Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Melihat kembali Pendekatan Islamic Studies [by Muhammad Babul Ulum]

25/12/2020

0 Comments

 
Picture
SAAT melakukan riset untuk penyelesaian studi doktoral di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, saya sampai pada kesimpulan bahwa kita selama ini hanya melakukan repitisi khazanah intelektual klasik yang dianggap sakral. Nyaris tidak ada pemaknaan baru dalam membaca warisan pemikiran para pendahulu kita yang sebenarnya terkait dengan konteks budaya, sosial, politik di masanya. Padahal konteks ekopolsosbud (ekonomi politik sosial budaya) jaman now berbeda dengan jaman old.  
Karena itu kita perlu mengkaji ulang dengan menciptakan makna baru bagi teori, konsep, produk pemikirian yang sudah taken for granted tersebut. Bukan sekadar mengecer travelling theory yang sudah berlangsung berabad-abad. Sayangnya fenomena seperti ini terjadi di hampir semua lembaga pendidikan Islam dari mulai tingkat dasar, menengah, bahkan sampai level Pascasarjana. Itulah mengapa saya buat nomenklatur baru dalam studi hadis yang belum ada dalam khazanah ilmu hadis klasik. Saya beri nama al-Muawiyat yaitu hadis-hadis politis keutamaan sahabat yang diinisiasi oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, musuh Islam pertama yang kemudian menjadi penguasa tunggal dunia Islam dan berhasil mewarnai perjalanan sejarah dan ajaran agama yang dimusuhinya. Di sini, beragam teori ilmu hadis klasik seperti teori tadwin hadis, pemalsuan hadis, dan puncaknya 'adalah ash-shahabah, yang saya kritisi secara terukur dan sistematis dengan metode abduktif. Dengan teori dan metodologi ilmiah modern, Al-Muawiyat berhasil mendekonstruksi teori klasik ilmu hadis dan menggantinya dengan teori baru yang ke depan akan menjadi bangunan ilmu hadis dengan pendekatan baru, yaitu ilmu hadis revisionis.
 
Grand teori Ulumul Hadis klasik, 'adalah as-shahabah, yang sudah menjelma menjadi zombi yang nyaris tak ada yang berani mengganggu gugat, saya baca ulang dengan merekonstruksi ulang definisi sahabat yang sudah diterima secara taken for granted sejak zaman Ibnu Hanbal, Ibnu Mubarak, Bukhari, sampai Ibnu Hajar Al-'Asqalani di tanah Arab sana, hingga Fuad Jabali di kampus UIN Jakarta. Dalam pandangan Al-Muawiyat, definisi sahabat dengan perbagai teori ikutannya dan merasuk ke disiplin ilmu keislaman yang lain seperti kalam, ushul fikih, dan tasawuf adalah produk pemikiran yang tidak berangkat dari ruang kosong. Ada konteks sosial politik yang melatarbelakangi lahirnya teori tersebut. 
 
Oleh karena itu, kita yang hidup di jaman now, tidak harus menerimanya begitu saja tanpa mempertanyakan kembali, menguji ulang, dan mengoreksinya. Dalam konteks inilah Al-Muawiyat hadir sebagai upaya untuk menyegarkan kembali ajaran atau paham keagamaan kita dengan merekontruksi dan mereformasi struktur ilmu hadis klasik yang menurut asumsi sebagian akademisi sudah out of date. Yang sekaligus untuk membuktikan bahwa (ajaran) Islam selalu up to date sejalan dengan prinsip shalihun likulli zamaan wa makaan. Karena seluruh komponen ilmu hadis diformulasikan oleh generasi old yang hidup pada masa tertentu dan pasti dipengaruhi oleh problem yang valid bagi konteksnya waktu itu. 
 
