Setiap orang akan menyadari apa saja yang sia-sia itu melalui kesadaran suci dirinya yang disebut dengan fitrah. Manusia dibekali pengetahuan yang sudah inheren di diri dalam dirinya untuk mendeteksi apakah ini perbuatan menyimpang atau tidak menyimpang. Jika memang disadari oleh sang subjek dan dia tidak segera memperbaikinya, menghentikannya malah dia meneruskannya ini salah satu noktah hitam.
Yang kedua adalah israf atau berlebihan. Kullu wasyrobu walatusyrifu. Makan dan minumlah dan jangan berlebihan! Ini larangan berlebihan tidak hanya berlaku untuk makan minum saja, tapi juga untuk perbuatan yang lain apa saja yang berlebihan atau yang ekstrem itu tidak disukai oleh Tuhan. Contoh yang kasat mata adalah makan dan minum, dalam tindakan sehari-hari. Dalam mengelola kebutuhan dasar ini manusia dilatih untuk bisa mengendalikan diri, untuk bisa menahan diri, untuk bisa menghentikan jika itu memang dirasa berlebihan. Sedikit saja berlebihan maka dia akan terbiasa dengan berlebihan, dengan mengkonsumsi berlebihan, dengan menikmati kesenangan secara berlebihan.
Dua hal yang mungkin dianggap ringan dianggap enteng yaitu berlebihan kemudian menyia-nyiakan itu cukup bisa meruntuhkan segala yang sudah segala suluk yang sudah dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan secara konsisten.
Dua hal ini mungkin kita lakukan terutama di malam hari; ada waktu yang sangat panjang dan sepi hening yang selayaknya dimanfaatkan untuk mengulangi pelajaran, mengevaluasi pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas pelajaran, berdiskusi,membaca mendengar dan menyimak pelajaran namun kita malah memanfaatkannya untuk aktivitas yang sia-sia (wasting of time)..
Apa saja yang membuat seseorang terdorong tertarik untuk menyia-nyiakan waktunya dan berlebihan? Banyak hal yang membuat kita secara tidak sadar dan tidak bisa mengendalikan begitu saja melakukan dua hal ini.
Biasanya dua hal ini dilakukan yaitu berlebihan atau israf dan penyia-nyian waktu atau tabzir ketika kita memiliki waktu luang dan ketika kita sehat.
Waktu luang yaitu waktu bebas, waktu libur, weekend hari Sabtu dan Minggu itu menjadi hari yang sesungguhnya sebagai medan pertempuran (field of battle) karena setan leluasa untuk melengahkan kita. Waktu libur, waktu luang, waktu istirahat membuat kita merasa tidak bersalah untuk menyia-nyiakan waktu. Padahal waktu libur waktu siang waktu istirahat itu adalah waktu untuk pemulihan, waktu untuk mencharge lagi semangat, waktu untuk meneguhkan mimpi-mimpi kita, untuk mengingatkan tujuan kita bahwa kita punya target target jarak dekat yaitu 4 tahun 5 tahun menyelesaikan masa-masa penguasaan ilmu-ilmu dasar Islam (Islami basic study), jarak menengah dan jarak jauh.
Suatu hari Ustadz Arifin Ilham datang ke perumahan kita dan disambut dengan meriah oleh lurah dan RW, RT juga emak emak. Ia bercerita tentang kebiasaan pagi hari setelah tahajud untuk membersihkan WC WC di majlisnya. Ia juga pernah mengatakan bahwa waktu istirahat adalah kematian kita
Ini siklus kehidupan. Di fase awal manusia bekerja keras mencukupi kehidupannya. Di saat itu ia tidak punya banyak waktu, sedikit istirahatnya. Namun setelah berkecukupan ia menjadi punya waktu luang, punya waktu libur, punya waktu istirahat tapi juga rentan dengan penyia-penyiaan dan berlebihan.
Di fase awal fase bekerja keras fase belajar keras karena di fase itu ia berada di zona yang tidak nyaman. Namun ketika ia sudah melewati melewati fase-fase itu dan mencapai zona nyaman seharusnya ia mencari zona yang tidak nyaman lagi. Karena zona nyaman itu seperti narkoba (drug). Seorang psikolog mengatakan, the comport zone is the most dangerous things. *** (Nano Warno, Ph.D., adalah Dosen STAI Sadra Jakarta)