Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Lebaran: Lubang Jarum Konsumerisme [KH Jalaluddin Rakhmat]

15/7/2015

1 Comment

 
Amin praktis bekerja 24 jam. Ia tinggal di kamar supir, yang berada dalam rumah majikannya. Ia harus stand-by setiap saat. Aku tidak tahu berapa kali sebulan ia mengunjugi istri dan anak-anaknya. Jelas sekali ia hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Karena itu, jangan tanya betapa sumringahnya Min ketika ia pamit untuk mudik. Bukan karena di kantongnya ada THR. Bukan karena ia dibebaskan dari perintah tuan dan nyonya untuk sementara waktu. Ia ceria karena ia bisa meluangkan waktu khusus untuk orang-orang yang disayanginya.
Picture
Tuan dan Nyonya tampaknya tidak begitu gembira. Mereka kehilangan supirnya, setelah lebih dahulu pusing karena ditinggalkan para pembantunya. Kepada mereka harus kita katakan, bila mereka ingin bahagia mereka harus mengubah jeruk asam menjadi jeruk manis. Carilah blessing in diguise dalam “musibat” Lebaran. Karena Tuan dan Nyonya tidak punya supir, mereka akan terpaksa tinggal di rumah. Seperti Min, karena kesibukan kerja atau dikerjain, selama ini mereka hampir tidak punya waktu untuk keluarga. Tuan dan Nyonya jarang bertemu. Orangtua jarang berbincang dengan anak-anaknya. Setiap anggota keluarga sibuk dengan dunianya masing-masing. Karena Lebaran, Min balik ke kampungnya, dengan sukarela. Karena Lebaran juga, semua anggota keluarga majikannya pun pulang, dengan terpaksa.

Reuni keluarga adalah salah satu berkah Lebaran. Baik Min maupun majikannya sepanjang tahun telah mengorbankan keluarganya pada altar konsumerisme. Ketika Min meninggalkan kampung halamannya dan ketika Tuan menyelesaikan studinya di luar negeri, mereka didorong masuk ke dalam pusaran angin kapitalisme internasional.Mereka berubah wujud menjadi –apa yang disebut Erich Fromm- homo consumens. “Sebagai manusia, kita tidak punya tujuan kecuali memproduksi dan mengkonsumsi terus-menerus,” kata Fromm.

Boleh jadi kita punya tujuan untuk membangun keluarga yang bahagia. Tapi kebahagiaan keluarga diukur dari jumlah barang yang kita konsumsi. Tampaknya kita ingin memberikan masa depan yang indah bagi anak-anak. Tapi keindahan masa depan mereka diukur dari banyaknya uang yang mereka miliki. Kelihatannya kita berjuang untuk menegakkan ajaran agama. Tapi tegaknya ajaran Tuhan dilihat dari jumlah penghasilan dari kegiatan dakwah kita. Atau kita bercita-cita untuk membangun bangsa ini. Tapi ukuran keberhasilan pembangunan ialah jumlah jalan tol, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat hiburan.

Sebagai homo consumens kita menghabiskan waktu lebih banyak di tempat-tempat produksi dan konsumsi barang dan jasa, daripada dalam lembaga-lembaga sosial. Kita lebih sering berkunjung ke pusat perbelanjaan daripada rumah ibadat. Kita lebih banyak berada di tempat kerja daripada di rumah sendiri. Kita lebih sibuk mengurus transaksi bisnis daripada bercanda ria dengan keluarga. Orang-orang kaya pun –penguasa dan pengusaha- lebih banyak mengeluarkan uang untuk membangun mal daripada sekolah.

Hasrat konsumsi, “rage to consume” (Marshall Sahlins), mendorong kita untuk membeli dan membeli. Kita mencari kebahagiaan dalam membeli. Kita menyebut orang baik kepada orang yang membeli barang dan jasa yang baik; bukan pada orang yang bekerja dengan baik. Menurut Daniel Bell, kita sudah mengganti work ethic denganconsumer ethic. Pahlawan yang dielu-elukan di zaman ini dan gambarnya dipajang di mana-mana adalah “heroes of consumption”, bukan “heroes of production”.

Menurut salah satu nubuwat Nabi Muhammad, “Akan datang suatu zaman ketika manusia menyembah dinar (uang). Mereka bekerja keras pagi dan sore untuk mendapatkan uang.” Uang, dalam bahasa Marx, telah menjadi fetish, benda mati yang mempunyai kekuatan supranatural. Uang menjadi ukuran derajat manusia. Manusia yang paling mulia ialah yang paling banyak uangnya. Dengan uang, mereka bisa terlibat dengan aktif dalam budaya konsumerisme.

