hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS al-Baqarah:62).
|
Rasulullah saw bersabda:“Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.” Tema
All
Arsip
January 2023
|