Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Jalaluddin Rakhmat dan Paradigma Islam Madani

9/8/2019

0 Comments

 

Kang Jalal, panggilan akrab Jalaluddin Rakhmat, memiliki keistimewaan tersendiri dalam mengartikulasikan ide-idenya. Beliau bukan hanya begitu fasih membungkus wacana-wacana keislaman secara ekspresif-inspiratif, tapi juga sangat artikulatif-komunikatif. Barangkali karena salah satu kompotensinya dalam bidang ilmu komunikasi, nyaris semua tulisan-tulisannya begitu komunikatif. Ketika membaca tulisan-tulisan Kang Jalal, seakan-akan kita sedang berdialog secara langsung dengan beliau. Seakan-akan kita tengah berhadap-hadapan langsung dengan penulisnya. Seakan-akan kita sedang diajak ngobrol secara langsung oleh Kang Jalal. Tapi bukan sembarang obrolan, melainkan obrolan yang mencerahkan nalar.

Itulah alasannya, beliau seringkali menggunakan kata-kata “Anda” sebagai mitra komunikasi dalam sebagian besar tulisan-tulisannya. Dengan kata-kata “Anda”, kita diajak berkomunikasi secara intelektual oleh Kang Jalal.
 
Tapi lebih dari itu, di dalam tulisan-tulisan Kang Jalal, kita juga akan menemukan struktur berpikir logis dalam berargumentasi dan sistematis dalam menarasikan setiap wacana pemikiran. Tatkala membaca buku-buku Kang Jalal, saya merasakan sekali, struktur logika yang sangat rasional dalam narasa-narasi yang diartikulasikannya.
 
Menariknya, struktur logika itu mampu diekspresikan secara sistematis sekaligus komunikatif. Tahapan-tahapan argumentasi yang dibangunnya, akan membuat kita mau tidak mau mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda setuju. Sampai di sini, dengan membaca buku-buku Kang Jalal, secara tidak langsung kita akan diajarkan untuk berpikir logis dan sistematis. Dan itu pada gilirannya akan mewarnai tulisan-tulisan kita juga untuk bernarasi secara logis, sistematis, sekaligus komunikatif.
 
Satu lagi keunikan yang saya temukan pada tulisan-tulisan Kang Jalal adalah tidak jarang di tengah-tengah wacana yang digulirkanya ia menyuguhkan sesuatu yang bersifat jenaka. Entah beliau sedang membahas suatu wacana tasawuf yang sangat serius; entah sendang membahas suatu pemikiran filsafat yang amat sophisticated; entah tengah mendiskusikan persoalan-persoalan politik dan pendidikan yang kompleks; entah tengah mendiskusikan hukum Islam yang rumit, seringkali ditengah-tengah tulisannya beliau menyuguhkan kejenakaan-kejenakaan yang bersifat spontanitas.
 
Namun kejenakaan-kejenakaan yang digulirkan oleh Kang Jalal bersifat intelektual, bukan kejenakaan murahan atau amatiran. Seringkali ditengah-tengah kenikmatan membaca buku-buku Kang Jalal, saya tertawa terpingkal-pingkal dengan jok-jok yang diselipkan oleh beliau ditengah-tengah tulisannya. Saat itu, saya harus berhenti sejenak. Sebab tawa itu justru mengajak saya semakin merenung lebih dalam tentang makna yang dibungkus oleh Kang Jalal dalam selubung kejenakaan. Karena itu, kejenakaan yang digulirkan Kang Jalal bukan kejenakaan murahan, tapi kejenakaan cendekia. Sebuah kejenakaan yang sarat dengan makna moral, intelektual, bahkan spiritual.
 
Dalam kesempatan ini, saya akan menayangkan secara singkat salah satu gagasan mutakhir Kang Jalal mengenai konsep Islam madani atau agama madani. Dalam perspektif Kang Jalal, secara global ada tiga paradigma pemahaman keislaman di Indonesia. Pertama, Islam fiqhi. Paradigma Islam fiqhi lebih memusatkan perhatian pada ajaran fiqih yang dipraktikkan sehari-hari. Islam menjadi sangat ritual. Kesalehan diukur dari pengamalan-pengamalan ritualistik. Pemahaman ini umumnya cenderung hanya memandang kelompoknya yang benar dan orang lain salah. ”Islamnya itu rahmatan limutamadzhibin atau rahmat bagi mazhabnya saja,” kata Kang Jalal.
 
