Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Baiti Jannati

2/6/2017

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad

 
Masih tentang bidadari. Siapakah yang akan menemani, sekiranya ke surga nanti? 
 
Pernah seorang kawan bertanya tentang surga. Kepadanya saya cerita tentang asal kata surga. Dalam bahasa Arab, surga itu jannah. Ia satu akar kata dengan jin, junnah, janna, majnun dan sebagainya. Jin adalah makhluk tak terlihat. Junnah artinya perisai. Janna itu menyelimuti. Dan majnun dikatakan bagi orang yang akal (sehat)nya tertutupi. Maka, surga adalah sesuatu yang tak terlihat, terlindungi, terselimuti dan tertutupi. Bagaimana mungkin kita akan memahaminya. Dengan kata lain, apa pun yang kita bayangkan tentang surga…ia jauh lebih indah dari itu. Jauh, dan jauh lebih indah!
Lalu, kawan saya masuk dalam diskusi tentang surga itu sendiri. Apakah surga itu makhluk tuhan atau bukan? Bila ia makhluk (karena diciptakan Allah Ta’ala), maka bila kita ibadah berharap surga, kita masih ibadah mengharapkan makhluk. Dan dari semua makhluk Allah Ta’ala…siapakah yang paling wajib dirindukan dan diharapkan?
 
Ya, surga memang perkara hari akhir nanti. Tapi ia masuk dalam setiap perbincangan keagamaan. Ia akan menggerakan setiap orang yang beragama dalam beramal. Bahkan, banyak tindakan didasarkan oleh harapan akan surga. Contohnya, beroleh 72 bidadari yang masyhur itu. Kita lupa, sebelum sampai di surga ada alam yang disebut dengan barzakh. Ada alam perhitungan. Ada saat mempertanggungjawabkan perbuatan. Kita kira, barzakh akan kita lalui secepat kilat…lalu bersiap beroleh nikmat. Bayangkan kita dan Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah. Beliau merintih di hadapan pusara Baginda Nabi Saw dan berkata, “Aduhai…betapa sedikitnya perbekalan. Alangkah panjangnya perjalanan…” Perjalanan mana yang dimaksudkan Imam? Perjalanan kembali menuju Tuhan. Ah, bila kekasih Rasulullah Saw menangis perih seperti itu, apatah lagi nasib orang sepertiku. Bahkan membincangkan surga tak pantas untukku.
 
Tetapi, selalu ada cercah cahaya pembangkit semangat itu. Makin lama makin kuat, makin membersitkan semburat harap. Dan ia ternyata dekat. Bukan di sudut terpencil nan jauh, bukan di gegap gempita saling menyahut. Tidak, ia teramat dekat. Dekat sejak dahulu, dekat juga kini. Dan bukankah pertolongan Tuhan memang teramat dekat? Memang selalu dekat. 
 
Apa jalan Tuhan itu? Mereka yang dihadirkan Tuhan dalam hidup kita. Orangtua, keluarga, istri, anak-anak dan kerabat. Merekalah sesungguhnya sarana kita menjemput akhirat. Bukankah surga di bawah telapak kaki ibu? Bukankah ridho orangtua adalah ridho Sang Mahakuasa? Bukankah ayah satu di antara pintu surga? Bukankah syukur pada Tuhan disandingkan dengan berterima kasih pada orangtua. Bukankah berkhidmat di tengah keluarga diganjar pahala teramat besarnya.
 
Kita mengira, selama ini kewajiban merekalah berkhidmat pada kita. Kewajiban orangtua membesarkan menyayangi kita. Kewajiban suami, istri dan anak-anak untuk berkhidmat pada kita. Kita keliru. Jalan menuju surga terbentang melalui mereka. Para teladan suci telah menggariskan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarga. Dan aku paling baik pada keluargaku.” “Seburuk-buruknya bekal untuk kembali, adalah berbuat zalim pada sesama hamba.” Lebih buruk lagi bila yang dizalimi itu adalah keluarga sendiri.
 
Ya, karena ia dekat, justru ia teramat berat. Karena ia dekat, terkadang ia terlewat. Tidak kita perhatikan. Sering kita lupakan.
 
Itulah mengapa Baginda Nabi Saw mengajarkan pada kita ungkapan, “Baiti Jannati.” Rumahku surgaku. Surga diperoleh di rumah, diawali di rumah, dipertahankan di rumah. Bukan nanti, tetapi sekarang ini juga. Rumah adalah cerminan masa depan di hari akhir nanti. Bila kita rasakan kebahagiaan, karunia Allah Ta’ala menanti di hadapan. Bila yang kita semai penderitaan, bila yang kita tabur umpatan dan makian, bila yang kita pupuk kecurigaan dan persaingan…sudah jelas terbayang apa yang kelak dinantikan. 
 
Baiti Jannati bukan nanti. Ia sekarang ini.
 
Itulah mengapa rumah yang baik adalah rumah yang mengantarkan ke surga. Seorang sahabat punya rumah besar, ia dikunjungi seorang teladan suci. Padanya sang teladan berkata, “Maukah kau rumahmu ini juga jadi rumahmu di surga?” Lalu sang teladan mewasiatkan agar rumah itu jadi tempat orang miskin, tempat berbagi, tempat mengaji, tempat penuh berkah untuk sesama. Itulah mengapa juga keluarga dijanjikan Allah Ta’ala dipertemukan di surga, “Surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang shalih dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya (azwaaj), dan anak cucunya. Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (QS. Ar-Ra’du [13]:23). 
 
Allah Ta’ala menjanjikan sebuah reuni agung di kampung keabadian. Orang saleh diantarkan masuk surga bersama nenek moyang, pasangan dan anak cucu. Bahagianya mereka berkumpul dalam kesalehan dan peribadatan Tuhan. Bila di tengah keluarga kini kita tidak menemukan kebahagiaan, bagaimana mungkin bahagia nanti bila kembali dipertemukan? Bila sekarang tak saling merindukan, bagaimana mungkin kelak sukacita dipersatukan? Bahagia di sana diawali dari sini. Bahagia kelak disemai sejak kini. 
 
Bahagia dan surga itu dekat, ia di rumah sendiri. Kita serahkan pada Allah Ta’ala tentang janji 72 bidadari. Bila karena janji itu kita lupa rumah sendiri, tak peduli pada keluarga sendiri, alih-alih sampai di surga…pertanggungjawaban berat justru menanti kita.
 
Baiti jannati. Surga itu rumah sendiri. Maka bidadari yang seharusnya dirindukan adalah istri sendiri. Pasangan surgawi selayaknya adalah suami sendiri. Dan wildanun mukhalladun adalah anak-anak kita sendiri. Meski kelak, mereka mungkin bukan anak-anak lagi, melainkan hamba-hamba Allah Ta’ala yang sama dengan kita. Orangtua kita adalah hamba Allah Ta'ala yang sama dengan kita. Lalu, kenikmatan surgawi seperti apakah yang mungkin dinikmati bersama sebagai keluarga?
 
Salam bulan suci. Mari doakan kebaikan keluarga, umat dan negeri!
 
@miftahrakhmat
 
"Keluarga bukanlah pengalih perhatian dari pekerjaan yang lebih besar. Merekalah pekerjaan yang paling besar." -refrase dari John Trainer.

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.