Kesimpulan di atas kebetulan sejalan dengan tesis Fazlur Rahman yang menyebut bahwa Islamic studies bersifat repetitif, selalu mengulang-ulang, sarat dengan literatur yang hanya berupa komentar, syarah, penjelasan terhadap suatu karya, komentar terhadap komentar tersebut, dan sangat sedikit membuahkan pemikiran dan gagasan baru. Kalau pun ada dialog atau diskusi akademik hanya dimanfaatkan untuk mempertahankan pemikiran lama, bukan untuk mencapai gagasan atau pemaknaan baru. Metode jadal di ranah akademik dianggap sebagai jalan terbaik untuk memenangkan satu pendapat daripada untuk memunculkan pembaharuan pemikiran atau menjawab isu-isu aktual lainnnya. 
 
Dalam ilmu hadis, kita didoktrin dengan teori klasik ilmu hadis yang telah dirumuskan oleh Al-Ramahurmuzi pada abad ketiga hijriah hingga terus diulangi lagi oleh para sarjana Islam jaman now seperti Ajaj Al-Khathib, Nuruddin Al-Itr, Musthafa Azami, Mushthafa Ya'kub, dan lainnya. Padahal ulumul hadis sama seperti ulumul Qur'an, tafsir, kalam, tasawuf dan lainnya adalah produk dari pemikiran orang-orang Islam di masanya yang dipakai untuk memahami ajaran agama yang terkait dengan konteks sosial politik dan budaya di masanya. Yang sebagian besar, menurut Arkoun, hasil karya imajinasi dan hasil konstruksi pikiran manusia yang dalam perjalanan sejarah menjadi dogmatik karena telah menjadi rutinitas, diulang-ulang dan disakralkan. 
 
Mengapa sarjana Islam hanya menjadi pengecer dari produk masa lalu? Karena kepentingan pragmatis-ideologis dan keuntungan berada di zona nyaman sarjana Islam takut bermanuver di ranah ilmiah apalagi sampai ber-passing over. Mereka cenderung mempertahankan status quo sehingga tidak mau dan tidak mampu membedakan antara Islam normatif dengan historis. Bahwa ajaran agama ini mengandung aspek aspek normatif yang shalihun likulli zaman wa makan yang harus dipertahankan sekuat tenaga, di samping juga mengandung aspek aspek historis yang adalah produk pemikiran orang islam dalam evolusi sejarahnya yang panjang wa qabilun li an-niqash wa taghyiir. Berangkat dari realitas ini menurut saya kita harus menghindarkan diri dari menjadi tawanan prinsip masa lalu yang telah menjadi 'tuhan' hadis/baru (lawan qadim).
 
Dalam tradisi ilmu hadis prinsip masa lalu itu adalah teori 'adalah ash-shahabah yang menjadikan umat Islam jaman now sebagai tawanan 'tuhan' jaman old. Al-Muawiyat adalah upaya awal untuk merekonstruksi salah satu ilmu keislaman, ilmu hadis, secara lebih sistematik dan terukur dengan mengintegrasikan metodologi ilmu-ilmu sosial kedalam ilmu-ilmu keislaman. Di UIN Jakarta, seluruh mahasiswa pascasarjana dilatih untuk itu dalam mata kuliah wajib, approaches to Islamic studies. Mahasiswa dibekali dengan pandangan teoritik dalam beragam metodologi studi agama-agama sebagai piranti analitik dan akademik untuk menelaah dan menjelaskan berbagai wilayah kajian keislaman. 
 
Bagi mayoritas umat Islam kajian model ini masih asing, bahkan dianggap bid'ah karena dapat meruntuhkan aqidah. Sedangkan bagi islamis barat cara pandang seperti inilah yang berlaku. Yaitu penerapan kaidah ilmiah, metode dan cara pandang yang lazim digunakan dalam studi agama-agama pada wilayah studi keislaman. Pertanyaannya, mengapa demikian?  
 
