Allahumma Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
“Sekarang masjid meluas lagi,” kata Pak DKM pada saya usai saya mengisi shalat tarawih di masjidnya. “Kemarin, hari pertama, kami sampai harus menutup jalan. Masjid menyempit,” katanya. Kami tertawa.
Konsep meluas dan menyempit ini sebenarnya sejalan dengan ajaran Islam. Para sufi menyebutnya qabdh wa basth. Meluas dan menyempit, mencengkeram dan melonggar, daya tarik dan daya tolak. Tidak jarang, menjauh untuk mendekat. Kalimat yang terakhir kita bahas di tulisan yang lain.
You see, menurut pendapat ini, agama bukan sesuatu yang kaku. Agama itu fleksibel, menyesuaikan dan memberi jalan keluar dalam setiap keadaan. Bahasa Arab menyebutnya al-samhah. Ada satu hadits shahih yang ajaibnya kurang populer. Bu’itstu bil hanafiyyatis samhah. Hanafiyyah artinya benar, murni. Juga dirujuk sebagai makna keesaan Allah Ta’ala. Dan samhah, artinya memudahkan melapangkan, meluaskan, mengizinkan, membantu…dan semisalnya. Aku diutus dengan agama yang benar dan memudahkan. Mungkin demikian terjemahan haditsnya secara harfiah. Ayah saya menyederhakannya dengan menyebut konsep ini: Islam user-friendly. Pilihan kata yang menarik. ☺
Menariknya lagi, hadits-hadits tentang ini ternyata banyak. Sesungguhnya agama yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah al-hanafiyyah al-samhah (Shahih Bukhari, Kitab Iman, Bab al-Diinu Yusrun 1:23; Adab al-Mufrad 287); Sebaik-baiknya Islam adalah yang al-hanafiyyah al-samhah (al-Albani, Shahih al-Jami’ 1090). Rujuk lebih jauh tulisan saya tentang ini dalam pengantar buku Sunnah Nabi: Kajian 14 Hadits di https://www.altanwir.net/…/islam-user-friendly-ust-miftah-f… .
Walhasil, Islam itu memudahkan. “…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al-Baqarah [2]:185). “…Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…” (QS. Al-Hajj [22]:78). Dalam konteks ini, di dalam agama tidak ada yang menyulitkan, tidak ada yang menyempitkan.
Adapun tentang shalat tarawih, asal katanya satu akar dengan rauh dan istirahah. Artinya, dilakukan dengan tenang, santai, menyenangkan. Sesekali beristirahat. Tidak perlu tergesa-gesa. Konon, bahkan Baginda Nabi Saw hanya menjalankan shalat tarawih beberapa kali. Ada riwayat yang menyebutkan pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir Rasulullah Saw memimpin tarawih. Ada juga yang menyebutkan hanya tujuh malam terakhir. Ada juga yang menyebutkan pada tiga malam terakhir. Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, diriwayatkan orang shalat malam masing-masing, berpencar di berbagai tempat. Khalifah Umar kemudian memanggil Ubay bin Ka’ab, menjadikannya Imam dan mulailah tradisi shalat tarawih berjamaah setiap malam sebagaimana yang kita kenal hingga sekarang ini. Khalifah Umar bahkan berkata, “Ni’ma bid’atin hadzihi.” Ini adalah sebaik-baik hal yang baru (diadakan). Hal yang baru itu disebut dengan bid’ah.
Di Tanah Suci, ada dua kali shalat tarawih. Bakda Isya dan jelang Subuh. Imam masjid akan membaca Al-Qur’an dari hafalan hingga mengkhatamnya beberapa kali. Di tanah air, kita punya tradisi tersendiri. Masjid yang meluas dan menyempit itu.
Alhamdulillah, pada hari-hari pertama, masjid penuh. Pada sepuluh hari kedua (mungkin) tempat perbelanjaan yang penuh. Dan pada sepuluh hari ketiga (boleh jadi) terminal, pelabuhan, dan bandara yang penuh. Serba-serbi bulan suci di kita punya negeri.
Semua tergantung niat. Islam adalah agama yang memudahkan. Boleh jadi, begini kaum Muslimin di negeri kita memandangnya. Sepuluh hari pertama, beribadah pada Allah Ta’ala, mendahulukan ibadah padaNya dari segala sesuatu. Sepuluh hari kedua, beribadah pada Allah Ta’ala melalui perkhidmatan pada keluarga (mengajaknya jalan-jalan, belanja, buka bersama, atau bertemu sanak saudara). Dan pada sepuluh hari ketiga, beribadah pada Allah Ta’ala dengan menyambungkan silaturahmi dengan kerabat yang jauh atau di kampung halaman. Indah bukan? Inilah Islam user friendly.
Jadi, bila kita melihat masjid meluas dan menyempit di hari-hari bulan suci ini, yakinlah saudara kita tengah beribadah pada Allah Ta’ala dalam bentuk peribadatan yang lainnya. Insya Allah. Mohon doa senantiasa. 😇 🙏🏼
@miftahrakhmat