Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan pada setiap keadaan. Akhirnya, setelah sekian lama, dua orang yang paling ditunggu kiprah dan terobosannya di era pandemi ini terlihat juga. Yang terhormat Bapak Menteri Kesehatan dan Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ya, kita seakan-akan rindu kehadiran mereka. Sebagai rakyat kebanyakan, saya menduga Pak Presiden memilih kedua tokoh ini karena prestasi mereka yang out of the box. Pak Presiden ingin memberikan warna baru di dua bidang ini: Kesehatan dan Pendidikan.
Menariknya, di tengah masa pandemi, kita seperti kehilangan keduanya. Pak Menteri Kesehatan amat jarang terlihat mendampingi Pak Presiden. Bahkan di acara terkait covid-19 seperti pembukaan mal di Bekasi, atau lari pagi untuk menjaga kebugaran. Mas Menteri pun mahal terlihat. Mahasiswa ramai menaikkan tagar #mendikbuddicarimahasiswa atau riuh rendahnya perbincangan tentang sistem penerimaan peserta didik baru, Mas Menteri seakan-akan gaib. Tak ada respon yang kami ketahui.
Syukur pada Tuhan, dua hari lalu mereka berdua hadir, mengobati kerinduan. Pemerintah menggelar acara Keterangan Pers Penyenggaraan Tahun Ajaran dan Akademik baru. Karena sudah era PSBB proporsional, Jakarta mulai menggeliat. Perkantoran mulai dibuka. Menariknya, semua pembicara seakan ada di kantor mereka. Pak Sekjen Kemendikbud juga. Hanya Mas Menteri yang berlatarkan dinding dan gordyn. Kata kawan sejawat guru, “Mas Menteri seperti berada di hotel.” Bahkan tidak terlihat seperti berada di kediaman rumah. Entah di mana sebenarnya beliau berada.
Tapi itu tidak penting. Yang jadi perhatian adalah apa yang disampaikan, bagaimana persiapan Pemerintah, dalam hal ini dunia pendidikan menghadapi tahun ajaran di era pandemi. Adakah yang baru? Adakah yang belum kami tahu?
Bagi saya, belum banyak ada terobosan. Bahkan ketika seorang kawan bertanya bagaimana respon saya, saya menjawab: “Yang disampaikan Pak Mendikbud lebih pas disampaikan oleh Pak Menkes.” Karena pemaparan beliau lebih terkait dengan faktor kesehatan. Beliau menyampaikan tahapan pembukaan kembali Sekolah dengan syarat-syaratnya. Tapi sedikit sekali menyinggung hal keguruan, review pembelajaran jarak jauh, dan semisalnya. Bahkan, tak ada kalimat sapaan pada rekan-rekan guru yang berkutat dengan tantangan baru pendidikan di era pandemi ini. Saya juga menunggu kalimat inspiratif, kata-kata penyemangat untuk para murid, atau mahasiswa baru yang berhadapan dengan sistem penilaian yang baru. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru yang ramai di antara orangtua murid, seruan dan teriakan mahasiswa selama ini…tak ada yang masuk dalam agenda Mas Menteri.
Kawan saya bertanya, “Lalu, menurutmu, apa yang sebaiknya disampaikan?”
Pertama, menyapa seluruh stakeholders pendidikan. Memberi semangat pada Ibu dan Bapak guru yang telah berkreasi di tengah pandemi. Berterima kasih pada para orangtua yang telah mendampingi. Memotivasi anak-anak yang mungkin terdampak sindrom BLAST akhir-akhir ini (Boring, Lonely, Angry, Stressed, dan Tired).
Kedua, menyampaikan evaluasi umum pembelajaran dari rumah selama ini. Ini akan berdampak pada: penyederhanaan kurikulum, penyusunan ulang materi prioritas, dan penghindaran dari proses belajar dari rumah yang lebih bersifat pemberian tugas dari Sekolah.
