Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Kisah Perjalanan Haji Sufyan Al-Tsauri

14/12/2016

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad


Sufyan al-Tsauri, ulama besar abad kedua hijriah yang dikenal sebagai sufi, ahli hadis, ahli fikih dan disetarakan dengan para imam besar mazhab suatu saat berkisah tentang perjalanannya berhaji.
Ia melihat seseorang tawaf di Baitullah. Langkah demi langkah sepertinya diperhatikan saksama. Untuk setiap langkahnya, ia terlihat berzikir. Zikir yang sama. Sufyan al-Tsauri memperhatikan lebih dekat. Tahulah ia, zikir yang digumamkannya adalah shalawat pada Baginda Nabi Saw. Hamba Allah Ta’ala ini tawaf tujuh putaran dan untuk setiap langkahnya ia bershalawat pada Rasulullah Saw.

Usai ibadah, Sufyan mendekatinya. “Aku perhatikan wirid thawafmu hanya shalawat pada Sang Nabi. Bolehkah aku tahu mengapa?” Dan berceritalah pembaca shalawat itu.

“Aku berangkat haji bersama ayahku. Kami datang dari tempat yang jauh. Di perjalanan, ayahku jatuh sakit. Ia dirawat di perkampungan terdekat. Ia tak tertolong. Ia meninggal dunia. Tiba-tiba, aku melihat wajahnya berubah menghitam dan perutnya membesar. Aku sangat bersedih. Aku menangis di atas jasad ayahku, dan tanpa terasa aku tak sadarkan diri.

Mungkin aku tertidur, mungkin aku jatuh pingsan. Tetapi, aku merasa berada di alam yang lain. Aku melihat jasad ayahku terbujur kaku. Wajah menghitam dan perut membesar. Lalu aku lihat seorang sosok bercahaya, indah luar biasa. Ia datang menghampiri ayahku. Ketenangan terpancar dari ronanya. Tangannya terulur, mengusap wajah ayahku. Seketika ia memutih. Jauh lebih putih dari salju. Lalu menyentuh perutnya, yang kembali seperti sediakala.

Aku berkata, ‘Tuan, izinkan aku bertanya: siapa gerangan Tuan? Dan apa yang sudah kaulakukan pada ayahku?” Ia menjawab: “Ayahmu ini banyak dosa. Wajahnya menghitam karena itu. perutnya membesar karena yang sama. Tetapi, ia sering menggumamkan shalawat untukku. Akulah Muhammad Rasulullah.”

Aku terbangun. Aku terkejut. Baginda Nabi Saw datang dalam ketidaksadaranku. Aku masih duduk di atas jasad ayahku. Dan perutnya tak lagi membesar. Wajahnya bercahaya.

Kami kuburkan ia di kampung itu. Sejak itu aku berusaha untuk tidak pernah berhenti bershalawat pada Rasulullah Saw.”
…
Beberapa waktu yang lalu, bersama sebagian kawan kami berziarah ke Irak. Sebuah prosesi berjalan kaki dari Najaf menuju Karbala. Upaya menapaktilasi Kafilah Keluarga Rasulullah Saw yang berjalan kaki lebih jauh lagi dari itu. Apalah arti kami yang hanya menempuh nol koma nol nol yang tak terhingga. Dan saya bayangkan, seperti kisah Sufyan al-Tsauri, mereka menempuhnya dengan bershalawat pada Baginda Nabi Saw. Saya, agak sedikit berbeda. Tubuh ringkih ini mudah lelah. Jarak 50 meter antar tiang seperti jauh satu sama lain. Saya belum mampu untuk menjalaninya dalam wirid dan doa. Saya iri pada mereka.

Bagaimana ‘menyiasati’ perjalanan panjang itu? Satu di antaranya, dengan berbincang. Ngobrol. Ternyata, ngobrol ‘memperpendek’ perjalanan. Tanpa terasa, sudah sekian kilometer ditempuh berjalan kaki. Nah, saya ingin kisahkan sebagian dari obrolan kami.

Seorang sahabat bertanya tentang makna surga. Saya menjawabnya ke sana kemari. Maklum, untuk meringankan perjalanan tadi. Maka saya mulai dengan makna kata surga. _Jannah_ dalam Bahasa Arab. Kebetulan, setahun terakhir saya tertarik dengan _‘daqaiq al-Qur’an’_, presisi Al-Qur’an. Pemilihan kata yang super tepat dalam Al-Qur’an. Bisa jadi ada kata lain yang mewakili, tetapi pilihan Al-Qur’an selalu membukakan mata akan keindahan mukjizat Ilahiah ini. Ambil Jannah, surga sebagai contohnya.

