Tulisan di atas menunjukkan beberapa hal. Pertama, Soekarno percaya Ketunggalan Tuhan. Dalam pandangan Soekarno, Tuhan Satu, tidak terbagi, tidak tersusun. “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS 112 (AL-IKHLĀS):1). Kedua, Soekarno percaya bahwa Tuhan tidak hanya menempati satu tempat tertentu, misalnya di langit ke tujuh, namun Tuhan ada di mana-mana dan meliputi seluruh keberadaan semesta yang lain.. “...Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS 41 (FUSHSHILAT):54) “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2 (AL-BAQARAH):115). Ketiga, Soekarno percaya bahwa Tuhan Mahaaktif berperan dalam setiap kejadian dan peristiwa di manapun, tidak hanya duduk-duduk di langit ke tujuh. “Setiap waktu Dia berada dalam kesibukan.” (QS 55 (AR-RAHMĀN):29).
Sampai di sini, Soekarno menampakkan identitasnya sebagai seorang Muslim sejati. Soekarno mendekati Tuhan dengan pendekatan teosofi atau sufi. Ini selaras dengan kebhineka-tunggal-ika-an dalam Pancasila. Sufi pada umumnya bisa menerima keberadaan banyak cara menyembah Tuhan Yang Satu dari agama yang beraneka ragam. Keanekaragaman agama adalah bentuk dari Rahmat Tuhan yang Maha Luas. Berikutnya, Soekarno mulai menandaskan kaitan Ketunggalan Tuhan dengan Pancasila;
“Saya sebutkan, Tuhan Yang Maha Esa nomor satu, saudara-saudara. Oleh karena itu, bagi saya, tanah air itu amanat Tuhan, amanat Tuhan kepada kita. Segala isi alam ini adalah amanat Tuhan kepada kita.
Oleh karena itu, saudara-saudara akan mengerti, Bung Karno ini berkata, bahwa Pancasila itu adalah dasar negara. Nah, itu bisa dimengerti, barangkali ini dasarnya, negara di atas di dasar Pancasila. Masuk akal. Tapi kalau Bung Karno berkata, negara bertuhan, negara harus bertuhan, bagaimana koq bertuhan?....
Dan telah difirmankan oleh Allah SWT: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ( QS 51 (ADZ-DZAARIYAT) : 56). Dus membuat manusia agar supaya manusia itu menyembah kepada-Nya..... Membuat negara agar supaya negara itu menyembah kepada-Nya.
Karena itu dengan keyakinan saya berkata, negara yang tidak menyembah kepada Tuhan, negara yang tidak bertuhan, akhirnya celaka, lenyap dari muka bumi.
Nah itu lah saudara-saudara, agar supaya saudara-saudara mengerti, pengertian saya tentang ushuluddin. “
Soekarno menegaskan bahwa tidak hanya manusia sebagai individu yang harus menyembah kepada Tuhan, namun negara juga harus menyembah Tuhan. Di sini, gagasan dan kepercayaan Soekarno tentang bagaimana manusia harus menyembah Tuhan mulai menjadi istimewa dan khas. Penjelasan Bung Karno tentang tauhid, penetapan eksistensi Tuhan, Ketunggalan Tuhan, kemudian bagaimana sebuah negara harus didirikan berdasarkan ketaatan dan penyembahan pada Tuhan terasa amat selaras dengan magnum opus dari Al Farabi, “Al Madinah Al Fadhilah”. Dalam buku ini, Al Farabi mengawali pembahasan dengan tauhid dan mengakhirinya dengan menjelaskan tentang negara utama, dan bagaimana negara utama harus dibangun berdasarkan pengabdian pada Tuhan dan tidak berdasarkan ideologi-ideologi yang serba materi.
Terima kasih kepada Bung Karno dan para pendahulu Bangsa yang telah meletakkan dasar Cinta Pada Tuhan dalam kehidupan kita bernegara. Pancasila mengajarkan pada kita untuk mewujudkan Cinta Pada Tuhan dalam kebinekaan kehidupan bernegara yang sehat dan penuh perkhidmatan.
Dikotomi Muslim Non Muslim, Pilpres dan Keutuhan Pancasila
Dikotomi Muslim non Muslim yang banyak menyeruak akhir-akhir ini, menurut hemat kami, lebih muncul dari kepentingan politik dari kelompok-kelompok tertentu, ketimbang ketulusan perkhidmatan pada Tuhan ataupun sesama. Manajemen pembiaran pada kampanye hitam yang menggunakan isu-isu SARA merupakan salah satu bentuk kelalaian dalam menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Pembiaran ini dirasakan terjadi di level akar rumput. Pemerintah, KPU dan aparat yang berwajib seharusnya lebih tegas, tanggap dan cepat dalam mengambil tindakan. Masyarakat juga diharap tidak mudah terpancing gagasan untuk dan atas nama Tuhan yang prematur dan bertentangan dengan Pancasila. Mari kita teruskan perjuangan Bung Karno mewujudkan NKRI yang berkhidmat pada Tuhan dan mengalirkan kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.***