Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Neurotheology: Pengalaman Religius Berbasis Otak (2) [by Jalaluddin Rakhmat]

11/8/2020

0 Comments

 
Apakah Otak Yang Menciptakan Tuhan?
Manusia pada zaman kuno menemukan penyakit yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman supranatural, kesurupan, atau hal-hal yang bersifat ilahi. Saat ini kita menyebut penyakit tersebut epilepsi. Orang-orang dari zaman kuno itu percaya bahwa penderita penyakit tersebut kemungkinan disebabkan oleh dua hal: diserang oleh setan dan jin, atau disentuh oleh tangan ilahi. ​
Hipokrates (460 – 377 SM), Bapak kedokteran, menolak pendapat ini dan mengatakan bahwa penyakit tersebut “tidak lebih ilahi dan tidak lebih suci dibanding penyakit-penyakit lainnya”. Penyakit tersebut mempunyai sebab alami yang terdapat di dalam otak manusia. Di dalam karyanya yang terkenal “Tentang Penyakit Suci”, Hipokrates menulis komentar tentang psikiatri syaraf yang terpenting sepanjang sejarah[4]: 
 
“Manusia harus mengetahui bahwa dari otak, dan hanya dari otak saja, lahir semua perasaan bahagia, kenikmatan, tawa dan canda; demikian juga perasaan duka, sakit, kesedihan, dan air mata… dan melalui organ yang sama, kita bisa menjadi gila dan lupa daratan, memiliki rasa takut dan kengerian yang mengganggu kita.”
 
Selama berabad-abad, mereka menyebut epilepsi sebagai penyakit suci, morbus divinus, morbus deificus (diciptakan oleh Tuhan), morbus coalestis (penyakit dari langit), morbus astralis (penyakit yang disebabkan oleh bintang), morbus lunaticus (penyakit yang disebabkan oleh bulan). Dan pada masa Pencerahan-lah epilepsi tidak dihubungkan lagi dengan dosa dan pelanggaran hukum, juga tidak berhubungan dengan karunia dan pemberian Tuhan. Setelah masa ini, dokter kemudian meneliti epilepsi sebagai gangguan otak. Untuk tujuan ini, psikiatri syaraf kemudian lahir sebagai satu cabang ilmu yang menggabungkan antara neurologi (ilmu tentang syaraf dan penyakit-penyakitnya) dan psikiatri (ilmu yang mempelajari tentang pikiran dan masalah-masalahnya). Mereka juga menemukan hubungan antara epilepsi dan agama. Beberapa psikiater bahkan bergerak lebih jauh dan membuat hipotesa bahwa tokoh-tokoh agama yang besar seperti Rasul Paul, Joan dari Arc, Theresa dari Avila (mereka bahkan menyebut Nabi kita Muhammad Saw), telah menderita penyakit yang disebut temporal-lobe epilepsy (TEL) atau epilepsi lobus temporer.
 
Tidak lama setelah itu, di akhir abad 19, para peneliti pengalaman religius mengidentifikasi orang-orang yang memiliki pengalaman ilahiah yang bukan disebabkan oleh epilepsi atau kerusakan otak. Lebih dari seratus tahun yang lalu, William James menjelaskan “Agama dan Neurologi” di dalam ceramah pertamanya di Glifford, yang kemudian diterbitkan dengan judul The Varieties of Religious Experience (buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Mizan tahun 2004 dengan judul Perjumpaan Dengan Tuhan, Ragam Pengalaman Religius Manusia, pent.). James menguji kondisi kognitif pikiran religius yang sehat. Beliau mengindikasikan bahwa daerah tertentu di otak mempunyai pengaruh di dalam pengalaman religius. Namun hal itu bukan berarti bahwa otak lah yang menciptakan agama. Juga bukan berarti bahwa pengalaman religius disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada otak. Karena teknologi untuk meneliti otak pada saat itu masih belum berkembang, James belum bisa mengembangkan neurologi yang berhubungan dengan pengalaman religius. Beberapa aspek dari pengalaman religius seperti yang dijelaskan oleh James, telah ditelusuri lebih jauh di berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropologi, dan sosiologi. Hanya saja, penelitian James di dalam neurologi tidak terlalu diperhatikan hingga tahun 1970.[5]
 
