Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Islam Ilmiah: Epistemologi Post-Revisionis  [by Muhammad Babul Ulum]

2/12/2022

0 Comments

 
Berikut akan saya tunjukkan satu kasus kemusykilan atau lebih tepatnya kebingungan sarjana Islam revisionis dan solusi yang Islam ilmiah tawarkan untuk menyelesaikannya. Karena itu, untuk gaya-gayaan, Islam ilmiah kita sebut sebagai Islam mazhab post-revisionis. 

Sebelum itu, mumpung ingat, perlu saya tunjukkan tema pokok yang seringkali menjadi obyek kajian mereka yang biasanya fokus pada asal usul Islam (Islamic origin) yang terbagi dalam tiga segmen yang saling terkait, yaitu (1) tentang sejarah nabi dan tentunya beserta orang yang hidup sezaman yang dikenal dengan istiilah sahabat, (2) kodifikasi Alquran, dan (3) ekspansi militer Islam (al-futuhat al-Islamiah). ​
Sarjana revisionis menganggap bahwa sumber tradisional yang diandalkan oleh sarjana Islam dalam menampilkan ketiga wajah tersebut bermasalah, tidak  memiliki nilai historis. Apa yang dilaporkan tidak lebih dari kesan ideal yang diproyeksikan oleh para penulisnya dan tidak benar-benar terjadi. Kalau pun terjadi, tidak seheboh yang dikisahkan atau kontradiktif antara satu dengan yang lain. Selain sumber yang bermasalah cara membacanya pun juga bermasalah. Sistem sanad yang dipakai untuk membaca kisah masa lalu bukan tanpa masalah. Kalah dengan motto perum pegadaian yang menyelesaikan masalah tanpa masalah. 

Kenyataannya, selain kriterianya subyektif, sanad pun ternyata bisa dibuat alias dipalsukan. Kemudian sistem sanad juga melahirkan argumentasi sirkular. Bahwa hanya orang yang dipercaya yang melahirkan informasi yang juga dipercaya. Dan informasi yang dipercaya hanya diperoleh dari orang yang dipercaya. Apa memang hanya seperti itu? Argumentasi seperti ini menyalahi kaidah undzur ma qaala wa la tandzur man qaala, yang pada prinsipnya mengajak kita untuk mengukur orang dengan kebenaran dan bukan mengukur kebenaran dengan orang. Dan karena Islam-dogma mendewakan sanad dan menjadikan person sebagai ukuran kebenaran, maka seringkali mereka terperangkap pada jerat disonansi kognitif. Bingung, pusing tujuh keliling dan mencari-cari alasan untuk ngeles. 

Satu contoh, ketika ditunjukkan bukti bahwa salah satu tokoh panutan Islam-dogma sampai akhir hayatnya tak bisa meninggalkan kebiasan mabuk, maka ia akan marah marah sambil melempar tuduhan mencaci maki sahabat pada si pemberi petunjuk. Ingin tahu, siapakah dia sahabat yang sampai akhir hidupnya hobi mabuk? Silahkan cari pada buku Al-Muawiyyat. Saya bocorkan dikit saja. Tokoh ini yang konon sangat pemberani ternyata pada waktu perang Hunain lari tunggang langgang meninggalkan Nabi di medan juang. Tokoh ini yang saat di Hudaibiyah menolak diutus Nabi ke Mekkah karena takut. Padahal dongeng yang dicipta tokoh ini saat hijrah ke Medinah secara terang-terangan menantang kufar Mekkah yang hendak menghadangnya. Tapi, kok, takut saat hendak diutus Nabi? Tokoh ini pula yang sewaktu Nabi pulang dari Tabuk bersekongkol dengan tokoh laiinnya untuk membunuh Nabi. Tokoh ini pula yang menentang keputusan Nabi dalam traktat Hudaibiyah. Kuisnya, siapa dia? 

Mengepa argumentasinya mbuled ora karuan? Karena dalam pandangannya tokoh sahabat tidak mungkin melanggar larangan Tuhan. Tapi, kan faktanya banyak sahabat yang melanggar larangan? Akhirnya untuk menyelesaikan kebingunan dibuatlah kaidah ngeles; keadilan sahabat. Kaidah ini dibangun atas prinsip kebenaran diukur dengan seseorang. Bahwa kalau dia seorang sahabat pasti benar. Padahal kaidah ini adalah dogma. Tidak ada ayat suci maupun hadis nabi yang secara pasti mendukung kaidah ini. Semuanya ditafsirkan secara subyektif. Sak penae wudele dewe. Karena sahabat telah mengambil otoritas Nabi dari yang berhak maka untuk membentengi otoritas palsunya dibuatlah dogma ‘adalah ash-shahabah, di mana semua persyaratan sanad yang katanya ketat tidak diterapkan pada sahabat. 

Jadi, untuk apa kriteria sanad dibuat kalau aplikasinya pilih kasih; di mana sahabat dikecualikan darinya. Dan terbukti, bahwa sanad juga bisa dipalsukan. Kesimpulannya, sistem sanad kalah dengan sistem pegadaian yang menyelesaikan masalah tanpa masalah. 

Mungkin dengan alasan menyinggung tokoh yang dihormati Islam-dogma akan ada yang protes dengan apa yang saya tulis di atas. Saya, sih, maklum saja. Karena memang itulah watak Islam-dogma yang meliburkan akal sehatnya. Bagi Islam-ilmiah semua fatka yang selama lebih dari seribu tahun ditutup-tutupi harus dibuka. Kebenaran harus ditampakkan walaupun pahit rasanya. Akan tetapi, sayang upaya menampakkan kebenaran seperti ini dalam tradisi akademik di Barat sebagai pengasong Islam revisionis dibatasi oleh prinsip political correctness, yaitu cara berpendapat atau bersikap yang menghindari ketersinggungan pihak lain. 

Hal itu menunjukkan bila kebebasan akademik di Barat hanya kamuflase belaka. Sama seperti kebebasan politik atau demokrasi yang barat usung itu kedok belaka. Jargon kebebasan atau demokrasi hanya berlaku bila tidak mengganggu kepentingan Barat. Omong kosong semua itu. Lihatlah apa yang terjadi selama musim pagebluk ini di Amerika maupun Eropa. Iklim di dunia politik Barat ternyata juga merembet pada ranah akademik. Dan yang ngetrend di Barat biasanya diikuti oleh dunia Islam. Karena itu, Islam ilmiah hadir untuk merevisi Islam revisionis ala Barat. To be continued.***
​
Muhammad Babul Ulum adalah doktor bidang hadis dari UIN Jakarta
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.