Al-Tanwir
Hubungi Kami  >
  • Beranda
  • Berita
  • Buletin
  • LPII
  • Menjawab
  • Pustaka
  • Kontak

Tanda-tanda Orang yang Shalatnya Diterima Allah [by KH Jalaluddin Rakhmat]

4/8/2020

0 Comments

 
Sudah sering kita dengar bahwa shalat adalah tiang agama, bahwa shalat adalah amal yang paling dahulu diperiksa di hari kiamat. “Bila shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya; bila shalatnya rusak, rusak jugalah seluruh amalnya; “begitu kata Rasulullah saw. Sesekali mungkin kita merenung, baikkah shalat yang kita lakukan? Sewaktu-waktu mungkin kita bertanya, apakah shalat kita diterima Allah swt? Bukankah Allah pernah berfirman bahwa celakalah orang-orang yang shalat? Bukankah Rasulullah pernah berkata bahwa ada orang yang shalat dan shalatnya dilipat Tuhan seperti pakaian pada hari kiamat, dan dilemparkan ke wajahnya? Allah tidak menerima shalatnya.
 
Siapakah di antara kita yang shalatnya diterima Allah? Siapakah di antara yang hadir sekarang ini yang shalatnya tidak akan dilemparkan ke wajahnya? Apakah tanda-tanda orang yang shalatnya diterima Allah? Marilah kita renungkan firman Allah dalam sebuah hadis Qudsi. Jawaban Allah tentang ciri-ciri orang yang diterima shalatnya:
 
إِنَّمَا أََتَقَبَّلُ الصَّلاةَ مِمَّنْ تَوَاضَعَ بِهَا لِعُضْمَتِيْ وَلَمْ يَستَطِلْ بِهَا عَلىَ خَلْقِى وَلَمْ يَبِتْ مُصِرّاَ عَلىَ مَعْصِيَتِيْ وَقَطَعَ النَّهَارَ لِذِكْرِى وَرَحِمَ الْمَسَاكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَالأَرْمَلَةَ وَرَحِمَ الْمُصَابَ . ذَلِكَ نُوْرُهُ كَنُوْرِ الشَّمْسِ أَكْلأُهُ بِعِزَّتِى , وَاسْتَحْفشظُهُ مَلَئِكَتِى وَأَجْعَلُ لَهُ فِى الظَُلُمَاتِ نُوْراً وَالْجَهَالَةِ عِلْماً , مَثَلُهُ عَلىَ خَلْقِى كَمَثَلِ الْفِرْدَوْسِ فِى الْجَنَّةِ .   ( سيد سابق: إسلامنا )
 
“Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat dari orang yang merendahkan diri dengan shalatnya karena kebesaran-Ku, yang tidak menyombongkan diri kepada makhluk-Ku, yang tidak mengulangi maksiat kepada-Ku, yang mengisi sebagian siang dengan berdzikir kepada-Ku, yang menyayangi orang miskin, orang dalam perjalanan, wanita yang ditinggalkan suaminya, dan yang mengasihi orang yang ditimpa musibah. Cahayanya bagaikan cahaya matahari. Aku lindungi dia dengan kekuasaan-Ku. Aku perintahkan malaikat menjaganya. Aku jadikan cahaya dalam kegelapannya. Aku berikan ilmu dalam ketidaktahuannya. Perumpamaannya dibandingkan dengan makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.”  (Sayid Sabiq, Islamuna, hl. 119)
 
Dari  hadis qudsi di atas, dapat kita simpulkan tanda-tanda orang yang diterima shalatnya, sebagai berikut:
 
Pertama: Dia yang merendahkan diri dengan shalatnya karena kebesaran-Ku. Shalat yang diterima ialah shalat yang dilakukan dengan penuh tawadhu’ karena kebesaran dan keagungan Allah.  Ini tampak pada kekhusyukan seluruh jiwa raga orang yang shalat. Ia merasa bahwa ia berdiri di hadapan Allah yang menguasai alam semesta. Diratakannya dahinya di atas tanah dengan hati bergetar karena ia tahu bahwa ia bersimpuh di muka Rabbul ‘alamin, yang menghidupkan dan mematikan dia. Suatu hari Rasulullah melihat ada orang yang mempermainkan janggutnya ketika shalat.
 
إَنَّمَا هَذَا لَوْ خَشَعَ قَلْبُهُ لَخَشَعَ جَوَارِحُهُ .
 
Andaikan orang ini khusyuk hatinya, akan khusyuk jugalah seluruh tubuhnya.

