Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

KH Jalaluddin Rakhmat: Dari Islamisme Menuju Islam

20/2/2017

0 Comments

 
Beberapa waktu yang lalu pimpinan partai dari Malaysia berkunjung kepada saya. Seorang Tionghoa dan anggota parlemen di Malaysia selama sebelas kali. Dia khusus datang dengan rombongan dengan pimpinan-pimpinan partainya dan datang ke DPR RI, khusus untuk menemui saya.
Picture
Dari pertemuan itu, pimpinan partai itu bertanya kepada saya: “Kami mengenal Anda sebagai aktvis Islam. Kenapa sekarang Anda tiba-tiba berada di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Itu membingungkan kami.”
 
Pimpinan partai dari Malaysia itu bingung karena tidak bisa membedakan antara Islamis dengan Islam. Antara Islamisme dengan ajaran Islam. Lalu, saya menjawab singkat: dahulu saya berjuang untuk Islamisme, sekarang saya berjuang untuk Islam. Jadi, yang saya lakukan hanya membuang isme dan beralih pada Islam. Lalu, apa yag dimaksud dengan Islamisme?
 
Kita semua tidak pernah menjalankan ajaran Islam. Kita tidak pernah menjalankan al-Quran dan al-Hadis, seperti yang sering dibicarakan. Yang dijalankan ialah penafsiran kita terhadap al-Quran dan al-Hadis. Penafsiran terhadap ajaran Islam (al-quran dan al-hadis) itu bisa berbeda-beda. Di sinilah adanya pemikiran Islam, yang merupakan penafsiran kita terhadap ajaran Islam.
 
Dahulu kita tidak pernah menafsirkan ayat-ayat al-Quran melalui keluarga Nabi Saw. Kita menafsirkan al-Quran melalui siapa? Melalui para ustadz. Sekarang juga melalui para ustadz, yang menafsirkan al-Quran menurut perspektif Ahlulbait (keluarga Nabi saw). Di antara sejumlah penafsiran terhadap ajaran Islam, ada yang menafsirkan ajaran Islam secara politik. Jadi, menafsirkan ajaran Islam secara politik atau kata Bassam Tibi (dalam buku Islam dan Islamisme) harus membedakan Islamismus un Islam. Apa itu Islamismus atau Islamisme? Islamisme, kata Bassam Tibi, adalah politisasi tunggal; politisasi penafsiran ajaran Islam yang tunggal. Jadi, Islamisme adalah politisasi terhadap ajaran Islam.
 
Maksudnya, penafsiran yang benar itu hanya satu dan yang lain keliru. Itu penafsiran yang bersifat politik. Menafsirkan al-Quran secara politik, menafsirkan al-hadis secara politik, dan penafsirannya hanya satu yang benar. Hanya penafsirannya saja yang benar. Sedangkan penafsiran yang lain adalah keliru. Semua yang tidak sama dengan disebut sesat, kafir, musyrik, dan paling ringan adalah bid’ah. Ujungnya yang tidak sejalan dianggap bukan Islam. Dikarenakan Syiah punya penafsiran yang berbeda dengan mereka, maka Syiah bukan Islam. Dan ini disebarkan pada setiap masjid dan sekarang di Indonesia hampir tidak ada yang lolos dari kelompok Islamis ini.
 
Islamisme yang lainnya adalah penafsiran yang dipaksakan kepada semua orang melalui hukum negara yang mereka sebut sebagai syariat Islam. Yang saudara sebut hukum Allah sebetulnya bukan hukum Allah, tetapi penafsiran saudara terhadap hukum Allah. Dahulu saya pengikut ini.
 
Harus saya sebutkan bahwa kelompok Islamisme ini baru muncul pada awal abad ke 20 Masehi. Dahulu kalau Komunisme disebarkan dengan sebuah manifesto namanya: manifesto komunisme sedunia. Ada ucapan yang terkenal kemudian mengikat itu semua orang Komunis: Hai kaum buruh sedunia bersatulah kalian! Kalian tidak akan kehilangan apa-apa kecuali belenggu kalian.
 
Ada ulama yang berjuang tulus untuk menegakkan ajaran Islam, tetapi secara politik dia yang merumuskan politisasi penafsiran al-Quran dengan tema utamanya bahwa kita harus berjihad menegakan kalimah Allah di bumi dan pada akhirnya kaum muslimin akan memperoleh kemenangan dan mewarisi dunia ini. Dia menafsirkan ayat-ayat al-Quran secara politik. Orang ini namanya Sayyid Qutub. Saya pernah baca buku-bukunya ketika saya menjadi Islamis. Kaum Islamis memang lebih militant akibat penindasan yang dialaminya.
 
Islamisme adalah faham yang mempolitikan ajaran Islam secara tunggal dan dipaksakan. Salah satu contoh yang paling jelas adalah surat al-Maidah ayat 51. Dalam ayat itu disebutkan orang-orang yang beriman jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashara sebagai awliya, yang terjemahan Al-Quran dari Kementrian Agama yang belum direvisi adalah bermakna pemimpin. Sehingga diartikan jangan menjadikan Yahudi dan Nashara sebagai pemimpin. Dalam revisi terjemahan Al-Quran Kementrian Agama, kata awliya bermakna teman setia.
 
