Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Selamat, Doktor Jalaluddin Rakhmat [Ust. Miftah F.Rakhmat]

1/8/2015

0 Comments

 
“Dr Jalaluddin Rakhmat adalah satu-satunya orang Syiah di Indonesia yang menghasilkan karya tulis akademik tentang Syiah.” Demikian kata Prof Dr Ahmad M Sewang MA, promotor utama. Dr Jalaluddin Rakhmat adalah doktor bidang pemikiran Islam, doktor ke 364 UIN Alauddin Makassar, lama Studi 4 tahun 4 bulan 14 hari.
Picture
Saya tak henti menitikkan airmata setiap kali melihat foto ayah saya. Kapan saja kawan-kawan mengirim foto dan berita kegiatan yang sedang dilakukannya, saya selalu terharu. Usia Bapak 70 tahun menurut penanggalan hijriah. Sepuh, tapi semangatnya tak pernah lusuh. Tua? Tidak, karena muda dan tua bukan perkara usia. Ia tentang karya yang dibangunnya.

Masa muda adalah ia yang hidupnya berisi dan penuh makna. Tua adalah duduk menepi, menarik diri, memandang pada apa yang sudah diselesaikannya, ditempuhnya, dicapainya.

Setiap kali berjumpa saya mencium tangannya. Bersama ciuman itu terbayang segala yang telah dilaluinya. Suka, duka, musibah, tantangan. Semuanya. Saya hirup aroma tangan itu dalam-dalam. Segala apa yang ada dalam diri saya adalah karenanya. Semua yang Allah Ta'ala alirkan pada saya adalah melaluinya. Jalan hidup saya tak pernah sama tanpa kehadirannya.

Benar, tak banyak Bapak bermain bersama kami--anak-anaknya. Masa kecil kami lewati mengetahui sekian naskah ia tulis, sekian diktat ia siapkan, buku-buku yang berserakan. Ada dua pesan Mamah pada kami: jangan ganggu Bapak kalau sudah bekerja, dan jangan pindahkan buku dari tempatnya. Di mana pun ia.

Maka kami sering memandangi Bapak dari belakang. Punggung yang memisahkan antara kami dan layar komputer atau mesin tik tempatnya bekerja. Sejak kecil, kami sudah tahu, Bapak bukan hanya milik kami. Tamu berdatangan silih berganti. Bapak pun sering meninggalkan kami. Undangan pengajian, khutbah, ceramah…berbagai tempat ia penuhi.

Kadang-kadang, saya dibawa serta. Dua tempat yang paling saya ingat adalah kajian Subuh di Masjid Cipaganti dan 'blusukan' di kompleks Jati Dua, sebuah pemukiman pemulung tepat di depan Gedung Sate Bandung. Saya ingat Bapak menikahkan para pemulung itu. Walimah di kompleks tengah 'danau' itu berbalurkan bau sampah di sekitarnya. Saya tak pernah bertanya. Saya lihat bagaimana Bapak mengisi hidupnya.

Sejak awal itu, kami sudah tahu, Bapak bukan hanya milik kami, bahkan mungkin, tidak pernah jadi milik kami. Jalan hidup kami, jalan hidup yang dipilihkannya. Ketika terjadi gunjang-ganjing di Kampus tempatnya mengabdi, ia dipersonanongratakan. Kami sekeluarga 'hijrah' ke Iran. Di sana, Bapak berniat mengambil program doktoral di Fakultas Filsafat (Ilahiyyah) Univ. Teheran. Tapi proses administrasi yang sulit, lebih dari setahun lamanya, memberi banyak pertimbangan. Bapak (dan keluarga) pulang persis setelah muncul tanda penerimaan. Saya memilih untuk meneruskan studi di sana sedang keluarga pulang ke tanah air.

Begitu kembali ke tanah air, kami sekeluarga diajak serta ke Australia. Mencoba hidup di dua budaya yang berbeda. Bapak mengambil program Doktoral Ilmu Politik di Australian National University. Ia dijanjikan dan diberikan beasiswa oleh lembaga ilmiah dan penelitian di negeri ini. Proses beasiswa ternyata tak semudah yang diduga. Keluarga kesulitan keuangan. Adik saya, bahkan harus memecahkan celengannya, agar keluarga dapat bertahan. Mobil Toyota Accord di tanah air yang akan kami jual untuk bekal hidup di sana, mengalami kecelakaan. Menurut saksi mata, ia hancur begitu rupa, tak tersisa. Bahkan batang besi rongsokannya pun tak cukup dapat dijual sedikit pun juga.

Dalam seluruh perjalanan itu, Bapak punya tanggungjawab. Sekolah yang didirikannya, tempat-tempat kegiatan yang dibinanya. Ia tak pernah berhenti bekerja. Di rumah, selalu saja ada yang dibacanya. Ia selalu berkata, ''Bagiku, surga adalah tempat yang dipenuhi dengan banyak buku untuk dibaca...'' Makin sering ia diundang kajian. Makin jarang ia bersama kami berkegiatan. Milenium 20 ditutup dengan mencuatnya empat tokoh keagamaan ke pentas nasional: Bapak satu di antaranya.

