Hari itu, Rasulullah Saw datang menjenguk mereka. Sayyidina Hasan dan Husain ra yang masih kecil, senang sekali melihat kedatangan kakek mereka. Nabi Muhammad Saw pun ikut bermain bersama mereka. Hasan dan Husain bergantian naik ke pundak Rasulullah Saw. Ada kalanya dua-duanya berada di pundak Rasulullah Saw. Nabi tersenyum bahagia. Ia membiarkan kedua cucunya bermain dan bergembira. Ia berkata, “Anak-anakku, aku tunggangan yang baik bagimu. Dan kalian adalah para penunggang yang sangat baik.”
Suara bahagia Hasan dan Husain terdengar tak berhenti. Mereka masih bermain bersama Nabi Saw ketika terdengar panggilan adzan. Setiap kali Rasulullah Saw berkunjung, ia pasti bermain dengan Hasan dan Husain. Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah sangat bahagia melihatnya. Kelima orang itu tentu ingin terus seperti itu, bahagia bermain bersama. Tetapi ketika terdengar suara adzan, semua serentak menyambutnya. Mereka bersiap pergi ke masjid. Shalat adalah kebahagiaan setiap hamba.
Nabi Muhammad Saw berdiri. Sayidina Ali, semua bersiap pergi menuju masjid. Rumah mereka tak jauh dari masjid. Ketika Rasulullah Saw tiba, jamaah kaum Muslimin sudah membentuk barisan yang rapi. Mereka siap shalat bersama Rasulullah Saw.
Nabi Muhammad Saw sudah bersiap di tempat imam. Hasan kecil tidak mau meninggalkannya. Ia mengikuti Nabi Muhammad Saw ke mana pun. Nabi Muhammad Saw mendudukkan Hasan di sampingnya. Ada jarak antara tempatnya duduk dan tempat Nabi memimpin shalat.
“Allahu Akbar…Allah Maha Besar. Bismillahirrahmanirrahim…” Shalat pun dimulai. Suara Rasulullah Saw menggema di dalam masjid.
Semua berjalan seperti biasanya, hingga di akhir rakaat pertama, Rasulullah Saw bersujud. Tiba-tiba, Hasan kecil yang sedari tadi duduk di samping Nabi Saw bergerak berdiri, ia memanjat pundak Nabi.
Dalam sujudnya, Rasulullah Saw dapat merasakan bagaimana Hasan naik ke pundaknya. Bacaan sujud sudah dilantunkan, tapi Hasan tidak juga turun dari pundak Rasulullah Saw. Nabi Saw bisa pelan-pelan bangkit dari sujudnya dan menurunkan Hasan dari pundaknya, tapi Nabi Saw tidak melakukannya. Ia terus membaca tasbih dan doa hingga sujud menjadi sangat lama.
Semua jamaah yang shalat bersama keheranan. Kepala mereka sujud sehingga mereka tidak melihat apa yang terjadi. Mereka hanya bertanya-tanya mengapa sujud lama sekali.
Akhirnya, Hasan pun turun dari pundak Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw pun bangun dari sujudnya dan melanjutkan shalatnya.
Usai shalat, para sahabat bertanya, “Ya Rasulallah, kami tidak pernah sujud selama itu. Ada apa gerangan?”
Nabi Muhammad Saw menjawab, “Aku sedang sujud, ketika cucuku Hasan naik ke pundakku. Aku tidak ingin tergesa-gesa dan menurunkannya dari pundakku. Aku menunggu hingga ia turun sendiri.”
Mari belajar dari Rasulullah Saw: Meski sedang shalat, Nabi Muhammad Saw tahu. Bila ia tiba-tiba bangun dari sujudnya, ia kuatir Hasan kecil akan terjatuh. Nabi Saw sangat mencintai anak-anak, sehingga mengizinkannya duduk di atas pundak Nabi Saw, bahkan ketika sedang shalat. ***
(Diterjemahkan oleh Miftah F. Rakhmat dari buku: Seven Stories of Children and The Prophet [peace be upon him and his holy family] Mustafa Rahmandoust; Astana Quds Razavi, 2015).