Jadi konsumerisme itu sebuah agama. Iklan adalah kitab sucinya. Mal-mal rumah ibadatnya, dan kaum kapitalis orang-orang sucinya. Apa bedanya Al-Quran dengan iklan? Al-Quran dibaca dengan cepat, iklan diikuti dengan khusyuk. Al-Quran mendatangkan ketentraman, iklan membina kekecewaan. “Tujuan iklan,” kata Robert E Lane dalam The Loss of Happiness in Market Democracy, “ ialah menciptakan bukan kepuasan, tetapi kekecewaan, termasuk kecewa terhadap diri sendiri.”

Anda akan merasa puas dengan apa yang Anda punyai, selama Anda tidak dibandingkan dengan orang yang memiliki apa yang tidak Anda punyai. Anda sudah cukup bahagia dengan mobil tua Anda, sampai di depan muka Anda diperlihatkan gemerlap mobil baru. Dengan jeratan psikologis, iklan menambah penderitaan Anda dengan menegaskan bahwa Anda terhina karena tidak punya mobil baru. “Anda pecundang tanpa mobil baru”.

Tugas iklan memang membuat Anda kecewa dengan kehidupan Anda sekarang ini. Anda didorong untuk bergairah membeli. Iklan dirancang tidak untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk menciptakan kebutuhan. Ketika kebutuhan baru muncul, Anda harus bekerja lebih keras. Sekarang Anda harus mengambil banyak waktu untuk bekerja. Di antara waktu yang disita untuk pekerjaan Anda adalah waktu untuk kegiatan-kegiatan sosial, termasuk berkumpul dengan keluarga. Bernard de Mandeville berkata, “Kemewahan telah mempekerjakan jutaan orang miskin. Kesombongan memperkejakan jutaan orang lebih banyak lagi. Irihati dan kesombongan adalah duta-duta industri”.

Semua agama mengharamkan kedengkian dan kepongahan. Konsumerisme mewajibkannya. Semua agama membentuk manusia yang berkhidmat kepada manusia yang lain, bersikap rendah hati, dan mendahulukan kepentingan orang lain. Konsumerisme mendidik Anda untuk menjadi egois, narsisis, dan mementingkan diri sendiri.

Perlahan-lahan tapi pasti, Min dan majikannya, dan kita semua menjadi kita seperti sekarang ini. Kita memandang semua makhluk Tuhan sebagai instrumen untuk melayani kebutuhan kita. Kita tidak berpikir bagaimana bisa bermanfaat bagi orang lain. Kita memutar otak bagaimana bisa memanfaatkan orang lain.

Apa yang diperoleh kaum pemilik modal? Uang yang lebih banyak. Apa yang kita peroleh? Kita kehilangan kehangatan dalam pergaulan dengan orang-orang penting di sekitar kita. Kita kehilangan kepercayaan dan cinta kasih. Kita tidak bisa percaya dan orang pun tidak percaya kepada kita. Kita tidak bisa menyayangi, karena itu juga tidak disayangi. Akhirnya, seperti kata Robert E Lane, kita kehilangan kebahagiaan dalam demokrasi pasar.

Robert Lane berbicara tentang penderitaan semua masyarakat demokratis kapitalis. Untuk bangsa Indonesia, kita harus menambah penderitaan kita karena penindasan yang dilakukan oleh para pemimpin kita. Di Amerika, betapa pun kapitalisnya, orang-orang yang menganggur dapat “unemployment check”, gaji secukupnya untuk sekedar tetap hidup. Di Jerman, betapa pun kapitalisnya, orang-orang sakit dapat perawatan kesehatan gratis. Di negara-negara kapitalis lainnya, betapa pun menindasnya para pemilik modal, rakyat kecil bisa makan kenyang, memperoleh pendidikan yang berkualitas, mendapat tunjangan pada masa tuanya. Pajak yang mereka bayar kembali lagi pada mereka.

Rakyat Indonesia telah kehilangan kebahagiaannya dalam masyarakat industri. Tapi mereka juga harus menanggung beban tambahan. Mestinya bangsa ini sudah gila semua. Mengapa tidak? Karena ada Lebaran. Pada hari itu mereka kembali kepada keluarganya, budayanya, nilai-nilai tradisionalnya dan agamanya. Maka Min pun gembira ketika memeluk anak-anaknya. Dan majikannya pun tertawa-tawa di tengah-tengah keluarganya.

(Tulisan diambil dari situs MISYKAT )


1 Comment
Haydar Yahya link
15/7/2015 09:32:42 am

Tulisan menarik dan mencerah

Reply

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.