Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Maafkan Kami, Palestina

27/6/2017

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad


Entah untuk ke sekian kalinya, kau dengar permohonan maaf ini. Entah untuk kali keberapa, sesal itu menghunjam bertubi. 

Palestina, bukan sekadar sebuah kata dalam kamus Kaum Muslimin. Palestina adalah jati diri. Adalah sejarah. Adalah pembeda antara yang semu dan hakiki. Palestina adalah wajah yang tak berubah, dari berbagai topeng kepalsuan dalam sejarah. Palestina adalah titik penentu itu: adakah gerak laju atau terjerumus dalam melangkah.  ​
Baginda Nabi Saw bersabda: “Perumpamaan orang beriman dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan terhadap sesamanya, seperti tubuh yang satu. Kalau sebagian menderita,  yang lain akan turut merasakannya.” Masih dari Baginda Nabi Saw: “Barangsiapa mendengar seseorang berteriak ‘Wahai Kaum Muslimin!’ lalu ia tidak menjawab seruannya, maka ia bukan seorang muslim.”

Maka maafkan kami, wahai Palestina. Tak berduka dengan deritamu. Tak menjerit dengan jeritanmu. Tak menangis bersama aliran darahmu. Bila sekali teriak “Ya Muslim” dan tidak terjawab maka hilanglah keberagamaan, apa jadinya kami ini… Berpuluh tahun kau berteriak, berpuluh kali juga telinga kami beku membatu. Ah, tanpa maafmu Palestina, takkan sanggup kaki melangkah di hari pertanggungjawaban nanti.

Betapa tidak. Kau punya hak terlalu besar atas kami. Padamu ada kiblat pertama. Padamu ada janji yang terjaga. 

Ini bulan suci. Kau tahu jutaan kaum Muslimin seluruh dunia mengisinya dalam ibadah. Berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari. Menyemarakkan perkhidmatan pada orang kecil. Menggemarkan berbagi dengan sesama. Tapi, sayang sekali. Tak ada yang membelamu. Tak ada yang berdiri di sisimu. Tak ada yang mengantarkan makanan bagi anak-anak yatimmu. Tak ada yang menghibur keluarga yang ditinggalkan para syahid itu.

Berulang kali di masjid kami dengar di bulan ini, “Seluruh amalan anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Sungguh puasa itu untukKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” Demikian hadis qudsi Allah Sang Mahasuci menggaung di relung kalbu kami.

Berulang kali juga aku bertanya, apakah maknanya? Seorang menjelaskan, karena puasa adalah amal yang dilakukan dengan penuh keikhlasan. Apa maknanya? Karena seseorang bisa membatalkan puasanya di kesendirian, tapi tidak ia lakukan. Itulah maknanya amal itu untuk Tuhan.

Perkenankan aku berbeda dengannya. Menurut guruku, agama (din) adalah sebuah utang (dain). Kewajiban membayar kembali apa yang sudah dimiliki. Apa itu? Nikmat keberadaan, karunia kehadiran. Filsuf menyebutnya utang eksistensial. Maka sudut pandang ini mengajarkan pada kita bahwa amalan bukan tabungan. Amalan bukan simpanan untuk kita tuntut di hari kemudian. Amalan dan agama adalah cara kita menyelesaikan utang. Tuhan memilih kita jadi manusia. Tuhan anugerahkan kita derajat makhluk termulia. Semua itu bukan cuma-cuma. Kita membayarnya dengan seluruh ibadah kita. 

Sudut pandang ini mengajarkan kita menjalani kehidupan keberagamaan dengan kerendahhatian. Bagimu utangmu dan bagiku utangku. Bagimu cara membayar nikmatmu, dan bagiku cara bersyukur atas karunia keberadaanku. Kita takkan terusik bila orang lain berbeda dalam pengamalan, karena ia bukan tabungan untuk kita ambil kemudian.

