Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Indonesia Dijajah 350 Tahun?

2/6/2020

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad


Di perbatasan Yordania menuju Saudi, bus yang saya tumpangi berhenti. Bersama kawan-kawan mahasiswa, kami berangkat umrah ke tanah suci. Rupanya, di dalam bus, ada sepasang suami istri. Mereka membawa seorang bayi, masih merah dibalut kain putih yang bersih. Belakangan kami ketahui, mereka imigran Libanon yang tinggal di Perancis. Awalnya, ibu jabang bayi ingin tawaf ketika hamil di Baitullah. Takdir berkata lain. Bayi itu lahir di perjalanan. Karena satu dan lain hal, hanya surat tanda lahir dari rumah sakit yang jadi dokumen perjalanan. Bayi itu belum disertakan di dalam paspor.
Sebagian mahasiswa Indonesia membantu menguruskan keperluannya. Saya pilih jalan-jalan kaki kecil di daerah tak bertuan itu. Kami sudah melewati Yordania tapi belum masuk Saudi Arabia. Mungkin batas 100 meteran ini adalah garis tipis yang kita lihat sebagai batas antarnegara di peta dunia.

Saat menunggu itu, sekelompok pemuda turun dari bus yang berbeda. Wajah mereka ceria. Sumringah, terlihat sangat berbahagia. Melihat saya, mereka mendekat. “Dari Indonesia?” Tanya mereka setelah salam. Saya mengiyakan. Wajah melayu mudah diterka. Apa lagi bila kita kenakan kopiah atau peci nusantara.

Anak-anak muda itu bergantian memeluk saya, mengucapkan kebahagiaan mereka berjumpa dengan orang dari Indonesia. “Antum min weyn?” Tanya saya dalam Bahasa Arab pasar. “Palestina” kata mereka seketika. Senyum saya melebar. Senang dapat berjumpa dengan orang-orang yang berjuang di jalan Tuhan.

“Tahukah kau,” kata seorang dari mereka kepadaku, “kami bahagia bertemu denganmu karena guru-guru kami selalu mengingatkan kami tentang negerimu. Mereka selalu berkata: belajarlah dari orang Indonesia. Belajarlah dari mereka.”

Saya penasaran. Apa yang mereka pelajari dari kita? Mereka menjelaskan, “Bangsa kami kini terjajah. Tapi kami yakin pasti akan merdeka. Kami baru puluhan tahun dijajah. Kalian merdeka setelah 350 tahun berjuang. Kami baru seperlima pengalaman kalian dulu.” Mereka menyampaikannya dengan raut penuh optimisme, “Kami pasti merdeka. Kalau tidak generasi kami, generasi anak kami. Kalau tidak generasi mereka, kelak cucu dari mereka. Kami pasti merdeka!”
…
Pengalaman berjumpa dengan kawan Palestina itu berkesan bagiku. Singkat, tapi senantiasa teringat. Pertama, mereka datang dari negeri yang menderita, tapi tak sedikit pun tersurat wajah duka. Raut mereka penuh sukacita. Seakan-akan, lahir boleh terkungkung, tapi kekuatan jiwa takkan pernah dapat dibendung. Dan yang kedua, mereka belajar bersabar dari lamanya orang Indonesia beroleh kemerdekaan.

Namun, benarkah kita 350 tahun dijajah Belanda? Sejarahwan Prof. Taufik Abdullah membantahnya. “Bangsa ini terlalu lama larut dalam mitos bahwa Indonesia pernah hidup di bawah kolonialisme Belanda selama 350 tahun. Ini tidak sesuai dengan fakta.” Ujar Prof. Taufik Abdullah dalam sebuah seminar tentang itu.

Ya, waktu 350 tahun dihitung sejak sebuah perusahaan kongsi Belanda VOC mendarat di Banten. Mereka berniat menjalin kerjasama dagang dengan Kerajaan Banten. Mereka bahkan membawa upeti persembahan untuk Sultan Banten. Bagaimana mungkin, begitu menginjakkan kaki dihitung langsung menjajah negeri? Bagaimana dengan perlawanan para raja di nusantara? Bagaimana dengan Aceh dan daerah-daerah lain yang tak pernah dapat benar-benar ditaklukkan?

Tetapi, begitulah cerita. Ia disebarkan untuk mendukung sebuah agenda. 350 tahun bisa menunjukkan sulitnya kita berjuang, atau pada saat yang sama sulitnya penjajah menaklukkan Nusantara. Perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah bercerita, bukan? Hanya manusia yang bisa bercerita dan menjalani hidup berdasarkan cerita yang ia yakini.

Konon, Belanda berkuasa dengan mengadu domba. Politik memecah belah. Apa semudah itu para raja itu terpengaruh? Ternyata, untuk mengadu domba diperlukan senjata. Dan senjata yang paling ampuh adalah dusta. Berita tak berdasar yang dibuat menyebar begitu rupa. “Kami sudah di sini sejak 350 tehun lalu,” kata Cornelis de Jonge, gubernur jenderal Hindia Belanda sekitar tahun 1930-an. Ia sedang menyusun cerita. Adakah itu sumber kita mengambil angka? Tidakkah ia sedang berdusta? Narasi lainnya yang disusun: konon, negeri-negeri nusantara terbelakang, maka kolonialisme datang untuk membawakan bagi mereka peradaban modern. Konon, kita tinggal di hutan-hutan, tak berpendidikan tak berpengetahuan. Konon, kita ketinggalan zaman. Demikian cerita yang disebarkan. Kita bisa memilih percaya, atau melihat sudut yang lainnya.

