satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Namun tidak menutup kemungkinan,
seorang periwayat dapat berlaku objektif saat menuturkan narasi, dan
terlepas dari afiliasi yang diyakininya. Dapat disaksikan sepanjang sejarah
kodivikasi, para kolektor hadis Sunni telah merekam banyak narasi yang
datang dari para periwayat di mana keyakinan mereka berbeda bahkan
berseberangan. Hal itu bukanlah sesuatu yang terlewatkan dari metode para
kolektor atau kelalaian dalam sistim koleksi, namun yang menjadi prinsip
para kolektor Sunni dalam menentukan validitas sebuah riwayat adalah
keadilan (‘adalah), kejujuran (sidq) dan akurasi’ (dabt) para periwayatnya.