Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Selamat Jalan!

28/6/2017

0 Comments

 
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad

 
Ada keberkahan yang berangsur hilang. Ya, setelah bulan suci dilepaskan dengan kesempurnaan bilangannya. Setelah lebaran mengingatkan kita pada kesejatian kembali kita. Itulah mengapa, pada waktu hari raya, dianjurkan berdiri berlama-lama. Mematung di hadapan Tuhan dalam doa. Mengangkat tangan dalam shalat dan meminta. Itulah juga mengapa, Baginda Nabi Saw mencontohkan membaca surat Al-Ghasyiyah. Surat yang mengingatkan pada wajah-wajah yang ketakutan. Wajah-wajah yang penuh penyesalan. Karena amalan tak lebih dari debu yang beterbangan.
Aduhai, dan tidakkah setiap hari keberkahan itu berterbangan. Keberkahan itu ditepiskan.
 
Hari-hari ini, kita bertamu. Pada hari seperti ini, kita menerima tamu. Saling kunjung, saling memberi. Saling jumpa silih berbagi. Sebagian tinggal di rumah kita, sehari atau dua. Bahkan mungkin seminggu lamanya. Sebagian datang setelah berita, sebagian lagi muncul tiba-tiba. Semua mengantarkan bahagia. Keberkahan yang masih juga diantarkan bulan suci Ramadhan, bahkan setelah berlalunya.
 
Ya, kehadiran tamu adalah berkah tak terkira. Sungguh, tak ternilai kadarnya. Mari berguru pada para teladan kekasih hati kita. Merekalah yang mengajarkan kita rahasia hidup bermakna di dunia, dan bekal teramat berharga untuk perjalanan panjang sesudahnya. Sungguh, kami bersyukur Ya Allah diantarkan mengenal mereka. Mari mulai dari Baginda Nabi Saw, Sang Pangeran kerajaan Tuhan di akhirat dan dunia.
 
“Jika Allah Ta’ala kehendaki kebaikan pada diri seorang hamba, Allah Ta’ala anugerahkan baginya hadiah.” Para sahabat berkata: apa hadiah itu Ya Rasulallah?
 
“(Kehadiran) Tamu. Ia datang membawa rezeki. Dan ia pulang membawa dosa tuan rumah pergi. Saya ingin mengutip bahasa Arab Baginda Nabi Saw, karena apa yang disampaikan Rasulullah Saw selalu indah: yanzilu birizqihi wa yartahilu bidzunûbi ahli baitih. (Al-Nuri, Mustadrak al-Wasa’il, 16:258).
 
Bayangkan. Setiap tamu yang datang mengantarkan rezeki Tuhan. Dan setiap mereka berlalu, dosa kita diampuni Tuhan. Terkadang, karena tidak mengetahui kadar itu, karena tidak didekatkan pada ajaran Baginda Saw, kita menganggapnya biasa saja. Padahal di dalamnya ada keberkahan tak terkira.
 
Seperti ketika kita mengunjungi orang yang sakit. Kita saling mendoakan. Benar bahwa mengunjungi mereka adalah kewajiban, tetapi Allah Ta’ala hadirkan pahala yang besar bersamanya. “Tidak henti-hentinya para malaikat mendoakan ampunan bagi orang yang mengunjungi saudaranya yang sakit, hingga ia pulang ke rumahnya.” Atau riwayat dari Rasulullah Saw, “Barang siapa mengunjungi yang sakit, ia diliputi rahmat Allah Swt…” Rasulullah Saw lalu memberi isyarat pada sekeliling beliau seakan-akan menunjukkan seluruh tubuh kita dianugerahi rahmat, “…dan kalau ia duduk di sampingnya (orang yang sakit), rahmat itu bersamanya. Hingga ia berdiri dan pulang ke tempatnya.” (Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar 79:94).
 
Tidakkah kita berharap ampunan Allah Ta’ala? Bukankah kita bergantung pada luasnya rahmatNya? Tapi mengapa tak bersegera, mengunjungi saudara kita yang sedang sakit. Bayangkan rahmat yang luas itu, bila kita merawat saudara, keluarga, orangtua kita yang terbaring tanpa daya. Kita wajib memohon doa pada mereka.
 
Demikian pula, kehadiran tamu. Kita tak tahu sesuatu itu berharga, hingga ia ditepiskan dari kita. Mari belajar dari tuan-tuan rumah di antara Najaf dan Karbala, yang memuliakan tamu mereka begitu rupa. Yang bahagia bila rumah mereka disinggahi, bila makanan mereka dinikmati, bila tubuh mereka diletihkan karena berkhidmat pada tamu yang berdatangan. Mereka pasti belajar dari para teladan suci mereka. Seperti Ali, Amirul Mu’minin ‘alaihis shalatu was salam.
 