Tidakkah kita lihat candi-candi yang megah di tanah air? Bangsa kita telah lama membangunnya. Tahukah kita ada surat menyurat raja-raja nusantara yang ditulis dengan tinta emas. Asli, tinta dari emas. Atau surat-surat yang ditaburkan emas. Surat-surat itu kini disimpan di negeri Inggris dan Belanda. Penggunaan emas itu menunjukkan bukan hanya kekayaan alam yang tersimpan, tetapi juga kemampuan dalam mengolahnya. Google saja “golden letters”, maka kita akan menemukan keterangan tentang itu. Jauh dari bayangan primitif, ternyata bangsa kita sudah maju. Rempah bukan satu-satunya yang mereka kejar. Peradaban dan pengetahuan yang lebih maju yang mereka inginkan. Surat-surat para raja itu menunjukkan kehalusan budi mereka, kesantunan, dan sebuah bahasa politik tingkat tinggi! Naskah-naskah lama Nusantara juga menyimpan khazanah suluk budi pekerti yang tinggi. Luar biasa!

Ada hal lainnya lagi. Konon, Belanda pulalah yang menyebarkan cerita tentang Perang Bubat tak berkesudahan itu. Perang yang memunculkan dikotomi Jawa Sunda. Kisah yang ditulis dalam Pararaton yang kini tersimpan—lagi-lagi—di negeri Belanda. Kisah ini tak ditemukan dalam rujukan sejarah primer lainnya. Atau artefak sejarah yang menguatkannya. Tetapi ia menorehkan luka antara dua suku besar di Indonesia. Tepat sekali, inilah politik adu domba itu. Belakangan, ditengarai juga bahwa pengkhianatan Ken Arok terhadap Tunggul Ametung tidak pernah benar-benar terjadi. Semuanya rekayasa untuk ‘menghilangkan’ perasaan bersalah bila terjadi pengkhianatan. “Memang sudah dari sananya. Dulu saja Ken Arok berkhianat. Kutukan tujuh turunan pengkhianatan akan ditimpakan.”

Walhasil, cerita punya kekuatan yang hebat. Ia bisa mempersatukan, bisa juga menceraiberaikan. Berhati-hatilah terhadap narasi besar yang dimainkan. Terutama, bila ditujukan untuk memecah belah dan mengoyak persatuan. Isu agama akan dimainkan. Isu antarmazhab dikembangkan. Isu antarsuku, golongan, ras dan kepentingan. Berita dusta itu kini kita sebut hoax. Ini dulu senjata ampuh meninabobokan perjuangan anti penjajahan. Belajarlah dari sejarah panjang itu. Belajarlah dari Amir Hamzah. Pahlawan nasional yang dieksekusi kawan. Korban revolusi yang memakan anaknya sendiri. Kerusuhan sosial di zamannya menyebarkan cerita tentang keterlibatannya dengan Belanda. Tuduhan pengkhianatan tak terelakkan. Inilah kekuatan cerita.

Bagaimana dengan negeri kita? Narasi apa yang sebaiknya dijalankan bersama? Bersyukurlah. Kepada anak-anak dan murid-murid sekolahku sering kusampaikan. Ini negeri dengan garis pantai terpanjang di dunia. Ini negeri dengan gugusan pulau terbanyak di dunia. Ini negeri zamrud khatulistiwa, dengan lebih 500-an bahasa. Apa nikmat terbesar Tuhan? Persatuan dan persaudaraan di antara kita.

Bila kemudian disebarkan berita dusta, hoax, fitnah dan sederet kabar tak berdasar lainnya, lihat dengan saksama. Akankah ia meruntuhkan bangunan bangsa? Bangunan yang ditegakkan oleh para pendahulu, oleh para pendiri, dengan susah payah, dengan cucuran keringat dan darah. Mereka berhasil mendirikannya karena tak mudah dihasut oleh ‘cerita’ buatan penjajah.

Marilah bersyukur dengan mawas diri. Mari berterima kasih pada para pahlawan negeri, dengan tetap menjaga persatuan, persaudaraan, kerukunan dan kebersamaan. Apa pun yang dapat merobekkan jalinan kebangsaan itu, pada hakikatnya tidak menghargai jasa para pahlawan itu.

Pilihlah cerita yang mengarah pada persatuan. Tahan berita yang berpotensi mengoyak kerukunan. Hentikan dengan jari kita, sekarang ini juga. Mari ubah setiap kisah dengan perspektif yang menggugah.

Indonesia dijajah 350 tahun? Oh, itu bukan karena kami lemah. Justru karena kami kuat. Belanda dan para penjajah itu memerlukan waktu selama itu untuk menaklukkan kami. Dan mereka gagal melakukannya.

Saya kira begitulah saudara-saudaraku dari Palestina memahaminya. Silakan para ahli sejarah, suguhkan kami kisah-kisah penggugah. Paparkan kami romantika masa lalu yang indah.

Dirgahayu negeriku. Doa dan cinta kami untukmu. Merdeka! Jaya tak kenal masa! ***

@miftahrakhmat
rangkuman ceramah syukuran Kemerdekaan ke-72 Negeri tercinta Republik Indonesia, 18-8-2017.

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.