Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

​Berbahagialah al-Ghuraba [by KH Jalaluddin Rakhmat]

13/7/2020

0 Comments

 
Sekarang ini saya ingin mengajak para hadirin merenungkan orang-orang ghuraba, yaitu orang-orang aneh. Tentang mereka Rasulullah pernah bersabda, “Berbahagialah al-Ghuraba, orang-orang yang aneh ini.”  Tanda-tanda mereka, seperti disebut oleh Rasulullah saw antara lain:
Pertama,
 
                الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

“Mereka mencoba menimbulkan perbaikan ketika manusia sudah rusak.”
 
Dalam hadis lain disebutkan:
 
نَاسٌ سَالِحُوْنَ قَلِيْلٌ فِى نَاسٍ كَثِيْرٍ
 
“Mereka itu manusia-manusia yang saleh, yang jumlahnya sedikit, di tengah-tengah manusia yang durhaka.”
 
Pada hari ini kita memerlukan ghuraba, orang-orang asing yang ingin memperbaiki masyarakat di sekitarnya ketika orang lain datang dan mengatakan bahwa korupsi sekarang merupakan kebudayaan masyarakat. Kita memerlukan orang-orang yang tabah untuk hidup tanpa melakukan korupsi sama sekali. Para ahli fikih menyebut dengan satu istilah yang bagus sekali:
 
طَاهِرٌ فِى نَفْسِهِ مُطَهِّرُ لِغَيْرِهِ
 
“Dia suci dalam dirinya, dan dia juga berusaha menyucikan orang lain.”
 
Pribadinya bersih, dan dia berusaha membersihkan orang lain. Tingkah lakunya indah, dan dia berusaha mengindahkan tingkah laku orang lain.
 
Di tengah-tengah orang yang sudah menganggap moralitas yang rusak sebagai ciri modern, orang yang mempertahankan moralitasnya merupakan orang yang dianggap aneh. Di tengah-tengah kebiasaan melanggar norma-norma yang berlaku, orang yang kelihatan bertahan kepada norma dengan seluruh keyakinannya akan dianggap aneh. Orang berlomba-lomba menumpuk-numpuk kekayaan, sementara ia mempertahankan kesederhanaannya karena ingin memelihara kebersihan dirinya, maka sering ia dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Tetapi, marilah kita ingatkan kembali:
 
طُوْبَى لِلْغُرَبآءِ 
 
“Bahagia benar orang-orang yang aneh seperti itu.”
 
Kedua, Rasulullah Saw bersabda:
 
اَلَّذِيْنَ يَزِيْدُوْنَ إِذْنَقَصَ النَّاسُ
 
“Mereka mengisi apa yang hilang; mereka melengkapi apa yang ganjil; mereka memenuhi apa yang kosong.”
 
Di dalam masyarakat, kita sering mencari orang yang kuat keyakinannya. Kadang-kadang kita meraba-raba, siapa orang yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan ini. Ghuraba biasanya tampil sebagai manusia model, manusia yang bisa dicontoh karena kebersihan dan kesucian pribadinya, di tengah-tengah berkecamuknya kemunafikan, di tengah-tengah usaha untuk menjilat ke atas dan memeras ke bawah. Kalau kita melihat ada orang berjalan di atas rel yang benar, yang tetap menyampaikan apa yang benar itu benar, dan apa yang salah itu salah, tanpa mempedulikan risiko yang dihadapinya, rasanya ada semacam kekuatan di tengah-tengah kehausan bimbingan dalam diri kita. Masih ada bintang di tengah-tengah gelapnya malam. Orang itu biasanya mengisi apa yang hilang di tengah-tengah masyarakat. Ketika orang kehilangan identitas, mereka menunjukkan, beginilah identitas Islam. Ketika orang kebingungan tidak mempunyai pedoman, pribadi mereka menunjukkan tuntunan yang jelas.

Rasulullah Saw bersabda bahwa al-ghuraba itu adalah:
 
اَلَّذِيْنَ يَزِيْدُوْنَ إِذْنَقَصَ النَّاسُ

“Mereka yang menambah sesuatu yang tidak dimiliki kebanyakan manusia yang lain.”
 
Ketiga, sabda Rasulullah Saw:
 
الَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ سُنَّتِى بَعْدَماَ أَمَاتَهَا النَّاسُ  
 
“Mereka menghidupkan kembali Sunnahku setelah sunnah itu dimatikan oleh manusia.”

 
Ketika bid’ah menyebar ke tengah-tengah masyarakat, mereka mengajak umat kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Ketika beberapa ajaran Rasulullah sudah ditinggalkan, mereka tampilkan kembali ajaran Rasulullah itu.
 
Dalam hubungan ini, saya ingin membacakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi:
 
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلّم عَنْ هَذِهِ الأيَةِ : يَآيُّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لاَيَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ .
 
“Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayat ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu; tidak akan memadharatkan kamu orang yang sesat apabila kamu berada dalam petunjuk.’”
 
Sahabat ini bertanya karena sebagian orang menganggap bahwa tidak usah memperhatikan orang lain, perhatikan sajalah diri kita sendiri. Asal kita berada dalam petunjuk, tidak ada yang akan menyengsarakan kita.
 
