Ketika amal Anda yang terbaik itu tidak dihargai malah dianggap sebagai amal yang harus disempurnakan dengan amal lain. Amal yang anda agung-agungkan itu kemudian dituntut misalnya untuk ditambah jam kerjanya, kuantitasnya, kualitasnya nah ini juga bisa membuat anda berhenti melakukan amal itu.
Kemudian ketika anda melakukan amal itu. Anda terlalu berlebihan di awal awal. Anda mengerahkan segala tenaga waktu dan pikiran anda sehingga akhirnya anda merasa kecapean merasa kelebihan beban dan menghentikan amal itu. Padahal yang diperhitungkan dalam amal itu adalah kesabaran anda untuk terus melakukan walaupun dengan tindakan-tindakan yang sederhana. Jadi yang penting dalam amal itu adalah kontinuitas Istiqomah karena hal itulah yang bisa mengubah keadaan bukan amal-amal yang sporadis yang spontan yang berlebihan namun kemudian berhenti seketika.
Anda melakukan amalan itu hanya berdasarkan pertimbangan emosional. Jadi anda tidak berusaha mengharmonisasikan antara tuntutan akal, tuntutan syariat, tuntutan keluarga. Anda tidak bisa menyeimbangkan prioritas amal itu karena ada hal yang tidak bisa anda penuhi padahal seharusnya dipenuhi sehingga amal itu akan mengurangi hak-hak yang lain dan hak hak amal yang lain.
Dalam melakukan perbuatan yang baik itu anda hanya fokus pada amal itu dan mengabaikan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Seolah-olah anda benar-benar bertanggung jawab atas perbuatan yang baik itu padahal sebetulnya yang mendorong memotivasi adalah Allah subhanahu wa ta'ala.
Anda menikmati amal itu, mencintai amal itu sehingga membuat anda ingin hidup di dunia dalam waktu yang lama .Amal itu telah memalingkan anda dari Tuhan, telah menyelewengkan anda dari Allah subhanahu wa ta'ala. Anda mencintai amal itu namun anda tidak mencintai dan tidak menghargai Tuhan yang mensyariatkan itu yang membuat Anda layak untuk menikmati momen-momen amal itu.
Amal-amal yang anda lakukan hanya berdimensi spiritual saja (ta'abudi) dan tidak memberikan keberkahan sosial padahal dalam situasi masyarakat membutuhkan kreativitas anda membutuhkan dukungan sosial anda.
Anda tidak bersungguh-sungguh dalam amal itu. Anda melakukan amal itu di sisa waktu anda, padahal amal itu adalah anugerah ilahi yang diberikan kepada orang-orang tertentu agar bisa memenuhinya dengan segala kesungguhan anda.
Dalam melaksanakan amal itu Anda terlalu melibatkan berbagai hal yang sebetulnya tidak begitu penting bagi amal anda namun karena ada orangnya perspeksionis anda selalu menyiapkan persiapan-persiapan yang sangat baik sekali yang kemudian pada gilirannya anda tidak punya mood lagi untuk melakukan.
Anda mencurahkan perasaan Anda kepada siapa saja ketika menemui berbagai kesulitan dalam amal itu. Amal itu memang melahirkan berbagai dinamika yang kompleks dan itu yang membuat Anda ingin berbicara banyak kepada setiap orang atau kepada orang yang memiliki pengaruh dengan harapan bisa ikut menikmati cerita itu. Padahal itu bisa mencederai keikhalasan anda.
Setelah melakukan amal baik itu di tengah-tengah amal kemudian Anda diuji dengan ujian-ujian yang baik sehingga Anda merasa ini adalah anugerah. Inii adalah tanda baik dan kemudian Anda merasa membolehkan melakukan hal-hal yang sedikit bertentangan dengan kezuhudan sebagai perayaan atas keberhasilan.
Selama dalam melakukan amal kebaikan itu tidak ada efeknya terhadap perilaku Anda, terhadap sikap Anda, qanaah Anda, tawakal Anda, zuhud anda. Sebagai misal Anda masih tetap suka makan banyak, suka minum banyak, masih suka menikmati kesenangan-kesenangan yang sebetulnya halal tapi berlebihan.
Anda tidak istiqomah dalam menunaikan amal anda itu. Tidak berusaha belajar lagi mencari ilmu lagi agar mendapatkan malakah Istiqomah di dalam diri anda. Artinya anda tidak berusaha menyempurnakannya dengan ilmu ilmu keislaman.
Amal-amal baik itu tidak diimbangi oleh transformasi jiwa anda. Amal Anda memang baik sempurna tapi jiwa anda tidak menyempurna, jiwa Anda semakin kotor, jiwa Anda semakin berubah menjadi jiwa binatang buas dan jiwa-jiwa kotor lainnya.
Anda jahil dengan sifat-sifat diri Anda yang tidak Anda ketahui karena anda tidak mengenal diri Anda, di mana sifat-sifat itu akan menjebak anda, akan menggiring anda pada situasi yang lebih buruk misalnya bertambah kebencian, membesar ego anda.
Amal-amal itu malah membesarkan anda bukan menghilangkan anda. Ego Anda semakin besar semakin berakumulasi dan bukan semakin menghilang. Artinya. Anda tambah sombong, takabur, sensitif,agresif, rakus, horni , semakin cinta dunia.
Anda tidak berusaha mencari seorang pembimbing rohani atau mursyid walaupun dalam level yang sangat sederhana untuk membimbing anda baik dengan nasehat atau dengan bimbingan secara kontinuitas.
Tidak rela dan tidak bahagia dalam menjalankan amal itu.
Anda berputus asa ketika amal itu tidak memberikan manfaat duniawi.
Anda tidak meminta bantuan kepada Allah agar bisa mengamalkan amal itu.
Wallahu 'Allam
Nano Warno, Ph.D adalah Dosen STAI Sadra Jakarta