Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Al-Baaqiyaat Al-Shaalihaat

21/7/2017

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad

 
Akhirnya, sampailah kita di pertigaan itu. Dari imroah menuju shohibah atau zawjah. Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi ‘al-baqiyaat al-shaalihat’ adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi [18]:15) Al-Qur’an kembali mengajarkan kita dengan istilah lainnya: al-baqiyaat al-shaalihat. Hampir semua kitab tafsir induk menerjemahkannya dengan amal saleh yang kekal di hari akhir nanti. Dengan beberapa keterangan, seperti dalam Tafsir Ibn Katsir misalnya, seorang sahabat bertanya pada Khalifah Utsman bin Affan tentang al-baaqiyaat al-shaalihat. Khalifah menjawab: laa ilaaha illallah, subhanallah, walhamdulillah, wallahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim. 
Al-Qur’an memang kitab teramat dalamnya untuk digali, teramat luasnya untuk dimaknai, teramat tingginya untuk dapat dipahami. Selayaknya kita mencari penafsiran dari mereka yang paling mengerti. Apa itu al-baqiyaat al-shaalihat? Amal saleh yang kekal di hari akhir nanti. Menarik bagaimana al-baqiyaat al-shaalihat disandingkan dengan harta dan anak-anak. Bahwa mereka adalah hiasan dunia, dan al-baaqiyaat al-shaalihat adalah hiasan (dunia dan) akhirat. Itulah sebaik-baiknya pahala, dan sebaik-baiknya harapan. Bukankah kita ini makhluk teramat berharap pada kasih sayang Tuhan? Sebaik-baik harapan itulah al-baaqiyaat al-shaalihaat.
 
Mengapa pula tidak ada istri atau suami, tidak ada pasangan yang dinisbatkan sebagai perhiasan dunia itu? Bukankah sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan yang shalihah? Sesungguhnya Baginda Nabi Saw bersabda: “Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR. Muslim 2668; Shahih al-Jami’ al-Albani 3413) Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menyebutkan perhiasan itu dengan kata ‘zuyyina’, dihiaskan. Terjemahan Indonesia memilih kata: dijadikan indah. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]:14) Yang dihiaskan dalam diri manusia itu adalah kecintaan kepada hal-hal di atas. Sedangkan ayat sebelumnya menegaskan bahwa harta dan anak-anak, itulah perhiasan kehidupan dunia. Dengan kata lain, semua kecintaan itu adalah akar dari cinta dunia. Padahal, tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada sebutir debu dari cinta dunia. Adakah cinta pada pasagan dan anak-anak bagian dari cinta dunia?
 
Wanita yang menjadi sebab cinta dalam ayat di atas menggunakan kata nisaa’, bentuk jamak dari imro’ah. Sedangkan perempuan shalihah adalah wasilah untuk menuju kesempurnaan berpasangan: zawjah. Demikian dalam hadits Baginda Nabi Saw, “Tidak ada yang mendatangkan faidah kebaikan bagi seorang mukmin setelah ketakwaan pada Allah ‘azza wa jalla selain seorang istri yang salihah.” (Kanzul ‘Ummal 44410)
 
Lalu apa itu al-baaqiyaat al-shaalihat? Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala menyandingkannya dengan mereka yang diberi petunjuk: “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS. Maryam [19]:16)
 
Sekali lagi, Al-Qur’an teramat indahnya. Hanya dua kali kata kata itu disebutkan. Pertama, setelah harta dan anak-anak. Dan kedua, setelah mereka yang mendapatkan petunjuk. Apa kaitannya dengan berpasangan?
 
Sebelum menjawab itu, mari telusuri kembali makna zawjah. Pasangan yang akan menemani di kampung keabadian. Zawjah mensyaratkan kesesuaian, keselarasan, kesetaraan. Mungkin ini yang dimaksud dengan kufuw. Penekanannya bukan pada sebelum pernikahan, melainkan setelahnya. Bila suami atau istri kita ahli ibadah, maka kita sedapat mungkin mendekati (tingkat) ibadahnya. Bila suami atau istri kita ahli berkhidmat, maka kita berusaha untuk juga membantunya. Lakukan apa saja, agar dapat 'setara' dengan pasangan kita. Sesuai, sepadan, selaras secara ruhaniah. 
 
Bagaimana bisa? Peluang perkhidmatan dan ibadah setiap kita berbeda. Benar sekali, karena itulah Islam mengajarkan cara untuk tetap dapat bersama itu: dengan memperbanyak berkhidmat pada sesama. Mungkin suami atau istri kita yang ahli ibadah. Dengan berkhidmat kepadanya kita memperoleh bagiannya. Mungkin suami atau istri kita yang rajin mengaji. Dengan membantu dan meringankan kesibukannya kita juga beroleh kebaikannya. Dalam Al-Qur’an, kata zawj disifatkan pada bahij dan karim. Indahnya lagi, ia dinisbatkan lebih luas dari  manusia. “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.” (QS. Qaf [50]:7)
 
Al-Qur’an mengisahkan tentang pasangan yang ‘ditumbuhkan’ di atas permukaan bumi. Terjemahan bahasa Indonesia memilihnya: tumbuh-tumbuhan. Kata dasarnya adalah zawj. Sifat untuk zawj dalam ayat itu adalah bahij: indah dipandang mata. Maka pasangan yang baik adalah pasangan yang indah dipandang mata. Kapan saja memandangnya, akan membahagiakan hati. “Tidak ada yang memberi kebaikan bagi seorang hamba kecuali pasangan yang salih: yang bila dipandang membahagiakan, bila berjauhan ia menjaga harta dan kehormatan.” (Al-Bihar 2:217).
 
Dalam ayat yang lain, kata bahij diterjemahkan sebagai indah. “…hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj [22]: 5). Bahij sendiri berasal dari kata ‘bahija’ yang artinya bahagia, sukacita, indah dan mempesona.
 
Sifat lain yang dinisbatkan pada zawj adalah karim: mulia. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS. Al-Syu’ara [26]: 7); “…dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS. Luqman [31]: 10). Pilihan kata ‘baik’ dalam kalimat adalah terjemahan dari ‘karim’ yang artinya mulia. Sifat yang juga dinisbatkan pada segala hal yang utama: ‘arays, nabi, derajat dan sebagainya. “…dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia.” (QS. Ad-Dukhan [44]: 17).
 
Maka, kesimpulannya. Pasangan yang akan menyertai adalah pasangan yang saling memuliakan. Saling membahagiakan. Yang indah bila memandangnya, yang mendatangkan sukacita dan pesona. Dia yang mengisi relung pikiran kita dalam setiap harinya. 
 
Tetapi, tunggu dulu. Berharap jadi zawjah ternyata juga belum sepenuhnya ‘aman’. Belum tentu selamat dan beroleh janji kebersamaan.
 
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14) Dalam ayat ini, Al-Qur’an menggunakan kata ‘azwaj’ untuk menyebutkan istri-istri itu.
 
Bagaimana ini? Bukankah azwaj mensyaratkan keselerasan? Bagaimana bisa mereka menjadi musuh? Anak dan istri bagaimana yang bisa jadi musuh?
 
Lalu, bagaimana dengan al-Baqiyaat al-Shaalihat? (bersambung)
 
@miftahrakhmat
​
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.