Bila kita tidak menyelesaikan utang kita di dunia, dan sungguh kita takkan mampu menyelesaikannya, maka utang kita itu dicicil di alam barzakh, di alam kemudian. Para malaikat menjadi ‘debt collectors’. Tolong, jangan disalahpahami. Jangan diartikan pelecehan untuk para malaikat suci. Melainkan sebuah kata untuk melecut dan mencambuk kita, betapa banyak beban yang kita pikul di alam sana. Dan sungguh, bila masih belum terselesaikan pula di alam itu, maka Sang Raja segala Raja yang akan menuntaskannya, pada sebuah hari yang kita kenal dengan yawmuddin. Dialah Maliki Yawmid Din. Raja hari pembalasan.

Lalu di mana datangnya Palestina? Ia ada di mana-mana. Tanpa kita sadari, ialah justru penentu keselamatan kita.

Saudara, seluruh amalan untuk kita. Untuk apa? Untuk digunakan membayar utang keberadaan itu. Maka puasalah sesungguhnya bekal kita. Itu yang untuk Tuhan, itu yang akan diganjar pahalanya. Bagaimana bisa? Mari teladani Sang Baginda Saw, kekasih hati sebaik-baiknya suri teladan tercinta.  

Benar sering dikisahkan empat sifat utama Baginda Saw: fathonah, shiddiq, tabligh dan amanah. Benar Baginda Nabi Saw adalah perwujudan kesempurnaan seluruh sifat itu, tapi mari kita simak bagaimana Al-Quran sendiri mengisahkan Baginda. Bagaimana Al-Qur’an sendiri mensifatkan Yang Mulia. Ajaib, bahwa sifat ini tak jadi teladan kita. Ajaib bahwa ia tak diajarkan di sekolah-sekolah anak-anak kita.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu; sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. Al-Tawbah [9]:128)


Lihat, simak, catat! Betapa sifat agung itu luput dari perhatian. Betapa ia tidak didengungkan di mimbar-mimbar kajian. Berat terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan kebahagiaan, sungguh teramat belas kasih lagi penyayang. Ya Allah, betapa luhurnya Nabi sang pencurah kasih sayang. Dan di mana kami, sedang hati tak tergerak oleh penderitaan.

Itulah yang diajarkan oleh puasa. Puasa mengajarkan empati, solidaritas pada sesama yang menderita. Puasa mengingatkan lapar orang-orang yang tak punya. Puasa mengingatkan haus mereka yang tercekik dahaga. Ibadah yang lain, boleh jadi, kita amalkan tanpa kepekaan terhadap sesama. Bila kita shalat dan tak ingat ada yang uzur usianya, lalu panjang membaca surat hingga tamat satu juz panjangnya…adakah shalat kita untuk Tuhan atau untuk kita? Amalan untuk Tuhan yang diwakili oleh puasa, justru adalah amalan yang membantu sesama makhlukNya. Itulah amalan yang akan beroleh karuniaNya.

Maka ada shalat orang yang merugi. Ada haji yang tak lebih dari bertepuk tangan dan bersiul. Ada zakat dan sedekah yang batal karena kecaman dan gerutuan. Tapi tidak untuk puasa. Ketika lapar dan mengenang yang menderita, di situ ada (karunia) Tuhan. Di situ ada janji keselamatan.

Dan puasalah kita, tigapuluh hari lamanya. Lapar di siang hari, terjaga di malam hari. Semua ibadah, semua bacaan, semua wirid dan amalan…lalu ternyata, semuanya masih tertahan. Apa yang menahan semua amalan itu? Ketiadaan kepedulian. Amalmu untuk dirimu. Amalmu memupuk keakuan.

Maka lihatlah Palestina. Seluruh amalan dan tak satupun teriak lantang terhadap penindasan? Seluruh ibadah dan tak menyertakan mereka dalam doa yang dipanjatkan? Seluruh pengabdian dan tak muncul berat hati melihat penderitaan. Jauh dan jauhlah kita dari kebersamaan bersama Rasulullah Saw. Sifat itu adalah sifat pertama Baginda: berat hati melihat yang lain menderita. 

