Kajian pada buku ini menunjukan bahwa konsep Ahlul Bait telah mengalami interpretasi beragam terkait dengan ideologi perkembangan masyarakat muslim saat itu hingga masa kini.
Dengan mengkaji hadis-hadis seputar Ahlul Bait yang banyak dimuat dalam kitab-kitab hadis mu’tabar (ternama), Alwi Husein berhasil menunjukkan kajian berkelas untuk dapat menentukan dan membatasi siapa sosok Ahlul Bait, serta memaparkan fungsi dan posisi mereka.
Penulis buku ini rupanya melakukan kajian dengan menggunakan sumber-sumber rujukan hadis yang ditopang oleh pendekatan historis dan tafsir. Di dalamnya, ia menunjukkan hasil penelitian melalui upaya mengkaji ulang hadis-hadis seputar Ahlul Bait dari kitab-kitab hadis terkemuka atau yang akrab disebut dengan Kutub al-Sittah (Kitab Yang Enam).
Sebagaimana kita tahu, para ulama mazhab Sunni sering menggunakan ‘Kitab Yang Enam’ itu sebagai dasar pengungkapan hadis Nabi saw. Ke-enam kitab itu adalah yang populer dengan nama (atau ditulis oleh) Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Al-Tirmidhi, Sunan Al-Nasa’, dan Sunan Ibnu Majah’.
Tetapi tidak hanya itu. Alwi juga merujukkan penelitiannya pada beberapa kitab hadis otoritatif lainnya. Ia, misalnya, menyandingkan kajiannya dengan paparan dan pendapat para pakar hadis klasik (seperti Imam Al-Dhahabi, Al-Hafiz Al-Asqalani, dan Imam Al-Suyuthi) dan pakar hadis kontemporer seperti Al-Albani, Wasiy Allah ‘Abbas dan Al-Arna’ut.
Lima nama Ahlil Kisaa' (Nabi saw bersama Ahlul Baitnya) di keliling nama Allah
Lima nama Ahlil Kisaa’ (Nabi saw bersama Ahlul Baitnya) di keliling nama Allah
Lewat buku-buku para ulama itu, penulis buku ini mengevaluasi dan menganalisis hadis-hadis seputar Ahlul Bait tadi. Dari hasil penelitian itu, Alwi mendapatkan temuan-temuan yang tidak saja akurat, melainkan juga menarik bagi mereka yang ingin mem(p)erkaya wawasan keislamannya dengan pengetahuan tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan Ahlul Bait Nabi saw.
Keluarga Rasulullah saw yang akrab disebut dengan ungkapan Ahlul Bait (atau Ahl al-Bayt) ‘alaihim as-salaam (as) adalah sosok-sosok pribadi yang hidup di zaman Rasulullah saw, pada saat mana kebanyakan aktifitas mereka senantiasa dekat dengan sang Nabi (saw) pada setiap ruang dan waktu. Begitu banyak sabda yang dituturkan Nabi saw sehingga setiap sarjana peneliti (termasuk penulis buku ini) tertarik untuk mengkaji posisi mereka, siapakah yang dimaksud dengan Ahlul Bait Nabi saw, bagaimana fungsi, peran dan kegiatan mereka, serta berbagai hal terkait dengan itu.
Untuk memperkuat penelitiannya itu, Alwi menukil paparan para pakar hadis dan ahli sejarah yang menjabarkan tentang eksistensi dan urgensi Ahlul Bait Nabi saw, di mana mereka dapat menjadi suri tauladan serta figur-figur paling penting bagi Islam.
Dari kajiannya, Alwi melihat adanya usaha sementara pihak yang ingin melemahkan, mengaburkan, atau bahkan menunjukkan indikasi pemalsuan substansi hakikat Ahlul Bait. Mereka itu berusaha melemahkan keabsahan riwayat-riwayat yang ada, sehingga berbeda jika dibandingkan dengan sumber-sumber yang otoritatif (asli)-nya. Namun, syukurlah usaha tersebut tidak dapat dipertahankan ketika dihadapkan pada argumen-argumen yang kokoh dan telah mendapat ‘stempel’ paten dari para pakar hadis yang mumpuni dan sangat otoritatif sebagaimana disebutkan di atas.
Alhasil, tak dapat dipungkiri Ahlul Bait memiliki posisi amat penting di sisi Nabi saw, sebagaimana hal itu dapat disaksikan dari banyaknya sabda Nabi saw yang sahih menjurus pada mereka. Kebersamaan mereka yang senantiasa di sisi Rasulullah saw menjadi barometer kokoh dan fakta akurat tentang urgensi serta kedudukan mereka dalam Islam serta penganutnya.
Sumber: https://syafiqb.com/2015/10/27/sebuah-tesis-tentang-ahlul-bait/