Langit Bandung malam itu begitu cerah. Udara sejuk, yang jadi daya pikat kota ini, pun menampakkan dirinya. Lengkap sudah, keduanya merupakan hadiah dari alam bagi warga Bandung. Terlebih bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan. Suasana hati bertambah tentram karenanya.
Suasana hati yang tentram terasa berdenyut dari para Jemaah Ijabi, yang berkerumun di satu sisi stadion Persib. Dan pijarnya lampu sorot stadion seakan menembus dada para Jemaah, memancarkan denyut ketentraman itu.
Malam itu, stadion sepakbola kenamaan menghitam oleh kehadiran para Jemaah. Ribuan orang datang dari berbagai sudut kota untuk tujuan yang sama; membela Husein yang tersakiti. Malam itu diselenggarakan peringatan syahidnya Imam Husein di Padang Karbala.
Acara tahunan yang diselenggarakan Ikatan Jemaah Ahlul Bayt Indonesia (Ijabi) itu berlangsung khidmat. Semangat gotong royong, menjadi pilar penyokong yang memungkinkan acara itu terselenggara. Semangat yang tergambar dari tahapan panjang menjelang d-day perhelatan itu.
Diawali pengumpulan tong celengan Asyuro, beberapa minggu sebelumnya. Celengan yang selama setahun diisi ini, dipersembahkan para Jemaah demi kelangsungan acara, yang antara lain, dihadiri tamu dari Iran itu.
Kebersamaan juga tergambar dari kesibukan para panitiia. Dari hari ke hari gedung aula Muthahhari tak parnah sepi dari aktivitas panitia. Dan di hari terakhir, kesibukan mencapai puncaknya. Satu diantaranya, panitia mengelola konsumsi yang datang, diantar para donatur.
Seperti penyelenggaraan peringatran As-Syuro sebelumnya, acara diawali dengan persembahan Nasyid Asyuro dari grup Rindu Rasul pimpinan Ustad Abu Ali. Grup ini juga melantunkan rangkaian shalawat terhadap nabi tercinta.
Memasuki acara inti, Ustad Jalal menyampaikan ceramah As-Syuro. Disampaikannya, para pengikut Imam Ali sepanjang sejarah selalu diuji dengan berbagai cara. Hujur bin Adi dan Uwais Al-Qarniy disebut Ustad Jalal sebagai dua sahabat yang teguh memegang kecintaannya dalam berbagai keadaan. Diilustrasikan dalam film yang diputar menyertai ceramah ustad Jalal, tidaklah ringan ujian yang didapat kedua sahabat itu.
Ujian tak mengenal batas waktu. Para pencinta Imam Ali, pengikut Imam Husein yang awal, bahkan Imam Husein a.s. sendiri, mengalami ujian itu dalam maknanya yang hakiki. Kita yang hidup pada masa sesudahnya, di masa kini, juga mengalami apa yang disebut dengan ujian ini.
Peringatan As-Syuro, untuk menyebut satu, adalah wujud kecintaan para pencinta keluarga nabi. Tak sedikit penentangan dalam penyelenggaraannya. Peristiwa yang dialami Pak Ikam, seorang Jemaah yang loyal, dapat dikatakan satu keniscayaan sejarahi tu. Bahwa ujian akan senantiasa menghadang para pecinta Imam.
Tak kurang dari tiga spanduk membentang sepanjang jalur menuju sekolah. Kain bentang itu berisi pesan penolakan terhadap kegiatan As-Syuro. Pengusung pesan jelas menyuarakan bahwa mereka anti pati terhadap kegiatan yang dilaksanakan pada 10 Muharram itu.
Jumat, 23 Oktober 2015, pukul 21.30 WIB. Di pelataran Stadion Persib, bergerombol puluhan orang berpelindung kepala. Mereka berteriak-teriak dengan suara yang memekakan telinga. Tangan-tangan terkepal meninju udara. Wajah-wajah tak bersahabat mengintip di balik helm. Mereka menyasar, para Jemaah yang bubaran, usai peringatan As-Syuro.
Tak henti aksi mereka walau Jemaah tak hirau. Tak habis tenaga mereka walau aparat menghadang. Lantang suara mereka menyuarakan kebencian. Drama satu babak ini berdurasi hampir satu jam, sebelum aksi duduk mereka lakukan.
Stadion Persib menjamu dua tim malam itu. Mereka kedatangan tim yang menyuarakan kecintaan terhadap rasul. Mereka juga didatangi tamu tak diundang, yang sekuat tenaga hendak menghapus kecintaan itu. Dua kekuatan bertemu, di bawah langit Bandung yang cerah...