Karenanya, dia berpura-pura sedang menyalakan lampu dan membuat penyalaan lebih lama hingga si tamu dapat menikmati makanan itu. Ketika Sayyidah Fathimah sa membawakan lampu, dia perhatikan bahwa makanan itu tidak disentuh. Sayyidina Ali as. bertanya, “Mengapa engkau tidak makan?” Si tamu menjawab, “Aku sudah kenyang.”
Kemudian Amirul Mukminin as, Sayyidah Fathimah sa, anak-anak mereka dan tetangga ikut makan tapi makanan tetap masih ada. Sayyidina Ali as pergi menemui Nabi saw esok harinya. Ketika Nabi saw bertanya tentang memberi makan untuk tamu itu, Sayyidina Ali menjawab bahwa itu sudah dilakukan. Kemudian, Nabi saw mengisahkan kepada Sayyidina Ali cerita tentang tamu, makanan dan lampu itu. Amirul Mukminin as. bertanya, “Siapa yang memberitahukanmu cerita itu?” Nabi saw menjawab, “Jibril datang kepadaku dan memberitahuku, dengan membawa turun ayat “dan mereka lebih mengutamakan orang-orang lain atas diri mereka sendiri meskipun mereka dalam keadaan yang sangat miskin.” (QS Al Hasyr 59: 9)
(Dikutip dari Tafsir Nurul Qur’an , Allamah Kamal Faqih Imani, Jilid 18 hal. 83-84)
Sungguh Attar mengatakan;
Para Kekasih telah melewati
Tujuh kota cinta
Sedang kita baru melewati
Persimpangan jalan
Maulana menjawab;
Sungguh Para Kekasih telah melewati
Tujuh Akhlaq Ilahi
Sedang hamba masih juga berputaran
Dalam rumah berhala kedirian
Duhai ‘Ali, Duhai Biji Mataku…
ku tak tahu, apakah kelak Dikau
akan menolakku atau memanggilku, …..
sedang hamba masih juga meracau
di rumah kegelapan diriku
Duhai ‘Ali, Duhai Kekasih,
tatap siapapun yang Kau kehendaki,
Sungguh Bunga-Bunga
Tak punya wajah
Tak punya punggung
Kemuliaan mu adalah Bunga nan senantiasa menebar wangi
Sungguh ku tak tahu, apakah kelak Dikau akan menolakku atau memanggilku,
Namun Dikau bak bunga, adalah Imam yang sangat asih
Dan wangi Kasihmu meliputi segala ruang dan waktu
Kebaikan mu adalah Wangi segala Bunga
Kucemas, apakah kelak Dikau akan menolakku atau memanggilku, …..
Namun sungguh kebaikanmu telah masyhur
Kau mandikan sang penderita kusta,
di saat manusia di dunia berlomba menistakan mereka
Tak mungkin tak kau asihi satu hati
yang masih menyimpan setitik asa cinta
pada mu,
walau pun ia tenggelam dalam samudra dosa
Kucemas, apakah kelak Dikau akan menolakku atau memanggilku, …..
Namun sungguh kebaikanmu telah masyhur
Dan sungguh kelembutanmu telah masyhur
Karena Dikau lah ‘Ali
Sang Washi
Sang Washi Nabi yang penuh Kasih
Yaa ‘Ali
Yaa ‘Ali
Yaa ‘Ali
Cinta pada mu,
Telah membuat para pecinta kepayang
Sejuk mistis
Kedalamannya
Membuat jiwa ku membaharu
Bila aku adalah kapal
Maka jadilah Dikau Nahkoda,
Bawalah hamba ke bahari Cintamu
Bawalah hamba ke bahari Asmaramu
Allahumma ahyiini kama ahyaita ‘alaihi ‘Aliyyibni Abi Thaalib
Wa amitni kama maata fiihi ‘Aliyyubnu Abi Thaalib
Wa sholallohu ‘ala Muhammadin wa aali Muhammad
Shalawat!
karya Maulana Dimitri Mahayana
(Wiladah Amirul Mu'minin Sayyidina Ali as, 13 Rajab 1441 H/8 Maret 2020)