Pada tahun 1970, penelitian James di dalam neurologi yang berhubungan dengan pengalaman religius direspon dengan menarik oleh sebuah kelompok psikiater syaraf yang meneliti orang-orang yang mengalami obsesi religius yang hebat, yang sekali lagi, berasal dari pasien dengan TEL. Awal tahun 1980, Michael Persinger menulis dan menerbitkan artikel yang berhubungan dengan pengalaman religius dan aktifitas otak.[6] Belakangan, Persinger menulis buku tentang psikologi syaraf yang berhubungan dengan keyakinan-keyakinan religius. Beliau menunjukkan bahwa pengalaman religius disebabkan oleh ketidaknormalan elektris singkat di dalam lobus temporer. Setiap orang bisa merasakan pengalaman dengan Tuhan karena lobus temporer itu telah mengembangkan caranya sendiri untuk mencapai kondisi itu. Pengalaman dengan Tuhan pada dasarnya adalah artefak biologis pada otak. Persinger mengikuti mayoritas saintis yang berpendapat bahwa otak yang menciptakan Tuhan. Persinger bersikeras bahwa stimulus yang berbeda-beda di dalam setting pengalaman religius seperti musik, ayunan dan tarian, wewangian yang repetitif, dapat memantik kondisi lobus temporer yang pada akhirnya menciptakan pengalaman tentang Tuhan. Sayangnya, Persinger tidak memberikan bukti saintifik atas hipotesisnya. Beliau juga tidak menyediakan data empiris bahwa keyakinan terhadap Tuhan adalah “suatu virus kognitif” dan angan-angan.
 
Rhawn Joseph melanjutkan hipotesis Persinger dengan meletakkan fondasi pengalaman religius dan spiritual pada struktur sistem limbik (otak) – amygdala, hippocampus, dan lobus temporer inferior. Struktur otak ini yang juga berpengaruh pada seksualitas, rasa marah, dan perlakuan yang sadis. Joseph ingin mengatakan bahwa orang-orang religius cenderung kepada kekerasan, gangguan seksual, dan pembunuhan. Namun, Joseph mengakui anggapan yang masuk akal bahwa otak mungkin berkembang karena terdapat dunia spiritual dimana sistem limbik mungkin berhubungan dengan Tuhan, bahwa “pemancar Tuhan” ini (merujuk kepada sistem limbik) mungkin saja bertahan karena memiliki hubungan dengan realitas spiritual.[7]
 
Joseph telah dikritik karena penjelasannya yang reduksionistik. Ide yang cukup terkenal tentang lokalisasi otak – seperti halnya otak kanan dan otak kiri, atau fungsi-fungsi khusus pada bagian otak tertentu – menafikan fakta bahwa otak bekerja sebagai satu kesatuan, bukan sebagai modul-modul yang bebas dan tak berhubungan satu sama lain. Kritik ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Carol Albright, juga telah digunakan untuk “mengoreksi” asumsi Dr Jill Bolte Taylor. Ketika memisahkan otak kiri dan otak kanan, Taylor sedang menceritakan suatu metafora ketimbang memberikan bukti saintifik. Taylor tidak menjelaskan sains; dia sedang membaca puisi. Oleh karena itu, menurut Albright, sistem limbik bukanlah struktur “modul Tuhan” yang tunggal, atau “pemancar Tuhan”. Otak bekerja sebagai hasil dari interkoneksi yang kompleks dari area-area yang terdapat di otak. Karenanya, otak secara keseluruhan terlibat di dalam pengalaman religius atau pengalaman dengan Tuhan. Praktik-praktik keagamaan mungkin bisa mengontrol otak reptil dengan memberikan petunjuk di dalam sikap seksual dan kekerasan. Otak mamalia memberikan emosi dan daya ingat, serta membantu kita untuk membangun hubungan yang bermakna dengan Tuhan. Akhirnya, kita sampai pada bagian terpenting pada otak: korteks serebral. Inilah bagian otak yang memiliki daya pikir[8]:
 