Ketiga, memberikan beberapa alternatif tambahan. Kebetulan, dua hari sebelum Keterangan Pers Mas Menteri, saya dan sekolah kami mengikuti webinar internasional “Managing and Reopening Schools amid Covid-19” dengan peserta dari Kanada, Amerika, Timur Tengah, Australia dan banyak lagi. Begitu banyak alternatif yang dicoba sekolah-sekolah di berbagai negara itu. Sebuah (tingkat) distrik di California bahkan punya dokumen rinci tentang evaluasi pembelajaran jarak jauh dan syarat-syarat membuka sekolah kembali. Ada pula sekolah yang mencatat peningkatan prestasi akademik anak-anak, justru dengan pola belajar dari rumah. Catatan mereka antara lain karena: penyederhanaan kurikulum, anak belajar dengan jadwal yang lebih fleksibel, dan tidak adanya peer pressure.
Ada pula pola Hibrid, menggabungkan belajar daring dengan sebuah proyek bersama. Sekolah-sekolah kami mungkin akan mencoba cara itu. Di masyarakat, Pemerintah dapat mencoba mengaktifkan Pembelajaran Berbasis Komunitas. Rukun-rukun Tetangga atau RW dapat diberdayakan dengan partisipasi para warga.
Keempat, mengarahkan para guru untuk sebuah workshop dan persiapan era pandemi ini. Dengan beberapa staf khusus Presiden yang dekat dengan dunia milenial, termasuk Mas Menteri sendiri, maka training guru untuk Pembelajaran Jarak Jauh mutlak diperlukan.
Kelima, ajakan untuk lebih memperhatikan kesehatan mental anak-anak. Tumbuhkanlah komunikasi yang empatik antara guru dan murid. Hubungi mereka sesekali. Video Call atau berkirim kabar. Beri mereka sapaan-sapaan hangat. Saling memberilah, nanti kalian saling mencintai, sabda Baginda Nabi Saw. Berilah perhatian lebih, khususnya pada saat-saat seperti ini. Bayangkan, kantor dibuka, ekonomi disiapkan, maka ada orangtua bekerja yang akan meninggalkan anak-anak mereka di rumah. Orangtua tak lagi work from home.
Kalimat Mas Menteri itu sakti. Hal-hal yang mungkin sederhana bila disampaikan pada posisi Mas Menteri akan punya kekuatan berlipat ganda. Sampaikan juga bahwa Indonesia membentang dari Aceh hingga Papua. Tantangannya tentu tidak sama. Belajar dari Rumah yang dimaksud akan sangat berbeda. Merdeka Belajar yang Mas Menteri canangkan akan lebih menemukan arti. Berilah ketenangan pada para orangtua murid dan mahasiswa. Beberapa sekolah dan kampus diminta untuk melakukan penyesuaian biaya, karena sama sekali tidak ada kegiatan selama pandemi. Sampaikan solusi Pemerintah untuk itu. Bayangkan, ada kawan saya yang anak-anaknya bersekolah di sekolah negeri, dan menurutnya: “Anak saya sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri, dan Pemerintah gagal selama pandemi. Anak saya kayak liburan terpanjang selama hidupnya.”
Ya, ini memang tantangan bersama. Pemerintah mesti hadir. Tapi kalau melihat wajah Mas Menteri saja masih mahal di lingkungan Kemdikbud, mungkinkah berasumsi Mas Menteri sedang liburan juga?
Tentu saja tidak. Selamat bekerja dan berjuang Mas Menteri. Mudah-mudahan kali lain ada Keterangan Pers, latar belakang Mas Menteri bukan dinding dan gordyn lagi.
Salam hormat kami. Terima kasih untuk semua khidmat dan bakti. Majulah senantiasa pendidikan negeri ini. Tuhan selalu memberkati. ***
@miftahrakhmat
Tulisan dari Facebook: Enovita Miftah (diakses tanggal 17 Juni 2020, jam 20.05. wibb)