Kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah kebutuhan dan ketergantungan kepada Tuhan. Manusia itu adalah kaum faqir bahkan kefakiran itu sendiri.
Manusia itu sangat membutuhkan Tuhan, yaitu kebutuhan keberadaannya. Kebutuhan yang absolut dan tanpa itu manusia tidak ada. Manusia juga memiliki kebutuhan lain yaitu kalau dia tidak bergantung tidak bersandar kepada Tuhan maka dia akan kehilangan segala-galanya. Setiap saat setiap menit setiap hari setiap tahun dan sepanjang usianya manusia akan selalu membutuhkan Tuhan. Karena itu, manusia berdoa meminta setiap saat memohon dengan lisannya dengan kalbunya yang perasaannya dengan ilmunya dan segala macam yang ia miliki, memohon meminta kepada Allah untuk selalu menopang hidupnya.
La haula wala quwwata illa billah tidak ada daya dan upaya kecuali dengan bantuan dan kekuatan Allah subhanahu wa ta'ala.
Manusia meski memiliki ikhtiar yang diamanatkan Tuhan; hadiah yang luar biasa agar manusia merdeka dan bertanggung jawab atas amal-amalnya. Ikhtiyar adalah hadiah terbesar dan teragung yang dengan itu manusia dipercayai, diberi amanah diberi tugas.
Sekalipun demikian, manusia masih membutuhkan bimbingan hidayah Taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Ada pun untuk kebutuhan materi manusia harus menjadikan paradigma qana'ah yaitu all need is less.
All you need is last ini adalah judul buku karya Vicky yang best seller buku itu kecil tipis tapi isinya sangat bagus.
Anda ingin makan di pesta perkawinan anda tentu mengharapkan makanan yang enak dan mewah sebanding dengan kado Anda. Namun Anda juga siap mendapatkan mendapatkan yang tidak lengkap lauknya, bahkan Anda siap tidak mendapatkan makanan karena kehabisan.
Di tempat kerja ada pembagian hadiah dan meskipun anda menginginkan hadiah yang terbaik dan terbagus tapi anda juga siap mendapatkan hadiah yang paling murah. Hadiah yang paling tidak berharga bahkan juga siap tidak mendapatkan hadiah.
Ketika ibu bapak Anda meninggal anda menginginkan warisan yang adil warisan yang sempurna namun ada juga siap mendapatkan bagian yang paling kecil bahkan ada juga siap tidak mendapatkan apapun dari orang tua anda.
Tetangga memiliki anak anak salih yang banyak. Anda juga menginginkannya dan selalu berdoa dengan sungguh-sungguh namun anda juga rela dikaruniai hanya satu anak bahkan siap tidak memiliki anak sepanjang hidup anda.
Apa saja kesenangan yang kita inginkan, yang kita sukai namun yang paling sedikit yang sangat diharapkan, yang paling sederhana, paling kecil paling, paling minimal dan paling murah.
Sementara amal, kebahagiaan ,kebersamaan, kesempurnaan maka harapkanlah yang paling maksimal, yang paling tinggi, yang paling istimewa.
Kita menginginkan harta, uang, modal, kalau itu untuk kesenangan pribadi maka rendahkanlah ekspektasi anda. Sederhanakanlah keinginan anda, kurangilah keinginan anda.
Namun kalau harta, uang, modal itu alat untuk kebahagiaan orang lain. Alat untuk kemandirian orang lain, prasarana untuk kemandirian bersama, maka harapkanlah yang paling banyak, paling maksimal, paling melimpah demi kebahagiaan demi keberkahan bagi masyarakat.
Kalau anda ingin menghibur diri Anda dengan nonton film dengan main game atau dengan kesenangan kesenangan lain maka nikmatilah yang paling sederhana, yang paling mudah yang paling sedikit durasi waktunya.
Efek etos ini dalam kehidupan keseharian, kita akan memiliki mental batin selalu siap dengan kekurangan. Selalu menerima keadaan yang tidak sesuai, selalu bisa beradaptasi.
Dan pada akhirnya kita akan mematikan keingin subjektif, hasrat liar egois yang hanya berpusat pada kesenangan-kesenangan pribadi.
Di sini kaum materialistis dan hedonis akan mengalami paradox. Kelompok ini-meskipun secara lahiriah adalah para pencari kesenangan, para penikmat dan para pemuas tapi justru mereka akan merasakan kurang puas (less satisfied) dan kemudian tidak puas dan akhirnya menderita.
Kaum materialis dan hedonis selalu mencari kesenangan absolut di dunia padahal faktanya tidak ada kesenangan absolut. Kesenangan duniawi bercampur dengan derita. Untuk menikmati lezatnya makanan harus merasakan kelaparan yang sangat, untuk merasakan tegukan air yang segar harus merasakan rasa haus yang sangat pula. Untuk menikmati segala kenikmatan jasmaniyah harus didahului penderitaan penderitaan jasmaniyah pula.
Kaum materialis dan hedonis tidak rela dengan kekurangan kesenangan, tidak suka dengan faktor faktor negatif dalam kesenangan seperti sebentar, ujungnya penderitaan, penyesalan, mahal, menyita waktu, melemahkan kejiwaan manusia.
Kesenangan duniwiah itu menyakitkan jiwa. Apalagi yang durasinya lama, mahal dan menyita waktu. Jiwa itu membutuhkan nutrisi non materi seperti ilmu, hikmah (wisdom), kebersahajaan, tafakur (kontemplasi), aktifitas amal baik, doa, persahaban dengan Tuhan, altruisme, voluntir sosial, berbagi rejeki dan kebahagiaan, tantangan tantangan kehidupan dan lain-lain. *** (Ustadz Nano Warno, Ph.D., adalah dosen STAI Sadra Jakarta)