Melingkupi dua bagian otak terdapat korteks serebral yang menyediakan apa yang sebagian besar orang anggap sebagai ciri khas manusia, termasuk bahasa. Korteks serebral juga adalah area dimana banyak informasi yang diproses di bagian-bagian otak yang lain, disatukan dan diolah sehingga kita bisa membuat keputusan dan penilaian. Pengalaman religius akan melibatkan semua area ini: pengalaman mistis, cinta dan kekerabatan, sistim limbik, berbagai jenis ritual, otak reptil, serta ketajaman dan pemahaman terhadap panggilan dari Tuhan, korteks serebral (misalnya, lobus frontal)..
 
Persinger, Joseph, Albright, telah mencoba untuk mengidentifikasi dimana letak “Titik Tuhan” di dalam otak sebagai fondasi neurotheology. Lebih spesifik, mereka telah memulai setengah bagian pertama neurotheology yang mencapai kesimpulan bahwa “otak yang menciptakan Tuhan”. Kembali ke Dr Jill Bolte Taylor, mereka telah mempelajari bagian pertama dari pencerahan Taylor tentang stroke. Mereka menemukan bahwa “alamat” pengalaman religius terdapat pada sisi kanan otak Anda. Hal itu juga menjadi kesimpulan dari “pencarian tak berujung akan pengetahuan tentang Tuhan” dari para ateis tulen, seperti yang direpresentasikan oleh Mathew Alper[9]:
 
Satu hal yang saat ini saya bisa katakan tentang kepastian empiris Tuhan adalah bahwa Tuhan itu hanyalah satu kata; yang sebagaimana semua kata, ia lahir dari dalam otak manusia. Hal ini berarti satu-satunya fakta yang saya miliki sekarang tentang sifat keberadaan Tuhan, tidak datang dari sesuatu yang saya pahami dari atas, dari “di luar sana”. Tetapi ia justru datang dari sesuatu yang lahir dari dalam. Lebih spesifik, dari hasil kerja organ pisik saya, otak – dan bukan hanya otak saya saja, tetapi dari semua otak dari hampir semua orang dari setiap budaya sampai masa awal kelahiran spesies saya.
 
Sampai disini bukanlah akhir pencarian ini. Bagian ini baru setengah perjalanan. Memang, ini adalah perjalanan panjang sejak dari zaman dahulu kala. “Untuk mengevaluasi latar belakang historis neurotheology, kita harus mempelajari sejarah beberapa ribu tahun yang lalu untuk melihat bagaimana tradisi religius telah mempertimbangkan adanya hubungan antara pikiran dan usaha seseorang untuk berinteraksi dengan beberapa realitas yang lebih tinggi,”[10] demikian tulis Andrew Newberg, salah seorang pendiri disiplin ilmu baru yang disebut neurotheology. Beliau masih menulis disiplin ilmu baru ini dalam tanda petik, sebagaimana yang beliau katakan ketika memberikan defenisi: “’Neurotehology’ adalah bidang studi dan riset yang unik yang mencoba untuk memahami hubungan, yang secara spesifik antara otak dan teologi, dan secara luas antara pikiran dan agama.”[11]
 
Terdapat dua jenis hubungan tersebut: bagian pertama adalah bagaimana otak menciptakan Tuhan, dan bagian kedua adalah bagaimana Tuhan menciptakan otak. Di dalam istilah kita sekarang: bagaimana otak membentuk pengalaman religius dan bagaimana pengalaman religius memiliki pengaruh terhadap otak. Andrew Newberg melaporkan bagian kedua dari studi tentang otak di dalam karya best-seller-nya, How God Changes Your Brain. *** (bersambung)
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.