Agama juga bisa dilihat sebagai lembaga (institusional) yang menghadirkan berbagai ritual organisasi keagamaan, hierarki legalitas yang mendapatkan kepercayaan dari umat dan dari Tuhan.
Teori Kebenaran Agama
Teori kebenaran adalah pembahasan epistemologis dalam ranah keilmuan. Teori kebenaran agama jika dipahami dalam konteks agama adalah upaya untuk melihat agama secara objektif dengan parameter-parameter tertentu.
Isu keagamaan atau juga isu mazhab sekarang banyak melemparkan isu tentang klaim kebenaran. Setiap mazhab selalu merasa harus mengklaim kebenaran. Yaitu mendaku mazhab yang paling benar sebagai mazhab yang merepresentasikan Islam itu sendiri. Dalam sebagian narasi klaim kebenaran itu lebih khusus lagi yaitu sebagai yang merepresentasikan Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Menurut doktor Ismail Fajri Alatas yang menulis tentang tema otoritas keagaamaan membagi tiga sumber otoritas. Ada yang meyakini bahwa ulama yang benar adalah yang memiliki hubungan gen dengan Nabi Muhammad SAW atau dengan nasab. Ada juga pendapat yang mengatakan relasi itu bukan dengan gen bukan dengan nasab tapi dengan sanad yaitu hadis.
Ketiga ini termasuk minoritas yang menganggap bahwa relasi dengan Nabi Muhammad SAW itu lewat penyingkapan lewat. Dalam tarekat Naqsyabandiyah misalnya mereka meyakini bahwa minum kopi itu sunnah karena mereka melihat sendiri dalam mimpinya dalam pengalaman spiritual nabi itu meminum kopi.
Dan yang keempat, ini menurut saya, yaitu menggabungkan antara nasab dengan keilmuan. Jadi, mereka yang punya otoritas adalah yang punya hubungan nasab dengan Rasulullah, yang lebih khusus lagi adalah keluarga Rasulullah Saw yang lebih khusus lagi keluarga Rasulullah Saw yang disucikan dan memiliki ilmu-ilmu yang mendalam ilmu eksoteris dan eksoteris yang bertugas membimbing umat menjaga agama Islam dan mengantarkan kejayaan Islam sehingga dikenal dan dinikmati dan menjadi sumber keberkahan bagi seluruh umat dunia.
Teori kebenaran dalam agama tidak cocok dengan paradigma hitam putih yang membelah menjadi kafir - mukmin, Sunnah - bid' ah, benar - sesat. Rasanya tidak sesuai dengan semangat agama dan semangat para wali-wali atau imam-imam atau ulama Rabbani yang memperkenalkan Islam sebagai agama yang juga mewarnai dan diwarnai oleh budaya lokal dan mengapresiasi epistemologi rasional epistemologi intuitif epistemologi strukturalis dan epistemologi sosial.
Teori kebenaran agama tawaran dari saya adalah tingkatan kesempurnaan dalam ilmu dan praktik. Mazhab yang paling sempurna adalah mazhab yang holistik, komprehensif, yang loyal terhadap semua fakultas lahir dan batin manusia. Dan mazhab yang tidak sempurna adalah mazhab yang cenderung reduksionis yang menganggap kebenaran hanya lewat metodologi tertentu saja.
Mazhab yang paling sempurna sekali tentu yang menggabungkan teori ilmu yang komprehensif tadi, dengan amal yang komprehensif juga yaitu amal individual, amal terhadap keluarga, amal kalbu, amal spiritual, amal komunitas di bawah bimbingan guru dan amal sosial yaitu menyeimbangkan praktik-praktik ritual dan penghidmatan sosial.
Diskusi klaim kebenaran menurut saya tidak kreatif dan tidak efektif kecuali di kalangan para ulama dan ilmuwan akademisi.
Di kalangan awam atau yang merasa menjadi ilmuwan (wanna to be scholars) isu klaim kebenaran bisa memicu polarisasi tajam dan menimbulkan perpecahan.
Dalam Al-Quran sendiri bahwa kelak klaim kebenaran itu akan ditetapkan di tangan Tuhan di hari Kiamat. Jadi, mengapa harus dibesar-besarkan di dunia ini?
Klaim kebenaran itu akan menutup mata akan kebenaran yang ada di pihak yang berbeda. Adapun teks teks hadis exclusive yang selaku tesebar di masing-masing mazhab selayaknya didudukan secara proporsional dibaca dengan perspektif Al-Quran dan diperhatikan konteksnya serta maslahatnya.
Menurut Haidar Baqir bahwa kita harus jeli melihat kompleksitas suatu kebenaran dan kemungkinan manusia mengambil salah satu sikap terhadapnya dan mengandaikan keterbatasan manusia, juga mengandaikan keterbukaan terhadap variasi kebenaran. Wallahu a'lam. ***
Ustadz Nano Warno, Ph.D., adalah Dosen STAI Sadra Jakarta