Pada awalnya, dalam Islam fiqhi, agama tidak merasa perlu membangun hubungan organis dengan negara. Agama hanya minta jaminan agar negara memberikan kebebasan kepada umat beragama untuk beribadah. Dalam paradigma Islam Fiqhi, negara tidak berhak mengatur urusan-urusan partikular, kecuali yang menyangkut kehidupan publik, misalnya mengenai perayaan Hari Lebaran.
 
Singkatnya, ada semacam pembagian tugas bahwa negara hanya mengatur urusan publik, dan agama mengatur masalah-masalah privat. Dengan kata lain, dalam Islam Fiqhi, agama memiliki wilayah sendiri, di bawah naungan para ulama. Agama hanya sewaktu-waktu saja memerlukan negara, jika itu menyangkut urusan banyak orang. Tapi lambat laun pada prakteknya, mereka begitu terobsesi untuk mengatur semua wilayah privat umat, sehingga seringkali menganggap negara perlu memfasilitasi pengaturan legal mengenai berbagai isu-isu yang bersifat privat.
 
Hal ini bisa dilihat pada munculnya gejala syariahisasi perda-perda di beberapa daerah. Hampir semua isinya sebagian besar menyangkut urusan privat, misalnya mengenai pemakaian jilbab. Jadi di sini, Islam Fiqhi melakukan lompatan untuk mengatur urusan privat umat Muslim melalui hukum positif negara. Ini artinya, menjadikan negara sebagai instrumen politik untuk menyelenggarakan urusan partikular dan privat umat Muslim. Menurut Kang jalal, lompatan ini menjadikan Islam Fiqhi satu langkah lebih dekat ke paradigma kedua yakni Islam Siyasi atau Islam Politik.
 
Dalam paradigma Islam siyasi, agama harus menguasai negara. Islam siyasi memusatkan perjuangannya untuk merebut kekuasaan lewat konsep negara Islam, menegakkan syariat Islam, atau mendirikan khilafah. Jadi negara harus diatur secara total oleh agama. Seluruh prosedur kenegaraan, perilaku state, tata pemerintahan, semuanya harus ditentukan oleh agama.
slogan bombastis yang diteriakkan oleh Islam siyasi adalah Islam rahmatan lil muslimin, Islam menjadi rahmat dan keselamatan untuk seluruh umat Islam.
 
Jika Islam fiqhi menjadikan hukum-hukum Islam atau Syariat Islam sebagai topik utamanya, pada Islam Siyasi, topik utamanya adalah ideologi, yakni “ideologi Islam”. Namun dalam Islam siyasi terdapat banyak varian karena perbedaan pandangan mereka dalam melihat bagaimana ajaran Islam harus diterapkan di wilayah publik. Ada yang akomodasionis terhadap tatanan kenegaraan yang berlaku, dan karena itu mereka berintegrasi di dalam sistemnya, misalnya dengan menjadi partai politik Islam. Ada pula yang pendekatannya rejeksionis, bahkan menolak seluruh otoritas politik yang ada, sehingga mereka bergerak di luar sistem, di luar prosedur parlementer, bahkan terkadang menjalankan proyek-proyek kekerasan sebagai kelompok-kelompok teroris.
 
Tapi dalam tilikan Kang Jalal, satu hal yang sebetulnya mempersatukan mereka adalah pandangan bahwa Islam harus mengatur masyarakat secara keseluruhan, mengatur negara secara keseluruhan. Tidak semua mereka bersetuju mengenai bagaimana cara pengaturan masyarakat dan negara, misalnya menyangkut pilihan apakah mereka akan memberlakukan hukum-hukum Islam menjadi hukum positif negara, atau di luar itu, yakni dengan membangun komunitas-komunitas Muslim di luar negara. Untuk memberikan ilustrasi tentang banyaknya macam varian Islam Siyasi, kita bisa melihat perbedaan antara, misalnya PKS, Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, DI, kelompok-kelompok Salafi, juga percabangan gerakan-gerakan Ikhwanul Muslimin.
 
