Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Para Perampok di Jalan Tuhan [by Jalaluddin Rakhmat]

24/12/2021

0 Comments

 
“Sects and Errors are synonymous. If you are a peripatetic and I am a
Platonist, then we are both wrong, for you combat Plato only because
his illusions offend you, and I dislike Aristotle only because it
seems to me that he doesn’t know what he’s talking about.”
—Voltaire, 
Philosophical Dictionary.
​
“Aku tidak bisa melepaskan diri dari bayangan guruku. Ia masuk dalam
mimpi-mimpiku. Pada suatu malam aku pernah terbangun. Aku duduk dalam
lingkaran. Di situ ada guruku, Nabi Muhammad, Tuhan, dan Yesus.
Guruku menyebutku Hafshah, salah seorang istri Nabi Muhammad. Aku
pernah melihat Nabi Muhammad datang kepadaku; memanggilku dengan
mesra. Pendeknya, kemudian terjadilah pergaulan suami-istri antara
Hafshah dan Nabi Muhammad. Beberapa saat setelah itu, aku baru sadar
bahwa Hafshah itu aku dan Nabi Muhammad itu adalah guruku itu,”
Helen, bukan nama sebenarnya, mengadukan nasibnya kepadaku.

Helen sarjana dan profesional. Ia cerdas dan kaya. Ketika ia mulai
tertarik pada hal-hal spiritual, kawannya membawanya ke pengajian
tasawuf. Ia diperkenalkan kepada seorang ustad. Bukan ustad terkenal.
Tampaknya ustad itu tidak mengisi pengajian umum. Ia memusatkan
pengajarannya pada komunitas khusus dengan tema khusus. Di seluruh
alam semesta, hanya dia yang mempunyai pengetahuan khusus, ilmu
makrifat. Ia mau berbagi ilmu makrifat itu hanya kepada manusia-
manusia pilihan yang ingin berjumpa dengan Tuhan. Dengan mengamalkan
ritus-ritus tertentu—berzikir, berpuasa, dan bersemadi—Helen berhasil
melihat Tuhan. Berkali-kali sesudah itu, ia mengalami “trans”. Ia
bukan hanya berjumpa dengan Tuhan. Ia juga dapat berkencan dengan
para nabi.

Makin “dalam” pengalaman rohaniahnya, makin bergantung dia kepada
sang ustad. Helen yang cerdas kehilangan daya kritisnya ketika ia
mendengar kalimat-kalimat gurunya. Ia berikan apa pun yang
dimintanya, mulai waktu, uang, kendaraan, rumah, sampai
kehormatannya. Ia sudah menjadi `sujet’ di hadapan juru hipnotis.
Semua dilakukannya di bawah sadar, sampai ia disentakkan oleh salah
satu kuliah psikologi. Sebuah buku dengan judul “Saints and Madmen”
menyadarkan dia bahwa gurunya dan juga dia bukan orang suci, tapi
orang gila. Ia bukan mengalami pengalaman rohaniah, tapi gangguan
mental. Sayangnya, kesadaran itu muncul setelah ia kehilangan banyak.
Tak terhitung banyak orang seperti Helen. Manusia modern yang jenuh
dengan materialisme gersang. Ia merindukan pengalaman rohaniah. Ada
yang kosong dalam jiwanya. Kekosongan itu tidak bisa diisi dengan
seks, hiburan, kerja, bahkan ajaran-ajaran agama yang dianut oleh
kebanyakan masyarakat. Ia ingin `getting connected’ dengan Yang
Ilahi. Ia sudah kecapaian dengan logika dan angka. Ia ingin
meninggalkan dunia yang dingin dan kusam menuju alam yang hangat dan
cemerlang. Ia ingin mendapat—sebut saja—pencerahan rohaniah. Ia tidak
mendapatkannya dalam institusi-institusi agama.

Dalam kerinduan spiritual itu, muncullah guru. Ia menawarkan
pengalaman rohaniah yang “instan”. Kalau kamu sudah kecapaian dengan
logika dan angka, masuklah bersama guru ke dalam dunia rasa dan
percaya. Bunuh rasionalitas dan tumbuhkan spiritualitas (seakan-akan
keduanya bertentangan). Dengan memanipulasi ajaran-ajaran esoterik
dalam setiap agama, guru menegaskan—sambil mengutip Rumi—”di negeri
cinta, akal digantung”.

Kalau akal sudah digantung, terbukalah peluang bagi guru untuk
memanipulasi pikiran para pengikutnya. Aku menemukan bahwa teknik-
teknik menggantung akal yang dilakukan para guru itu sepenuhnya
melaksanakan nasihat Dostoyevsky dalam “The Brother of Karamazov”:
Ada tiga kekuatan, dan hanya tiga, yang dapat menaklukkan dan
melumpuhkan semangat para pemberontak ini. Yang tiga itu ialah
mukjizat, misteri, dan otoritas. Tentu saja hampir tidak ada di
antara para guru itu yang membaca Dostoyevsky.

