
Selama ini pengetahuan umat Islam terkait dengan amal kebaikan sebatas tiga hal, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, do’a anak yang saleh.
Namun menurut Kang Jalal, ada pengetahuan lain dari hadist Nabi yang lebih rinci meliputi delapan hal, 1. Orang yang mengajarkan ilmu; 2. Orang yang mengalirkan air/irigasi; 3. Orang yang menggali sumur untuk pentingan umum; 4. Orang yang menanam pohon/berkebun; 5. Orang yang membangun masjid; 6. Orang yang mewariskan mushaf; 7. Orang yang meninggalkan anak yang bisa memintakan doa/ampunan; 8. Orang yang membangun jalan.
“Dari delapan hal itu petani kopi juga termasuk di dalamnya. Sebab manfaat tanaman kopi itu bukan hanya untuk seorang atau keluarga, melainkan buat memenuhi kebutuhan hidup banyak orang. Juga kita ketahui manfaatnya sangat besar bagi penghijauan karena menanam kopi berarti juga menanam pohon tegakan tinggi. Akar pohon kopi dan akar pohon tegakan tinggi sangat dibutuhkan untuk menampung air sehingga kita bisa terhindar dari banjir,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Kang Jalal juga menyatakan bahwa simpatinya kepada petani karena dua hal. Yang pertama karena dirinya juga keturunan petani. Ia mengatakan kalau orangtuanya seorang petani di pegunungan Cicalengka dan pindah ke Rancaekek dengan mata-pencaharian petani. Yang kedua, karena alasan Nabi Muhammad Saw. mendudukkan status petani sebagai yang paling mulia.
“Jadi kalau saya membantu petani ini juga berarti karena saya ingin meneladani Nabi,” katanya.
Kemuliaan petani penggarap tanah juga diceritakan Kang Jalal. Terdapat kisah saat Nabi bertemu dengan seorang petani dan Nabi bertanya tentang tanah yang diolah petani yang kemudian dijawab oleh petani hanya mengolahnya.Kemudian Nabi mengapresiasi bahwa keberkahan atau kebaikan itu terdapat pada orang yang mengolahnya, bukan pada pemiliknya.
“Dalam ajaran Islam sebenarnya yang punya hak atas tanah itu adalah yang mengolah,” katanya.
( Sadur Santosa/ www.odesa.id )