Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Bung Karno: Mari Bangun Negara Yang Berkhidmat Pada Tuhan [by Dimitri Mahayana]

16/3/2019

0 Comments

 
​“Maka oleh karena itulah saudara-saudara, dengan kepercayaan yang demikian ini, maka aku percaya bahwa tidak ada sesuatu hal terjadi di dunia ini tanpa sepengetahuan dari pada Tuhan. Aku tidak mau terima bahwa Tuhan itu, oooo di sana duduk di atas, melihat ke bawah.
Saudara-saudara. Saya ulangi, jikalau Tuhan hanya duduk di sana saja, Tuhan adalah terbatas. Padahal Tuhan adalah without end, limitless, without any limit, tapi bersatu, kataku, tidak bisa dipecah-pecahkan saudara, bersatu. Maka oleh karena itu saudara-saudara. Tuhan itu saudara-saudara, juga memberi daya kepada segala perbuatan kita. Oleh karena Dia is everywhere, anywhere and everywhere, di mana-mana. Mungkin saya punya ketauhidan itu, lain dari pada orang lain. Tapi baiklah saya buka saya punya hati sekarang ini kepada seluruh umat Islam di Indonesia ini. Demikian lah ketauhidanku. Benar apa tidak, wallahu a’lam, benar apa tidak, saya serahkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam. Allah Yang Esa. Yang Satu.” ( Kumpulan Tulisan Terpilih Bung Karno, Api Perjuangan Rakyat (Pengantar: Megawati Soekarnoputri), LKEP & Kekal Indonesia, 2001)
 
Tulisan di atas menunjukkan beberapa hal. Pertama, Soekarno percaya Ketunggalan Tuhan. Dalam pandangan Soekarno, Tuhan Satu, tidak terbagi, tidak tersusun. “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS 112 (AL-IKHLĀS):1). Kedua, Soekarno percaya bahwa Tuhan tidak hanya menempati satu tempat tertentu, misalnya di langit ke tujuh, namun Tuhan ada di mana-mana dan meliputi seluruh keberadaan semesta yang lain.. “...Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS 41 (FUSHSHILAT):54) “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2 (AL-BAQARAH):115). Ketiga, Soekarno percaya bahwa Tuhan Mahaaktif berperan dalam setiap kejadian dan peristiwa di manapun, tidak hanya duduk-duduk di langit ke tujuh. “Setiap waktu Dia berada dalam kesibukan.” (QS 55 (AR-RAHMĀN):29).
 
Sampai di sini, Soekarno menampakkan identitasnya sebagai seorang Muslim sejati. Soekarno mendekati Tuhan dengan pendekatan teosofi atau sufi. Ini selaras dengan kebhineka-tunggal-ika-an dalam Pancasila. Sufi pada umumnya bisa menerima keberadaan banyak cara menyembah Tuhan Yang Satu dari agama yang beraneka ragam. Keanekaragaman agama adalah bentuk dari Rahmat Tuhan yang Maha Luas. Berikutnya, Soekarno mulai menandaskan kaitan Ketunggalan Tuhan dengan Pancasila;
 
“Saya sebutkan, Tuhan Yang Maha Esa nomor satu, saudara-saudara. Oleh karena itu, bagi saya, tanah air itu amanat Tuhan, amanat Tuhan kepada kita. Segala isi alam ini adalah amanat Tuhan kepada kita.
 
Oleh karena itu, saudara-saudara akan mengerti, Bung Karno ini berkata, bahwa Pancasila itu adalah dasar negara. Nah, itu bisa dimengerti, barangkali ini dasarnya, negara di atas di dasar Pancasila. Masuk akal. Tapi kalau Bung Karno berkata, negara bertuhan, negara harus bertuhan, bagaimana koq bertuhan?....
 
Dan telah difirmankan oleh Allah SWT: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ( QS 51 (ADZ-DZAARIYAT) : 56). Dus membuat manusia agar supaya manusia itu menyembah kepada-Nya..... Membuat negara agar supaya negara itu menyembah kepada-Nya.
 
Karena itu dengan keyakinan saya berkata, negara yang tidak menyembah kepada Tuhan, negara yang tidak bertuhan, akhirnya celaka, lenyap dari muka bumi.
 
Nah itu lah saudara-saudara, agar supaya saudara-saudara mengerti, pengertian saya tentang ushuluddin. “
 
Soekarno menegaskan bahwa tidak hanya manusia sebagai individu yang harus menyembah kepada Tuhan, namun negara juga harus menyembah Tuhan. Di sini, gagasan dan kepercayaan Soekarno tentang bagaimana manusia harus menyembah Tuhan mulai menjadi istimewa dan khas. Penjelasan Bung Karno tentang tauhid, penetapan eksistensi Tuhan, Ketunggalan Tuhan, kemudian bagaimana sebuah negara harus didirikan berdasarkan ketaatan dan penyembahan pada Tuhan terasa amat selaras dengan magnum opus dari Al Farabi, “Al Madinah Al Fadhilah”. Dalam buku ini, Al Farabi mengawali pembahasan dengan tauhid dan mengakhirinya dengan menjelaskan tentang negara utama, dan bagaimana negara utama harus dibangun berdasarkan pengabdian pada Tuhan dan tidak berdasarkan ideologi-ideologi yang serba materi.
 
Terima kasih kepada Bung Karno dan para pendahulu Bangsa yang telah meletakkan dasar Cinta Pada Tuhan dalam kehidupan kita bernegara. Pancasila mengajarkan pada kita untuk mewujudkan Cinta Pada Tuhan dalam kebinekaan kehidupan bernegara yang sehat dan penuh perkhidmatan.
 
Dikotomi Muslim Non Muslim, Pilpres dan Keutuhan Pancasila
Dikotomi Muslim non Muslim yang banyak menyeruak akhir-akhir ini, menurut hemat kami, lebih muncul dari kepentingan politik dari kelompok-kelompok tertentu, ketimbang ketulusan perkhidmatan pada Tuhan ataupun sesama. Manajemen pembiaran pada kampanye hitam yang menggunakan isu-isu SARA merupakan salah satu bentuk kelalaian dalam menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Pembiaran ini dirasakan terjadi di level akar rumput. Pemerintah, KPU dan aparat yang berwajib seharusnya lebih tegas, tanggap dan cepat dalam mengambil tindakan. Masyarakat juga diharap tidak mudah terpancing gagasan untuk dan atas nama Tuhan yang prematur dan bertentangan dengan Pancasila. Mari kita teruskan perjuangan Bung Karno mewujudkan NKRI yang berkhidmat pada Tuhan dan mengalirkan kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.*** 
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.