Tiba-tiba yang dimunculkan bahwa awliya bermakna pemimpin. Kenapa tidak menggunakan makna (yang direvisi) yaitu teman setia? Karena ini punya kaitannya dengan kepentingan politik. Saya pernah lihat presentasi terjemah al-Quran dalam seluruh bahasa tentang kata awliya dan kebanyakan menerjemahkan dengan makna “teman setia”. Malahan dalam terjemahan bahasa Melayu di Malaysia adalah “teman rapat”. Dalam bahasa Malaysia, kata “rapat” artinya dekat. Dalam bahasa Indonesia pun “rapat” artinya dekat. Namun, tetap saja mereka mengambil makna awliya adalah pemimpin. Mengapa? Karena kepentingan politk.
 
Ketika seseorang menyebut bahwa “kalian dibohongi pakai al-Maidah ayat 51” maka dianggap penistaan pada al-Quran. Apalagi di dalamnya ada kata awliya, yang mereka terjemahkan sebagai pemimpin. Muncul seruan untuk tidak memilih non Muslim sebagai kepala daerah. Ini terjadi politisasi makna lagi. Pemimpin dibatasi bukan pemimpin agama, bukan pemimpin masyarakat, bukan pemimpin organisasi, tetapi yang disebut awliya adalah gubernur. Kemudian disebarkan bahwa orang-orang Islam harus memilih gubernur yang juga beragama Islam. Itulah penafsiran yang berkaitan dengan kepentingan politik, yang oleh Bassam Tibi disebut Islamisme. Orang-orang di luar negeri pun tidak tahu bedanya antara Islamisme dengan Islam sehingga jatuh pada Islamophobia.
 
Pernah suatu saat Raja Husein dari Jordan berbicara di depan wakil-wakil bangsa di Jenewa. Dia cerita ajaran Islam adalah kasih sayang. Setiap hari, orang Islam kalau memulai pekerjaannya mengucapkan dengan nama Allah yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Nabi mengajarkan kasih sayang dan seterusnya sampai Raja Husein itu mendapat tepuk tangan dari anggota-anggota perwakilan bangsa-bangsa.
 
Pada saat yang sama, sesudah ceramah itu mereka bingung karena diberitakan bahwa kelompok Islam, yaitu ISIS telah membantai perempuan, anak-anak, orang tua, menghancurkan gereja, dan mengebom masjid. Belum pernah masjid dibom di mana pun di dunia ini kecuali sama orang Islam lagi. Bingunglah mereka. Mengapa bisa? Kebingungan itu karena mereka tidak bisa membedakan antara Islamisme dan Islam. Yang disampaikan oleh Raja Husein adalah Islam. Sedangkan yang disampaikan dan dilakukan ISIS adalah Islamisme.
 
Saya ingin memberikan contoh dalam sejarah. Ketika Muawiyah bin Abu Sufyan berkuasa, dia memerintah dengan kejam dan tidak menegakkan keadilan. Muncul orang-orang yang menentangnya kemudian menjadi (mazhab kalam) qadariyah, yang mengatakan kita bisa mengubah nasib dan mengubah negara sesuai kemauan kita. Semua orang bisa menentukan keinginan: mau kafir atau mau mukmin, itu pilihan. Mau berjihad atau tidak berjihad, itu pilihan. Muawiyah mau dijatuhkan atau dipertahankan, itu juga pilihan. Begitu pemahaman mazhab Qadariyah yang muncul saat Muawiyah berkuasa. Karena ini paham Qadariyah ini dapat mengganggu stabilitas kekuasaan maka muncul orang-orang yang membantah Qadariyah. Orang-orang ini menyatakan bahwa semuanya sudah ditentukan Allah. Segala yang menimpa adalah kehendak Allah. Paham ini disebut Jabariyah. Di antara orang-orang Qadariyah dan Jabariyah terjadi perang ayat. Penguasa mendukung mazhab Jabariyah sehingga dalam rukun iman muncul percaya bahwa takdir baik dan buruk berasal dari Allah. Kesimpulannya bahwa Muawiyah menjadi raja adalah kehendak Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah memberikan kekuasan kepada yang dikehendaki dan Allah merendahkan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Paham Jabariyah ini menjadi mazhab resmi Dinasti Umayyah sehingga orang-orang tidak boleh melawan penguasa dan orang yang menentangnya disebut bughat.
 
Sebagian ulama menganggap yang dilakukan oleh Imam Husein as, yaitu menentang kekuasaan Yazid sebagai bughat karena melakukan perlawanan pada pemerintahan yang sah. Sehingga Imam Husein dan keluarganya beserta pengikutnya dibantai di Karbala, Irak. Imam Husein beda dengan kaum Islamis yang berkeinginan merebut kekuasaan. Imam Husein bergerak untuk memperbaiki agama kakeknya yang sudah disimpangkan. Imam Husein tidak ingin merebut kekuasaan.
 
Ketika Imam Ali dionggokkan kekuasaan ke dalamnya orang berdatangan kepada Imam Ali memintanya untuk berkuasa, Imam Ali berkata: “Sesungguhnya nilai kekuasaan yang ditawarkan kalian itu buatku tidak lebih dari nilai tali sepatuku. Lebih murah dari tali sepatuku. Aku hanya ingin memimpin kamu berdasarkan pilihan kamu.”
 
(Naskah ditranskrip oleh Ade Saepulloh dari ceramah Dr.KH. Jalaluddin Rakhmat di Majelis Malam Rebo dan disunting oleh Redaksi Al-Tanwir)


0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.