Mukjizat sebenarnya adalah kumpulan dari halusinasi, ilusi, dan
delusi. Guru menciptakannya dengan “merusak” otak pengikutnya melalui
ritual yang aneh-aneh. Salah satu teknik yang paling populer dan
paling efektif adalah pengurangan waktu tidur (sleep deprivation),
apalagi bila dibarengi dengan tidak makan (food deprivation). Dalam
keadaan normal, otak kita mensintesiskan “pil tidur alamiah”
sepanjang waktu bangun kita. Sesuai dengan ritme biologis, kita tidur
pada waktu malam. Karena deprivasi tidur, pil tidur alamiah itu
berakumulasi dan bermetabolasi menjadi produk-produk beracun. Lalu
timbullah mula-mula gangguan mood—pergantian antara euforia dan
depresi. Menyusul gangguan mata yang menimbulkan halusinasi (melihat
cahaya dan benda-benda bergerak), delusi, dan puncaknya disorganisasi
pikiran (sederhananya, gangguan jiwa). Seperti pengurangan tidur,
guru juga menciptakan pengalaman rohaniah dengan upacara, seperti
latihan masuk kubur, gerakan kolektif yang berulang-ulang, atau
penggunaan obat-obat kimiawi. Murid mengira mereka mengalami
pengalaman gaib. Ahli neurologi menyebutnya kerusakan otak (brain
damage).

Karena pengalaman rohaniah yang mereka alami, mereka merasa dibawa ke
alam gaib. Di sekitar kehidupan guru berkumpul berbagai misteri. Guru
pemilik ilmu-ilmu yang sangat rahasia. Guru malah mengembangkan
bahasa sendiri. Istilah-istilah agama diberi makna baru. Perjalanan
bersama guru adalah perjalanan menyingkap tirai-tirai kegaiban. Murid
tidak bisa menyingkap rahasia itu tanpa bimbingan guru. Seperti kata
Dostoyevsky, dengan menggabungkan mukjizat, misteri, dan otoritas,
bertekuklah jiwa-jiwa kritis ke kaki sang Pembawa Pencerahan.

Helen sekarang sadar bahwa ia telah jatuh kepada perampok di jalan
Tuhan. Hati-hati, dalam perjalanan menuju pencerahan jiwa, Anda akan
disabot oleh apa yang disebut Jean Marie-Abgrall sebagai Soul-
Snatchers, para pencuri jiwa. Helen masih berjuang menyembuhkan luka-
luka jiwanya; sebenarnya kerusakan dalam otaknya. Aku menganjurkan
dia untuk berobat ke psikiater. Ia menolaknya.

Lama aku kehilangan Helen. Secara kebetulan, aku menemuinya dalam
satu acara. Aku menanyakan mengapa ia tidak lagi mengontak aku. Ia
menarik aku ke tempat sepi. Dengan muka yang penuh ketakutan, ia
berbisik: gurunya sudah tahu bahwa ia telah melaporkan keadaannya
kepadaku. Ia mendapat ancaman. Ia diperingatkan agar memutuskan semua
hubungan dengan masyarakat di luar komunitasnya.

Bersamaan dengan hilangnya Helen, Juliet Howell, peneliti sufisme
urban, muncul lagi di hadapanku. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu,
ia mewawancaraiku perihal tasawuf di masyarakat kota. Waktu itu aku
menyelenggarakan kelas-kelas tasawuf di daerah elite. Kali ini ia
bertanya tentang pengalamanku membina tasawuf. Ia juga bertanya
tentang yayasan kajian tasawuf yang aku kelola. Aku bilang aku sudah
tidak lagi berurusan dengan tasawuf. Ia bertanya tentang muridku yang
paling “sufi”. Aku jawab,” Ia sudah mencapai makrifat setelah belajar
dikuburkan hidup-hidup”.

Howell mendesak bagaimana caranya membedakan
gerakan tasawuf yang benar dengan gerakan para perampok di jalan
Tuhan. “Gunakanlah ukuran UUD dan UUS,” jawabku, “apabila Anda
menemukan gerakan itu ujung-ujungnya duit atau ujung-ujungnya seks,
Anda sudah disimpangkan dari jalan Tuhan.

Ada dua juga yang membedakan saints dengan madmen: bila setelah mendapat pengalaman rohaniah, Anda merasa diri Anda rendah dan bergairah untuk
menyebarkan kasih ke seluruh alam, Anda adalah orang suci. Bila Anda
merasakan diri Anda lebih saleh daripada semua orang dan Anda hanya
bergairah untuk mengasihi guru Anda, Anda adalah orang gila. Anda
sudah masuk perangkap Soul-Snatchers. Gitu aja, kok repot!”. ***

JALALUDDIN RAKHMAT adalah Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI)
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.