Paradigma ketiga, Islam madani. Menurut Kang Jalal, Islam madani adalah sebagai agama warga negara yang referensi subjektifnya didasarkan pada doktrin agama masing-masing kelompok agama, tetapi yang kemudian ditarik nilai-nilai obyektifnya sebagai seperangkat norma universal yang bisa di-share bersama. Dengan kata lain, agama sipil atau agama madani merupakan titik temu universal agama-agama, dari mana norma-norma etis yang bersifat general yang berasal dari ajaran masing-masing agama, dirumuskan bersama sebagai common denominator.
 
Bila kita harus menyebut sejumlah nilai-nilai universal yang menjadi perhatian utama Islam madani, maka paling tidak kita dapat menginventarisir beberapa nilai berikut ini: prinsip keadilan, kasih sayang, kebajikan universal (al-khair), saling tolong menolong, etika sosial (akhlaq) persamaan di depan hukum, Hak asasi manusia, simpati dan empati, kedamaian, kebebasan, keselamatan, dan lain-lain. Idealnya, nilai-nilai universal inilah yang semestinya menjadi panduan, guiding principles dalam menjalin relasi sosial kemanusiaan antar sesama anak bangsa di ruang publik kenegaraan.
 
Jadi, wacana Islam madani berpusat pada kebajikan universal dan kasih sayang kepada sesama manusia sehingga Islam menjadi rahmat bagi semua orang, rahmatan lil’alamin. Kesalehan sosial diukur dari kadar cinta seseorang kepada sesama umat manusia yang bersifat universal. Setiap pemeluk agama bisa memberikan makna dalam kehidupannya dengan berkhidmat pada kemanusiaan. Jika Islam fiqhi itu berkutat pada urusan fiqih dan Islam siyasi pada persoalan politik, Islam madani berpusat pada karakter, pada akhlak sosial, pada kebajikan di ranah kemanusiaan universal. Tujuannya untuk membangun etika sosial yang baik pada sesama manusia dalam kehidupan yang majemuk.
 
Dalam konteks ini, Kang Jalal mengakui dengan terus terang bahwa di samping terinspirasi oleh Jean-Jacques Rousseau, ia juga terilhami oleh Nurcholish Madjid mengenai konsep kalimat al-sawa (titik temu bersama), yakni prinsip tentang perlunya agama-agama bertemu pada suatu kesepakatan nilai bersama untuk berkhidmat pada Tuhan yang sama demi kemaslahatan umat manusia. Inilah inti gagasan Islam Madani. Dalam kerangka seperti ini, semua agama memiliki kedudukan yang sama dalam rangka untuk menyumbangkan nilai-nilai kebajikan universal dan bersekutu bersama untuk memperjuangkannya dalam tataran publik.
 
Selanjutnya, Kang Jalal juga mengakui bahwa pemikiran untuk memperkenalkan Islam dalam paradigma sebagai agama madani didasarkan pula pada kerangka metodologis yang diperkenalkan Kuntowijoyo untuk mengubah umat Islam dari cara berpikir subjektif ke level objektif. Dengan kerangka ini, cara berpikir objektif tentang agama tidak memerlukan pertimbangan-pertimbangan teologis tentang benar salahnya agama lain.
 
Dengan demikian, seperti dikatakan Kuntowijoyo, agama-agama lain tidak memerlukan pembenaran teologis secara Islam untuk menjamin eksistensinya masing-masing di tengah masyarakat Islam. Bahwa agama lain ada secara objektif, cukuplah bagi umat Islam. Umat Islam tidak perlu repot-repot berpikir tentang kedudukan teologis agama lain dalam Islam. Perubahan cara berpikir subjektif ke objektif di sini berarti pengakuan sepenuhnya bahwa agama yang ada di luar itu ada secara objektif. Dan inilah yang menjadi dasar bagi eksistensi bersama, dasar dari pluralisme agama-agama.
 