Epistemologi Islamic studies
Karena perbedaan paradigma, sudut pandang. Secara filosofis bisa disebut sebagai perbedaan epistemologis. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan tersebut, dan plus minusnya bagi pengembangan studi Islam saya mencoba untuk mengurainya dengan memakai pisau analisis Abed Al-Jabiri yang dikembangkan oleh Amin Abdullah dengan teori interkonektifnya dalam membaca struktur bangunan khazanah klasik yang telah kita warisi secara turun temurun.
 
Sebelum itu mari kita lihat terlebih dahulu peta wilayah ilmu-ilmu keislaman yang menjadi obyek kajian kita selama ini yang terbagi dalam tiga cluster. 
 
Pertama, cluster pemahaman dan praktik keyakinan hasil interpretasi para tokoh masyarakat yang diyakini dan diamalkan secara turun temurun tanpa klarifikasi dan kualifikasi keilmuan. Yang penting dalam wilayah ini adalah pengamalan. Tak peduli apakah amalannya berdalil atau tidak. Dan bila berdalil hadis, apakah ia sahih atau tidak. Amalan dan keyakinan tersebut telah berubah menjadi dogma yang haram diganggu gugat. Di wilayah ini tradisi, budaya, habit telah menyatu dengan dan menjadi (ajaran) agama. Bangsa kadrun, dengan beragam spesies turunannya seperti FPI, HTI, Annas, Majelis Mujahidin dan PKS termasuk penghuni cluster ini. 
 
Kedua, cluster keilmuan, al-ma'arif al-Islamiyah hasil rancangan para ahli/ulama di bidangnya masing masing seperti ilmu hadis, tafsir, fikih, kalam, dan lainnya. Bila cluster pertama berada pada wilayah praktis, cluster kedua ini berada pada wilayah teori keilmuan baik yang dirumuskan secara deduktif dari nash yang qath'i dan yang ghairu qath'i, maupun yang diabstraksikan secara induktif dari praktik keagamaan (living tradition) yang hidup di masa kenabian, sahabat, tabiin, dan lainnya. Dan hasilnya sangat jelas pada semua wilayah Islamic studies yang kita warisi dari jaman old. Wilayah ini sebenarnya terkait dengan proses panjang sejarah umat Islam yang berkelindan dengan banyak factor: ekonomi, politik, sosial, budaya dan lainnya. Ini yang saya maksud dengan istilah Islam historis itu. Mayoritas sarjana Muslim, baik spesies kadrun maupun cebong termasuk penghuni cluster ini. 
 
Ketiga, cluster telaah kritis, menguji ulang, melihat kembali, merekontstrusi teori atau bangunan keilmuan yang telah disusun oleh para ahli pada cluster kedua dengan mendialogkan teori atau metodologi di wilayah tertentu--seperti ilmu hadis--dengan teori dan metodologi ilmu-ilmu sosial di luar disiplin ilmu hadis seperti yang terekam dengan apik dalam karya Al-Muawiyat. Cluster ini banyak dihuni oleh arus utama Islamis Barat dan sarjana Muslim non mainstream yang seringkali mendapat tuduhan sesat, kafir, agen imperialis dari mainstream sarjana Islam penghuni cluster kedua dan pertama.
 
Dengan pengelompokan seperti ini kita bisa menilai diri kita termasuk penghuni cluster yang mana, apakah kadrun atau cebong. Nanti atau besok akan saya teruskan bagaimana masing-masing penghuni cluster memahami ajaran agama Islam. Sekarang mari kita rayakan kelahiran Yesus, sang juru selamat umat manusia di masanya. Haleluya. Selamat Natal. ***
 
To be continued…
 
Muhammad Babul Ulum, 
doktor bidang hadis lulusan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dan pengasuh Kajian Ulum Hadis Revisionis di Lembaga Pengkajian Ilmu-ilmu Islam (LPII) Bandung
melihat_kembali_pendekatan_islamic_studies.pdf
File Size: 305 kb
File Type: pdf
Download File

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.