Awal milenium bergulir, jalan itu semakin jelas ditempuhnya. Dalam sebuah dialog di televisi nasional, diadakan Diskusi Sunnah-Syiah. Saya mengantar Bapak pulang. Di jalan, Bapak berkata, ''Acara tadi sebuah deklarasi tentang Syiah di Indonesia.'' Saya menjawab, ''Tidak Pak. Garis kita tetap ukhuwwah. Bapak hadir tadi mewakili mazhab Syiah. Bila satu saat ada yang meminta Bapak diskusi mewakili Sunni, apa salahnya?''

Sejak itu, ramai kawan bertanya tentang jalan yang akan ditempuh Bapak. Dulu, orang Syiah masih sedikit bersuara, malu-malu, bahkan perhitungan melihat situasi yang ada. Tapi tidak dengan Bapak. Sejak awal milenium itu, gerakan pecinta keluarga Nabi Saw menemukan momentumnya. Bagai busur panah, ia melesat tinggi ke angkasa. Menorehkan guratan dalam langit sejarah Indonesia. Sejak saat itu pula penentangan makin kencang. Hasutan, fitnah, makian tak henti-henti datang. Kami pun tumbuh mengakrabinya. Pesan singkat, petikan yang menghujat, potongan gambar yang mengancam kadang-kadang singgah di layar telepon saya. Kawan-kawan itu baik hati. Kapan pun ada kabar yang mengkhawatirkan, mereka dengan cepat memberitahukannya. Saya harus memilah, menahan diri, dan pada saat yang sama juga waspada. Maka kepada siapa lagi kuadukan semua, kecuali kepada Dia.

Di hadapanNya saya tersungkur dan saya menangis. Begitu banyak saat penting, saya tak bersamanya. Begitu banyak saat genting, saya tak menjaganya. Maafkan Bapak, saya tak hadir di sana. Tetapi pada malam-malam itu kubacakan doa seorang anak untuk orangtuanya. Kumohonkan pada Dia sebaik-baiknya penjaga. Kusampaikan pada dia, sebaik-baiknya pecinta. Agar kasihNya dan kerinduan pada mereka senantiasa melindungi, menjaga, menaungi…dan membimbingmu, selamanya. Selamanya.

Kini, kami tahu jalan yang ditempuhnya. Tugas yang diembannya. Ia memilih untuk mewakafkan seluruh hidupnya untuk memperkenalkan keluarga Rasulullah Saw yang tercinta. Kerinduan pada Ahlul Bait Nabi menjadi motor yang menggerakkan seluruh dirinya. Ia hanya ingin datang dengan persembahan terbaik saat nanti menghadapNya.

Semua yang ia lakukan untuk keluarga suci tersayang. Maka ketika hari ini, ia pertahankan disertasi tentang penerima wasiat Nabi Muhammad Saw, saya tersungkur dalam haru. Di UIN Alauddin, Makassar, ia pancangkan tonggak para pecinta keluarga Nabi. Saya berharap, nun jauh di ufuk sana, para teladan kekasih hati menunggu saat menuai janji.

Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu. Saudaraku Syamsuddin Baharuddin dan teman-teman di Makassar yang gigih menghadapi berbagai hadangan. Saudara-saudara di IJABI, Yayasan Muthahhari, dan seluruh sahabat serta handai taulan.

Bendera itu telah dikukuhkan. Hari ini hari bersejarah. Mazhab keluarga Nabi Saw secara ilmiah dipertanggungjawabkan. Tak ada lagi dikotomi Sunnah-Syiah. Islam Sunni dan Islam Syiah adalah dua pilar penopang bangsa. Bagai burung yang terbang dengan dua sayapnya. Saya tahu, Bapak akan tetap menjadi jembatan itu. Bertahun-tahun lalu, ia menyebut dirinya ''Susyi'' Sunnah-Syiah. Kini, ia mengusung Islam Madani. Islam yang rahmatan lil 'aalamin, apa pun mazhab Anda, apa pun latar belakang kelompok Anda.

Selamat, Doktor Jalaluddin Rakhmat. Bahagia tak terkira, kami jadi bagian dari hidup Bapak. Maafkan kurangnya perkhidmatan. Ampuni kami yang hanya bisa mengantarmu, dengan doa dan tangisan. I love you. We love you. And we will always be with you.[]

Ust. Miftah F. Rakhmat adalah putra Dr Jalaluddin Rakhmat

 


0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Amal
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Fitrah
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadiah
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Nano Warno
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Qanaah
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waktu
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    April 2024
    March 2024
    November 2023
    October 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.