Akan tetapi, Islam madani juga merupakan penemuan personal Kang Jalal sendiri dalam petualangan intelektualnya selama ini. Dengan menggunakan perspektif psikologi agama, Kang Jalal menyoroti tiga macam model keberagamaan. Pertama, keberagamaan yang bersifat “intrinsik”, dimana nilai-nilai agama dijadikan pedoman untuk memahami berbagai peristiwa hidup. Yang kedua, keberagamaan “ekstrinsik”, yaitu yang menggunakan agama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ketiga, adalah keberagamaan yang selalu mencari (searching), mode keberagamaan yang bersifat “inquisitif”, yang biasanya lahir karena tipe keberagamaan intrinsik, untuk hidup berdasarkan agama. Orang yang memiliki keberagamaan secara intrinsik akan mengalami proses pemikiran yang membuat ia terus mencari, karena agama ia ambil sebagai pedoman hidupnya.
 
Berdasarkan perspektif psikologi agama tersebut, Kang Jalal menilai bahwa pencarian dirinya dalam menemukan Islam sebagai agama madani, pada kenyataannya merupakan tahap logis berikutnya, setelah dirinya menganut dua jenis paradigma keagamaan sebelumnya, yakni Islam Fiqhi dan Islam Siyasi. Tentu saja tahap pemikiran keagamaan ini muncul dari interaksi berbagai macam pikiran dan pemahaman terhadap konteks sosial politik yang terus berubah di Indonesia.
Referensi kontekstual ini didasarkan pada evaluasi atas pendekatan berbagai macam paham keagamaan terhadap negara. Bagi Kang Jalal, Islam tidak bisa terus tampil secara pasif-eksklusif untuk mengurusi urusan-urusan partikular umat saja, sebagaimana selama ini dikerjakan dengan pendekatan Islam Fiqhi. Demikian pula, Islam tidak mungkin terus menerus melakukan pendekatan politik yang aktif-konfrontatif untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingannya sendiri, sebagaimana selama ini diperlihatkan dari pendekatan Islam Siyasi.
 
Bagi Kang Jalal, cara yang terbaik adalah menerapkan pendekatan yang aktif-inklusif, dan bersama kelompok-kelompok lain berpartisipasi membangun sistem sosial-politik Indonesia yang bersifat universal sehingga mampu menaungi semua kepentingan warga negara yang berbeda. Pada puncaknya, agenda Islam madani bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia yang lebih luas. Sebuah agenda yang tidak lagi berdasarkan pada latar belakang ras, suku, bahasa, budaya, warna kulit, keyakinan dan agamanya, melainkan bermuara pada ranah kemanusiaan universal.
 
Pada titik ini, saya pikir sudah saatnya paradigma Islam madani ini bisa menjadi salah satu perspektif alternatif yang dimiliki oleh masyarakat secara luas dalam rangka membangun hubungan harmonis antar seluruh anak bangsa. Hari ini, sebagai umat Islam kita tidak bisa lagi hanya melakukan klaim sepihak di ruang publik tentang keistimewaan konsep-konsep teologis. Sebab keistimewaan Islam akan dinilai oleh semua pihak dari sejauh mana kontribusinya dalam mengentaskan kemiskinan dan kejumudan, mengurangi ketertinggalan dan kebodohan di ruang publik kebangsaan.
 
Hari ini, kita tidak dapat lagi hanya melakukan klaim sepihak secra publik mengenai kemuliaan ajaran-ajaran Islam. Sebab kemuliaan ajaran Islam akan diukur oleh semua pihak dari kemampuan kita dalam meniupkan spirit kebersamaan dan persatuan, kerukunan dan kedamaian dalam tataran negara bangsa Indonesia. Hari ini, kita tidak mungkin lagi hanya melakukan klaim sepihak di ruang publik tentang kehebatan agama Islam. Sebab kehebatan Islam juga akan dilihat oleh semua orang dari kesanggupan umat Islam dalam memberi sumbangsih konkret dalam aspek kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi semua warga negara yang berada di bawah payung besar Indonesia tanpa melihat latar belakang budaya, warna kulit, ras, suku, etnis, keyakinan dan agamanya. Dan itulah yang disuarakan oleh paradigma Islam madani.[]
 
Sumber: FaceBook Zaprul Khan

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.