Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Minim Kajian SKB Empat Kementerian? [by Miftah Rakhmat]

13/8/2020

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
 
Saya sudah menduga, cepat atau lambat sekolah akan diizinkan tatap muka. Banyak faktor, di antaranya, dugaan saya, karena pesantren juga sudah memulainya. Dan toh, meski ditemukan beberapa kasus positif di Pesantren, tak ada arahan untuk menutup kegiatan pesantren seluruhnya. Demikian ini agak berbeda dengan keterangan Pemerintah untuk sekolah umum.
Beberapa saat sebelum tahun ajaran baru, Pemerintah mengadakan temu bersama. Formatnya: para pembicara adalah pengambil kebijakan tertinggi di berbagai kementerian. Polanya: penyampaian saja, pemberitahuan, bukan untuk diskusi dan meminta masukan. Mas Menteri (diharapkan akan) menjawab banyak pertanyaan. Di era pandemi ini, kebijakan Pemerintah diuji. Apalagi, publik sebelumnya mempertanyakan keberadaannya.
 
Apa yang disampaikan Mas Menteri waktu itu? Di antaranya, tahun ajaran baru tetap dimulai pertengahan Juli 2020. Sekolah hanya boleh tatap muka bila daerah (belum ditentukan tingkat kecamatan atau kota/kabupaten) sudah ditetapkan sebagai zona hijau. Dan, Sekolah Dasar baru boleh masuk dua bulan setelah Sekolah Menengah. Itu pun dengan catatan, tidak ada kasus baru ditemukan. Ada pembicaraan tentang anggaran, tapi minim sekali evaluasi tentang kegiatan pembelajaran. Berkembang juga dinamika tentang pembelajaran jarak jauh yang mungkin diperpanjang. Setidaknya, hingga awal semester depan. 
 
Dan, baru tiga minggu tahun ajaran baru berjalan, sudah hadir pengumuman berikutnya. Lagi-lagi bersifat penyampaian. Kali ini, Pak Mendagri ikut bergabung. Ada lima menteri yang menghasilkan kebijakan SKB empat kementerian. Hasilnya, sekolah boleh tatap muka jika sudah zona kuning (sebelumnya hijau). Sekolah Dasar boleh masuk bersamaan dengan Sekolah Menengah (sebelumnya dua bulan setelahnya). Dan, orangtua tetap boleh mengizinkan anak tidak berangkat ke sekolah. 
 
Apa yang saya tangkap? Seakan-akan, Pemerintah, Kemendikbud dalam hal ini, minim kajian. Dalam tiga minggu terjadi perubahan kebijakan. Dalam pemaparan tidak disebutkan jenis studi yang dilakukan. Para pakar pendidikan merasa tidak diajak bicara. KPAI bersuara, PGRI, hingga Komisi DPR RI. Mengapa mereka seperti terkejut? Tidakkah mereka dimintai masukan untuk itu? Minimal, ketika sekolah tengah bergiat mempersiapakan bentuk terbaik untuk Pembelajaran Jarak Jauh yang diharapkan dari kebijakan sebelumnya.
 
Berikut beberapa catatan saya. Pertama, Pak Presiden menyampaikan keprihatinan karena kurangnya aura krisis di tengah masyarakat. Lalu, meminta agar Sekolah diizinkan tatap muka? 
 
Kedua, Mas Menteri menyampaikan keluhan orangtua tentang pembelajaran jarak jauh ini. Kemendikbud sudah sangat tepat dengan kebijakan kurikulum darurat. Artinya, itu jawaban untuk ‘kerepotan’ orangtua. Meski hanya terjadi di beberapa perkotaan, siapkah orangtua ‘menukar’ kerepotan mereka dengan resiko penularan? Benar, begitu banyak evaluasi PJJ. Mari rumuskan solusinya. Mencari tikus tidak harus dengan membakar lumbungnya. 
 
Ketiga, Sekolah diizinkan tatap muka. Berbeda dengan pesantren yang anak santrinya pulang ke pondok, bagaimana Sekolah dan Orangtua menjamin anak-anak akan pulang langsung ke rumah. Bagaimana dapat dipastikan mereka tidak berkumpul dulu, bermain dulu, berkerumun yang memungkinkan penurunan aura krisis tadi?
 
Keempat, orangtua boleh tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dengan kapasitas tatap muka yang 50 persen, maka skenario yang mesti disiapkan sekolah adalah: mempersiapkan dua pembelajaran tatap muka, atau satu tatap muka dan satu layanan bagi anak yang tetap di rumah. Double shift untuk para guru. Lalu, kebijakan 50 persen dari jumlah anak, bagaimana bila di beberapa sekolah negeri, ada lebih dari 50 peserta didik. Maka kategori 50 persen tetap berpotensi membentuk kerumunan anak lebih dari 20 orang. 
 
Kelima, saya selalu berharap krisis adalah kesempatan yang dihadirkan alam untuk memaksa perubahan. Dengan krisis ini, guru-guru bergerak ke arah digitalisasi pembelajaran. Mereka dituntut untuk mencari beragam pendekatan. Setelah kebijakan Pemerintah yang pertama, sekolah-sekolah berupaya untuk berinovasi. Guru-guru belajar kembali. Mereka memperkaya kemampuan diri. Mereka mengasah kemampuan berteknologi. Semangatnya sudah ada. Kondisi mengantarkan pada perubahan. Bukankah itu yang ditunggu selama ini dari Mas Menteri yang mewakili generasi milenial. Mas Menteri ‘dibantu’ alam untuk lebih cepat mengantarkan perubahan itu. 
 
Mungkin ini tulisan saya yang kesekian, mengomentari dinamika pendidikan. Kiranya, dalam menumbuhkan aura krisis yang diharapkan Pak Presiden, alangkah baiknya bila kita mengurangi polemik dalam perbincangan. Ajaklah serta para stakeholder pendidikan. Bincangkan bersama. Raih keputusan bersama. Terkesan, dengan banyaknya komentar, seakan-akan kebijakan yang dihasilkan minim kajian. Mudah-mudahan saya salah.
 
Tentu, kami para guru sangat rindu bertemu kembali dengan anak-anak. Tentu, tak ada yang dapat menggantikan kebersamaan dan kehangatan di ruangan kelas. Bila saja, penyampaian kebijakan itu disertai paparan akan kajiannya, didiskusikan bersama dengan masyarakat, dan disosialisasikan secara bertahap pada para orangtua, bukan tidak mungkin kita dapat bersiap mengambil resiko untuk tatap muka itu, dengan kesadaran bersama. Dengan keputusan bersama. Adakah itu terlalu berlebihan untuk meminta? ***
 
@miftahrakhmat

Picture
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.