Aktivitas keilmuan tumbuh periode akhir Dinasti Umayyah (Damaskus) dan awal kekuasaan Dinasti Abbasiyah (Baghdad). Masa Umayyah, ilmu pengetahuan yang dikembangkan yang bersifat praktis seperti illmu kedokteran dan panduan politik berupa sirah nabawiyah dan maghazi serta gerakan tadwinul hadis.
Sementara pengetahuan yang bersifat teoritis dirintis periode Al-Makmun (813-833 M) dari Abbasiyah yang memfasilitasi penerjemahan karya filsafat dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Berlokasi di Baitul Hikmah oleh Hunain bin Ishaq dan di Majalis Al-Munazarah, Baghdad (Irak).
Kegiatan ilmiah ini berkembang pula di Cordoba (Andalusia, Spanyol). Di Spanyol terdapat perpustakaan berisi 600.000 koleksi buku dan 70 perpustakaan umum. Tumbuh pula di Mesir di bawah Dinasti Fathimiyah terdapat perpustakaan yang memiliki koleksi 1.600.000 buku dengan memperkerjakan puluhan pegawai yang mengelolanya.
Dari berbagai tempat aktivitas ilmiah ini lahir kelompok intelektual Ikhwan al-Shafa, majalis Yahya bin Adi, majalis Sijistani, dan madrasah yang khusus dikelola oleh Al-Ghazali, Al-Juwaini, Hasan Al-Bashri, Nashiruddin Ath-Thusi, dan lainnya. Muncul pula ulama sekaligus ilmuwan seperti Ahmad bin Abd Allah, Abi Sulaiman Muhammad bin Nashr Al-Busti (Al-Muqaddasi), Zaid bin Rifa’ah, Abi Al-Hasan Ali bin Harun Al-Zanjany, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Bahmanyar, Suhrawardi Al-Maqtul, Ibnu Arabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-Masudi, Miskawaih, Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah, dan lainnya.
Orientalis Barat mengakui bahwa karya-karya dari umat Islam abad klasik dalam berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat berperan sebagai jembatan dan menginspirasi kemajuan di Barat. Memang ada orang Islam yang tidak mengakui filsafat sebagai khazanah ilmu-ilmu Islam dan beranggapan filsafat dapat menggoyahkan keimanan. Mereka ini kerap melontarkan cap negatif dan membisik kepada pemerintah untuk melakukan penghukuman terhadap filsuf, mutakalim, dan sufi yang dianggap menyimpang dari paham mainstream. Inilah yang terjadi kepada Suhrawardi Al-Maqtul, Ayn Qudat Al-Hamadzani, Al-Hallaj, dan lainnya. *** (ahmad sahidin)