Jannah berasal dari kata ‘janna, junuun’ yang artinya tertutupi, terselimuti. Dari akar kata itu kita mengenal ‘jin’, makhluk yang tak terlihat. Idza jannal lailu, kalau malam datang menyelimuti. Junnah, dari akar kata yang sama, artinya perisai, sesuatu yang melindungi. Dan orang gila disebut ’majnun’ masih dari akar kata yang sama. Barangkali, ia disebut gila karena akal (sehat)nya tertutupi. Maka, saya sampaikan pada kawan itu, bagaimana mungkin saya mengisahkan surga. Sedang akar katanya berarti sesuatu yang tak terlihat, tertutupi, terselimuti, terlindungi. Singkat kata: surga tak dapat dideskripsikan.

Lalu, bagaimana dengan taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai? Pohon yang buahnya merendah dan tak pernah habis? Al-Qur’an mengisahkan itu sebagai sebuah ‘perumpamaan’. “…perumpamaan _jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya…” (QS. Muhammad [47]:15). Ayat suci itu diawali dengan kata ‘perumpamaan’. Semua kenikmatan itu adalah perumpamaan, sebagai contoh dan permisalan. Jannah sendiri, surga itu sendiri…jauh dari apa yang dapat kita sifatkan.

Kemudian, seorang kawan mengingatkan apa yang ia peroleh dari gurunya. Katanya, bukankah selain Allah Swt semuanya adalah ciptaan? Meskipun kalimat itu tidak sepenuhnya tepat dalam keesaan Allah Swt, tetapi sungguh selain al-Khaliq semuanya adalah makhluk. Selain Sang Pencipta, semuanya adalah ciptaan. Jadi, kata dia, surga juga adalah makhluk, adalah ciptaan Allah Swt.

Karenanya, barangsiapa beribadah masih mengharapkan surga, maka sesungguhnya ia beribadah masih (untuk) mengharapkan makhluk.

Lalu, apa hubungannya dengan Baginda Nabi Saw? Segalanya. Sungguh, ke arah manakah ingin kita manfaatkan (sisa) hidup kita? Bila ditanya prioritas, hal apa yang paling utama?

Belakangan, di majelis-majelis pengajian saya tanyakan itu pada kawan-kawan. Bekal terbaik apa yang akan kita bawa pulang? Amalan untuk menemani perjalanan panjang di alam keabadian. Jawaban terdengar beragam: iman, shalat, puasa, amal saleh, haji…dan seluruh kebaikan. Saya katakan: benar, semua jawaban itu benar. Tetapi, izinkan saya bertanya: bukankah seluruh amalan itu ada batasnya. Shalat terhenti begitu kita menutup mata. Puasa, zakat dan haji hanya bisa kita lakukan di dunia ini. Ibadah kita berakhir, bersama hembus nafas terakhir. Apa yang kita harapkan di alam keabadian itu?

Saya akan berharap dan bergantung pada rahmat Allah Ta’ala yang tidak pernah terputus, yang tidak pernah habis, yang luasnya melebihi segala sesuatu. Saya akan berharap pada kasihNya untuk semesta alam: Baginda Nabi Saw.

Bukankah Baginda digelari _‘rahmatan lil ‘aalamin’_. Rahmat untuk seluruh alam. Bukan hanya alam dunia ini. Sebagaimana juga Allah Ta’ala adalah _Rabbul ‘aalamin_. Tuhan seluruh alam. Dalam Bahasa Arab, untuk kata jamak yang menjadi obyek, satu bentuk di antaranya adalah dengan menambahkan ‘in’ di belakang. Muslim kalau satu. Muslimin kalau banyak. Mukmin kalau satu. Mukminin kalau banyak. Alam kalau satu. Alamin kalau banyak.

Maka Baginda Nabi Saw adalah rahmat Allah Ta’ala yang tak terputus itu. Kasih Tuhan yang meliputi seluruh alam. Baik di dunia, di alam kubur, di alam barzakh, di alam akhirat…di seluruh alam yang akan dan mungkin pernah ada. Alamin…segenap alam raya!

MawlidurRasul 1438 H
 @miftahrakhmat
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.