بَلِ ائْتَمِرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنَاهَوْاعَنِ الْمُنْكَرِ . حَتَّى إِذَارَأَيْتَ شُحّاَمُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا , وَدُنْيَا مُؤَثَرَةً وَإِعْجَابُ كُلِّ ذِى رَأْي بِرَأْيِهِ . فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَّامَ فَإِنَّ مِنْ وَلاَئِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ . الصَّبْرُ فِيْهِنَّ مِثْلَ قَبْضِ عَلىَ الْجَمَرِ . لِلْعَامِلِ فِيْهِنَّ أَجْرُخَمْسِيْنَ رَجُلاً يَعْمَلُوْنَ مِثْلَ عَمَلِهِ . قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ , أَجْرُخَمْسِيْنَ مِنْهُمْ قَالَ : أَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ .  (أبوداود والترمذى)
 
“Maka berkatalah Rasulullah Saw: Suruhlah orang berbuat ma'ruf dan laranglah orang berbuat jahat sampai aku nanti mengalami satu zaman ketika ke-bakhil-an diperturutkan orang, ketika hawa nafsu diikuti orang, dan ketika dunia dilebihkan atas akhirat, dan setiap orang merasa kagum dengan pendapatnya sendiri. Maka peliharalah keistimewaan dirimu, jauhilah apa yang terbiasa dilakukan oleh orang-orang awam, sebab dibelakang kamu itu akan ada zaman-zaman yang memerlukan kesabaran bagimu. Orang yang berpegang teguh kepada agamanya di zaman itu seperti orang yang memegang bara. Orang yang beramal pada zaman itu akan diberi ganjaran seperti ganjaran lima puluh orang yang beramal seperti dia.” Aku bertanya, “Hai Rasulullah, apakah mereka mempunyai ganjaran lima puluh kali ganjaran orang di zaman mereka?” “Tidak.” jawab Rasulullah, “mereka memperoleh ganjaran lima puluh kali ganjaran kamu yang ada sekarang ini.”
 

Di sini Rasulullah Saw menunjukkan bahwa akan datang satu zaman ketika orang yang memegang agama dianggap aneh, dianggap ghuraba, sehingga lantaran keanehannya, dia seperti memegang bara di tangannya. Bila dilepaskan, baru itu padam; bila dipegang, bara itu menyengat dirinya. Orang yang mempertahankan keyakinannya, orang yang ingin memelihara kebersihan kepribadiannya, orang yang ingin memelihara Sunnah Rasulullah yang sudah mati, dia hidup seperti memegang bara, dia selalau dalam keadaan panas. Karena itu, pantaslah kalau kata Rasulullah, amal orang-orang seperti itu dilipatkan ganjarannya seperti lima puluh kali ganjaran sahabat-sahabat Rasulullah saw.
 
Islam memanggil umatnya sekarang ini untuk tampil sebagai ghuraba, untuk menjadi para pembaru, untuk menjadi orang yang memperbaiki masyarakat ketika masyarakat sudah rusak, orang yang mau memelihara kebersihan dirinya ketika kekotoran sudah dianggap sebagai kebudayaan, orang yang melengkapi yang kurang; memenuhi yang hilang, yang mau memelihara agamanya walaupun ia harus merasa seperti memegang bara di tangannya. Sebab, walaupun kelompok ghuraba ini kecil, dia akan berpengaruh besar terhadap masyarakat di sekitarnya. Kalau kelompok ghuraba ini sudah hilang, hilanglah sudah peluang bagi masyarakat untuk memperbaharui dirinya.
 
Allah Swt berfirman: “Andaikan dahulu pada umat sebelum kamu ada orang-orang yang memiliki keistimewaan, yang berani mencegah umat dari kerusakan di bumi, tentu tidak akan terjadi kebinasaan kepada umat yang terdahulu. Sayang, “firman Allah,” hanya sedikit saja orang yang mau berbuat seperti itu, yaitu golongan yang Kami selamatkan di antara mereka. Adapun orang-orang yang zalim hanya mengikuti orang-orang yang berbuat kemewahan di bumi, dan mereka berbuat dosa. Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan satu negeri dengan kezaliman, padahal di tengah-tengah masyarakat itu ada kelompok yang memperbaiki masyarakat itu”  (Qs. Hud/11:116-117).
 
Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri apabila di negeri itu masih tampil kelompok ghuraba, kelompok orang asing, kelompok orang yang berbeda dengan kabilahnya, kelompok orang yang membawakan keyakinannya dengan bersedia memikul risiko apa pun yang dihadapinya. Rasulullah Saw bersabda: “Berbahagialah orang-orang asing semacam itu.”
 
Kalau kita tidak sanggup menjadi ghuraba, maka berilah kesempatan kepada orang lain untuk menjadi ghuraba. Kalau kita tidak sanggup menjadi orang yang mempertahankan keyakinan, belajarlah memberi toleransi kepada mereka yang mau menyatakan keyakinannya. Kalau kita tidak sanggup mengemukakan pendapat yang berbeda dengan kebanyakan orang, berilah kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya yang berbeda, kalau kita tidak sanggup memberikan manfaat kepada orang lain, maka paling tidak, kita tidak menjadi orang yang menimbulkan mudarat bagi orang lain. ***
 
KH Jalaluddin Rakhmat, Dewan Pembina Yayasan Muthahhari Bandung

Catatan: sebuah riwayat dari Rasulullah Saw menyebutkan, “Islam mulai dengan aneh dan kembali lagi dengan aneh seperti permulaannya. Berbahagialah orang-orang yang aneh itu!” Berbagai sanad dan matan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jawhiyah dalam Madarij al-Salikin, juz 3 dan al-Rasyad al-Haditsah, hal. 194-198.
 
Sumber artikel dari buku Khotbah-khotbah di Amerika karya Jalaluddin Rakhmat. Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung, tahun 1993. 
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.