Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Peristiwa Karbala dan Bubur Suro [by Enton SS]

3/9/2020

0 Comments

 
BANYAK peristiwa pada bulan Muharam ini yang sering diperingati kaum Muslimin. Dua di antaranya  peringatan tahun baru Hijriah yang jatuh pada tanggal 1 Muharam dan kedua, peringatan tragedi terbunuhnya Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad  SAW di padang Karbala, Irak, pada tanggal 10 Muharam. 
Peringatan tragedi Karbala memiliki dimensi tersendiri meskipun lebih sedikit kaum Muslimin yang memperingatinya. Begitu membekasnya peristiwa itu, sehingga menumbuhkan sebuah tradisi di tengah masyarakat sebagai bentuk penghormatan atas syahidnya Imam Husein. Telah lahir demikian banyak puisi, prosa, buku, drama bahkan film yang mengambil tema Karbala.
 
Peristiwa di padang Karbala adalah fragmen yang mengabarkan pada kita salah satu sisi hitam dalam sejarah Islam. Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, penerus ajaran Nabi dan lambang kesucian, berhadapan dengan Yazid bin Muawiyah, penguasa tiran dan lambang kezaliman. Sudah digariskan hukum alam, kesucian dan kezaliman tidak bisa berjalan bergandengan.
 
Yazid adalah anak Muawiyah bin Abu Sufyan, tokoh pemberontak terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Abu Sufyan tokoh Quraisy yang masuk Islam setelah terdesak pada peristiwa penaklukan Mekah. Istri Abu Sufyan adalah Hindun, yang saking dendamnya, memakan jantung  Sayyidina Hamzah,  paman Nabi yang gugur pada perang Uhud.    
 
Sebuah perang yang tidak seimbang terjadi di Karbala. Imam Husein bersama sekitar 70 pengikutnya berhadapan dengan sekira 30.000 tentara Yazid yang dikomandani Ubadilillah bin Ziyad. Anggota kafilah kecil itu satu per satu gugur dengan mengenaskan. Termasuk anak-anak kecil dan para wanita yang tidak berdaya.
 
Puncaknya, Imam Husein syahid dan kepalanya dipenggal lalu diarak ke istana Yazid bin Muawiyah. Banyak penduduk Irak meratapinya, karena mereka tahu persis siapa lelaki yang disebut Rasulullah sebagai pemuka para penghuni surga itu. Peristiwa terbunuhnya Imam Husein terjadi pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah. Tanggal tersebut dikenal dengan nama Hari Asyura. Lidah Jawa melafalkannya menjadi Suro.
 
Kaum Muslimin di beberapa negara, menyelenggarakan peringatan Asyura secara besar-besaran. Menjadi ritual wajib tahunan yang tidak bisa ditinggalkan. Mereka mengadakan semacam teater massal di tempat terbuka. Lalu kisah penderitaan Husein dibacakan, semua orang menangis. Kemudian mereka berarak, sambil meneriakkan kalimat, "Setiap hari adalah Asyura, setiap tempat adalah Karbala."
 
Di Indonesia
 
Di Indonesia, peringatan Asyura memang tidak seheboh di Irak atau Iran. Tapi bukan tidak ada sama sekali. Sejak dulu peringatan ini dilangsungkan, dan pada umumnya dengan suasana yang sederhana. Kebanyakan dari mereka tidak tahu persis seperti apa tragedi itu terjadi dan apa motif di belakangnya. Hanya kesadaran tradisilah yang memandu mereka untuk tetap menyelenggarakan peringatan Asyura. 
 
Pada tahun 70-an, di beberapa tempat di Jawa Barat kegiatan ini masih berlangsung setiap tahun. Terutama di kampung-kampung. Pada tanggal 10 Muharam hampir setiap rumah memasak bubur merah dan putih yang disimpan terpisah. Bubur itu kemudian dikenal dengan bubur suro. Selanjutnya makanan itu dibawa ke masjid bersama dengan hahampangan (makanan ringan).
 
Di masjid telah berkumpul warga yang duduk bersila membentuk lingkaran. Orang yang dituakan atau imam masjid memimpin acara tersebut.  Seorang wanita separuh baya membacakan salawat dilanjutkan dengan pembacaan pujian pada Rasulullah dari Kitab al-Barzanji. Dalam dialek Sunda bunyinya berubah menjadi "berjanji". Kitab ini dikarang oleh Syekh Ja'far al-Barzanji bin Husein bin Abdul Karim yang lahir di Madinah tahun 1690 M.
 
Seusai "Barzanji" dibacakan, kemudian dilantunkan kisah hidup Imam Husein, perjuangannya menegakkan kadilan melawan kezaliman, berperang melawan penguasa Yazid Muawiyah, hingga syahidnya di Karbala. Tidak ada tangisan, tidak ada keharuan. Acara berlangsung datar-datar saja. Setelah pembacaan kisah selesai, jemaah pun menyantap hidangan. Anak-anak berebut mengambil mangkuk untuk bubur suro.
 
Sejumlah orang tua terkadang menjadikan Hari Asyura untuk menguatkan nama anaknya yang baru lahir. Biasanya orang tua membawa si bayi ke masjid, kemudian memperkenalkan namanya kepada hadirin. Dengan kata lain namanya dipatenkan. Karena itu, di masyarakat Sunda sering terdengar ungkapan, "Ngaran budak teh geus beunang ngabubur beureum ngabubur bodas." (Nama anak ini sudah dikuatkan dengan bubur merah dan bubur putih).
 
Dalam tradisi Jawa, biasanya peringatan Asyura dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat magis. Pada hari itu sering dilakukan pencucian benda-benda yang dianggap keramat, selain dilakukan pada 1 Muharam. Terdapat pula ritual khusus untuk menyambutnya.
 
Di beberapa tempat di luar Pulau Jawa, peringatan Hari Asyura jauh lebih meriah dan menjadi agenda pariwisata tahunan yang menyedot banyak pengunjung. Misalnya di Bengkulu ada upacara tradisional "Tabot" atau "Tabut". Di wilayah ini perayaan Asyura sudah diperingati lebih dari dua abad yang lalu. Tabut berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti "kotak kayu".
 
Menurut berbagai keterangan, tradisi Tabut dibawa ke Bengkulu oleh orang-orang Madras, India. Mereka adalah para pekerja yang membangun benteng Marlborought di Bengkulu,. Tradisi Tabut menggambarkan para pengikut Imam Husein bekerja keras mengumpulkan bagian-bagian jenazah pemimpin mereka, dan memakamkannya di Karbala. *** (Enton SS, pegiat pemberdayaan masyarakat)
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.