Maafkan kami Palestina. Tak mendengar teriakanmu. Tak teriris oleh jeritanmu. Seluruh amal kami sia-sia, tanpa pembelaan terhadap deritamu. Betapa selama ini kau dilupakan. Betapa negeri-negeri kaya minyak di sekitarmu telah kebal terhadap suara tangisan. Tak kami temukan di negeri-negeri itu tempat pengungsian. Suriah, penampung terbesar pengungsi Palestina di seluruh dunia justru dihancurleburkan. 

Dan bersama Palestina, ada Yaman, ada Bahrain, ada Kashmir, ada Nigeria, ada Afghanistan, ada Irak, ada Lebanon, ada pengungsi-pengungsi di daratan Eropa. Ada saudara-saudara sebangsa dan senegara. Ke mana selama ini suara kami? Ke mana selama ini pembelaan kami? 

Adalah Imam Khumaini, pemimpin dan pendiri Republik Islam Iran. Ia tak pernah lepas mengingat Palestina. Ia yang berkata, “Semua umat harus bersatu dalam satu kata akan Palesina…Al-Quds bukan perkara pribadi, atau tentang satu negeri, atau tentang umat Islami. Al-Quds adalah pertanggungjawaban setiap yang mengesakan Tuhan. Dari umat terdahulu dan kemudian. Sejak ia didirikan, hingga diperkenankan hadir di alam keberadaan…” Al-Quds adalah sebutan Imam Khumaini untuk Masjidil Aqsha, untuk Palestina. Artinya, yang disucikan. 

Terlalu banyak pesan dan kalimat Imam Khumaini tentang Palestina. Mungkin, yang terbanyak yang diserukan dan dituliskan oleh seorang tokoh Islam. Tapi kecintaannya pada Palestina, kasih sayangnya untuk menyelamatkan kaum Muslimin dari amalan yang tak sampai pada pengharapan, adalah ketika Imam Khumaini menyerukan sebuah gerakan persaudaraan umat Islam sedunia. Ia jadikan Jumat terakhir di bulan suci, sebagai hari mengingat derita sesama. Palestina adalah mercu suarnya. Maka Jumat terakhir di bulan suci adalah Hari Palestina sedunia.

Indonesia sejak awal membela Palestina. Indonesia sejak awal bersama Palestina. Adalah Palestina juga, di antara negara yang pertama mengakui kemerdekaan negeri kita. Dan sejak Konferensi Asia Afrika, puluhan negara telah merdeka…kecuali Palestina.

Maka Palestina adalah garis demarkasi itu. Amalan kita tidak diterima, tanpa pembelaan atas derita sesama. Tapi mengapa Jumat terakhir di bulan suci? Orang hanya bisa mengira-ngira. Karena waktu terbaik dalam satu tahun adalah bulan suci. Karena waktu terbaik di bulan suci adalah sepuluh terakhir. Karena waktu terbaik di setiap minggunya adalah hari Jumat. Maka dipilihlah hari Jumat, karena terlalu banyaknya kelalaian kita selama ini. Berhadap sedikit banyak jadi kifarat.

Maafkan kami Palestina. Ampuni Ya Allah, kerasnya hati ini. Tak lagi terbetik air mata keharuan. Sungguh, kami menangis akan ditinggalkan bulan suci. Tapi mengapa tak menangis, melihat penderitaan Palestina setiap hari?

Sungguh kami menangis melihat dosa diri ini. Ternyata kami harus menjerit melihat dosa kami terhadap sesama saudara yang tersakiti. Dan kami tak membantu, dan kami tak peduli.

Saudara, adakah Palestina pada doa-doa dini hari saudara? Adakah Palestina pada doa-doa berbuka saudara? Adakah Palestina pada canda tawa renyah di kebersamaan bulan suci? Adakah Palestina pada i’tikaf dan lantunan bisik hati?

Adakah Palestina di hatimu, Saudara?

Ya Allah, ampuni kami…
Masihkah ada sejumput harap itu? 

Maafkan kami, Palestina! Selamatkan kami, Palestina!

Selamatkan kami...

@miftahrakhmat
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.