Satu hari, Imam terlihat murung. Wajahnya menyiratkan mendung. Para sahabat bertanya, “Gerangan apa yang merisaukanmu?” Imam menjawab, “Sudah tujuh hari berlalu, dan tak datang seorang pun tamu.” (Al-Dailami, Irsyad al-Qulub, 1:136).
 
Favorit saya dari kalimat singkat Imam Ali as tentang tamu adalah berikut ini. “Tiga hal aku cintai dari dunia: menjamu tamu, berpuasa di musim panas, dan pukulan pedang.” (Mustadrak al-Wasail, 16: 259) Pilihan kata saya amat jauh mewakili hak kalimat Imam yang indah. Dalam Bahasa Arabnya, Imam berkata: ith’amud dhaif, was shaumu bis shaif, wad dharbu bis sayf. Puitis. Luar biasa!
 
Mari maknai kalimat Imam Ali as itu. Menjamu tamu adalah tiga hal yang Imam cintai. Dan Imam sandingkan (kemuliaannya) dengan berpuasa di musim panas. Puasa di musim panas berlangsung lama. Terik matahari membuat lapar dan dahaga lebih terasa. Dan Imam menikmati setiap detiknya. Lalu, Imam sandingkan pula dengan hantaman pedang di tubuhnya. Imam tidak mengaduh. Ia justru bersyukur. Pukulan pedang itu karunia teramat indahnya.
 
Kita mungkin tak kuasa diuji dengan hantaman pedang. Kita mungkin terhuyung-huyung berpuasa di musim panas yang panjang. Imam hadirkan kesempatan ketiga yang tak kalah mulianya: menjamu dan berkhidmat pada tamu. Ya Allah, betapa meruginya kami selama ini.
 
Terlalu banyak adab dan keberkahan memuliakan tamu itu. Saya bayangkan ia bisa jadi risalah tersendiri. Ah, terlalu banyak keinginan menulis ini dan itu. Ajaran para teladan suci teramat berharga setiap halnya. Ada bagian berkaitan dengan tuan rumah, tamu, adab bertamu, adab melayani tamu…dan sebagainya.
 
Bagi tuan rumah bila tak cukup memuliakan tamunya, ia bisa dianggap menzaliminya. Menzalimi artinya tidak menunaikan haknya. Seperti pertanyaan seorang sahabat pada Imam Ja’far as tentang makna Al-Qur’an Surat al-Nisa: 148, “Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang, kecuali oleh orang yang dianiaya..” Imam menjelaskan, “Bila seorang tuan rumah tidak melayani tamunya dengan baik, ia telah menzaliminya.” (Allamah Hur ‘Amili, Al-Wasail, 13:289)
 
Tetapi bersama ancaman siksa yang berat, selalu tersedia anugerah yang penuh berkat. Baginda Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa memuliakan tamunya, seakan-akan ia memuliakan tujuhpuluh nabi. Barangsiapa mengeluarkan satu dirham untuk tamunya, seakan-akan sejuta dirham diinfakkannya di jalan Allah Swt.” (Al-Dailami, Irsyad al-Qulub, 138).
 
Dan bersama tergelincirnya fajar bulan Syawal, satu persatu tamu yang berdatangan kembali ke kampung halaman. Sedikit demi sedikit keberkahan itu ditepiskan. Kemuliaan berkhidmat pada para nabi, perlahan-lahan dijauhkan.
 
Mohon kami dimaafkan, bagi setiap tamu yang telah berkenan meringankan langkah kedatangan. Bagi mereka yang memberkati kami dengan rezeki yang diturunkan Tuhan. Bagi mereka yang berlalu dengan dosa kami dalam ampunan. Bagi perkhidmatan yang setara dengan puasa di terik matahari, dan tebasan pedang di jalan Ilahi. Bagi kemuliaan duduk dan bersanding dengan tujuhpuluh nabi. Maafkan kekurangan perkhidmatan kami. Maafkan ketidakmampuan kami melayani.
 
Selamat jalan. Selamat kembali ke kampung halaman. Terima kasih telah berkenan, memuliakan kami dalam perkhidmatan.
 
“Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam saja. Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR. Abu Hurairah, Shahih Muslim: 47)
 
Tak memuliakan tamu, hilang keimanan, lepas keselamatan di hari kemudian. Ampuni, ampuni.
 
Mohon (entah untuk kesekian kali), maafkan kami.
Dan kami takkan pernah berhenti, untuk memohon maaf itu.
Selamat jalan, selamat kembali ke kampung halaman.
 
@miftahrakmat dan Bu Admin sekeluarga

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.