Karena itu, sebelum shalat, yang harus diluruskan lebih dahulu adalah hati. Hati itu seperti pohon, kata Al-Ghazali. Bila dahannya rindang, burung-burung pun senang hinggap di atasnya. Bila hati  bercabang, pikiran-pikiran dan nafsu pun senang bermain-main di dalamnya. Hadis ini menyatakan bahwa tawadhu’, merasakan kebesaran Allah swt., adalah syarat pertama untuk mencapai kekhusukan. Rasakan bahwa ketika Anda shalat, Anda tidak lagi berada di dunia ini. Anda mi’raj menemui Zat yang Mahabesar. Rasakan bahwa ketika Ansa shalat, Allah mengawasi segala gerak-gerik Anda, mendengarkan permohonan Anda, menyaksikan ruku’ dan sujud Anda. Masukkan ke  dalam hati dahsyatnya pertemuan dengan Penguasa alam semesta. Putuskan semua cabang hati yang berkaitan dengan dunia ini. Kata Rasulullah saw:
 
صَلُّوْا صَلاَة مَوَدَّعٍ 
“Shalatlah shalat perpisahan.”
 
Shalatlah shalat yang mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini. Kekhusyukan tidak akan pernah tercapai bila kecintaan kepada dunia menguasai hati.  Allah tidak akan terasa bila urusan dunia menjadi pusat perhatian.
 
Diriwayatkan bahwa Ali bin Husein, bila beliau wudu, pucat wajahnya, seakan-akan  menghadapi sesuatu yang menakutkan. Ketika ditanya apa gerangan yang menimpanya ketika wudu, ia menjawab:
 
أَتَدْرُوْنَ بَيْنَ يَدَيْ مَنْ أُرِيْدُ أَنْ أَقُوْمَ 
 
“Tahukah kamu, di hadapan siapa aku akan berdiri?” Ali bin Husein ingin mengingatkan kita bahwa pada waktu shalat, kita berhadapan dengan Allah Yang Mahabesar. Seorang di antara tabi’in, Khalaf bin Ayyub, membiarkan lalat yang hinggap pada tubuhnya ketika ia shalat. Ketika ditanya bagaimana ia bisa tahan menghadapi gangguan lalat, Khalaf menjawab, “Aku dengar, penjahat-penjahat tahan dicambuki cemeti raja, dan bangga atas ketahanan mereka. Mengapa aku tahan terhadap lalat, padahal aku berdiri di hadapan Allah Rabbul Alamin.” Inilah orang-orang yang tawadho’a biha li’uzmati, yang merendahkan diri karena kebesaran-Ku. Inilah orang-orang yang shalatnya di terima Allah. Karena merasa rendah di hadapan Allah, hilang jugalah kesombongannya terhadap sesama manusia. Semua makhluk tidak berarti di depan Rabbul ‘Izzati. Oleh karena itu, ciri yang kedua tadi orang yang diterima shalatnya ialah:
 
Kedua: Dia tidak menyombongkan diri kepada makhluk-Ku. Tawadhu’-nya dalam shalat melahirkan rendah hati dalam pergaulannya dengan sesama manusia. Kekuasaan tidak menyebabkan ia sombong karena ia tahu bahwa kekuasaan adalah amanat Allah. Kekayaan tidak menyebabkannya memperbudak orang lain karena ia tahu bahwa harta hanyalah titipan Allah. Pengetahuan tidak membuatnya tinggi diri sebab ia tahu bahwa pengetahuannya tidak seberapa dibandingkan dengan luasnya ilmu Ilahi. Orang yang shalatnya diterima tidak akan merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain. Rasulullah bersabda:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ خَرْدَلَةٌ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada perasaan sombong walaupun hanya sebesar debu saja.”
Tidak masuk ke dalam golongan yang diterima shalatnya kalau ia bertingkah laku sombong dan takabur terhadap sesamanya.
 
Ketiga: Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dalam hidup, sekali waktu kita pernah jatuh ke dalam maksiat, kecil atau besar. Mungkin pernah kita palsukan angka dalam kwitansi. Mungkin pernah kita berdusta kepada orang lain. Mungkin kita pernah menyakiti hati tetangga. Mungkin pernah kita memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Bahkan mungkin pernah kita menyebabkan orang lain menderita dalam hidupnya. Sebelum shalat, kenanglah kembali segala kesalahan yang sempat kita ingat. Merintihlah di hadapan Allah , dan ucapkan “Rabbighfirli. Ya Tuhanku ampunilah dosaku.” Setelah shalat jangan ulangi lagi maksiat yang pernah kita lakukan. Shalat yang diterima ialah shalat yang mengubah perilaku orang, yang menyebabkan menjauhi fahsya’ dan munkar, kejelekan dan dosa.
 
مكَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً .
 
“Barangsiapa shalatnya tidak menyebabkan dia menjauhi kekejian dan kemungkaran, shalatnya hanya akan menambah dia jauh dari Allah saja.”
 
Shalatnya bukan menjadi alat taqarrub, melainkan malah menjadi taba’uud (menjauhkan diri dari Rabbul-alamin). Karena itu, bila selesai shalat orang berdusta lagi, bila setelah sajalah disimpan ia memutar balik angka lagi, bila pulang Jumatan digunakannya jabatan untuk memeras orang lain, maka “shalatnya akan dilipat seperti kain buruk yang dibantingkan ke wajahnya.”
 
لُفَّتْ كَمَايُلَفُّ الثَّوْبُ الْخَلْقُ فَيُضْرَبُ بِهَا وَجْهُهُ
 
Karena itu, bila selesai shalat tidak lagi terharu melihat penderitaan orang lain, tidak mau memberi pertolongan kepada mereka yang memerlukan, tenggelam dalam kesenangan dirinya, maka ia termasuk dalam golongan yang disebut oleh Allah.
 
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ . الّّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ
 
“Celakalah orang yang shalat, yang lalai dalam shalatnya.  Yang ingin dipandang, yang tidak mau memberikan pertolongan.”
 
Keempat: Dia mengisi sebagian siangnya untuk berzikir kepada-Ku. Ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.,”Ya Rasulallah, syariat Islam sudah banyak pada diriku. Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku pegang teguh untuk selanjutnya.” Nabi Muhammad saw, menjawab:
 
لاَيَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِاللهِ
 
“Usahakanlah lidahmu selalu basah menyebut nama Allah. Jangan biarkan lidahmu kering tanpa menyebut nama Allah. Berzikir bukan saja disyariatkan setelah sembahyang, melainkan juga pada setiap saat, ketika berdiri, duduk, dan berbaring.” Pada satu majelis saja sahabat menemukan Rasulullah membaca istighfar seratus kali. Imam Bukhari memulai kumpulan hadisnya dengan innamal a’malu binniyyat, dan mengakhirinya dengan hadis: Ada dua kalimah yang dicintai Allah Ar-Rahman, yang ringan dalam lisan tetapi berat dalam timbangan:
 
سُبْحَانَ اللهِ بِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
 
Dengan itu Bukhari seakan-akan menginginkan kita bahwa setelah shalat kita dianjurkan banyak berzikir kepada-Nya. “Ketahuilah, hanya dengan zikir kepada Allah, tenteramlah hati” (Qs.Ar-Ra’d[13]:28).
 
Kelima: Dia menyayangi orang miskin, orang dalam perjalanan, wanita yang ditinggalkan suaminya, dan mengasihi orang yang mendapat musibah. Shalat yang diterima Allah tampak bekasnya dalam kehidupan orang yang melakukannya. Islam bukan saja datang untuk menegakkan akidah dan ibadah, melainkan juga membela manusia yang lemah; fakir miskin, orang yang kehabisan bekal, janda yang ditinggalkan suaminya, dan orang yang menderita. Orang kaya yang membuat sudut kecil di rumahnya untuk shalat tahajud di malam hari, tidak diterima shalatnya bila ia membiarkan tetangganya mati kelaparan, bila tidak tersentuh hatinya oleh penderitaan orang lain, bila acuh tak acuh saja terhadap masalah kemiskinan bangsanya. “Tidak akan masuk surga orang yang kenyang, padahal tetangganya kelaparan di sampingnya.” Kata Rasulullah saw.
 
Jika kelima ciri tersebut dijalankan, maka Allah berfirman: “Cahayanya bak cahaya matahari. Aku lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku suruh malaikat menjaganya. Aku berikan cahaya ketika ia kegelapan. Aku berikan ilmu ketika ia kebingungan. Orang semacam itu seperti firdaus di surga.” ***
 
SUMBER buku Khotbah-khotbah di Amerika karya Jalaluddin Rakhmat. Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung, tahun  1993; halaman 49-56.

0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.”
    ​
    ​ 
    (HR Al-Hakim dan Al-Thabrani)
    ​


    Picture

    Tema

    All
    Abu Nawas
    Adam
    Agama
    Ahlulbait
    Akal
    Akhlak
    Albirr
    Al-Husayn
    Ali Bin Abi Thalib
    Ali Bin Abu Thalib
    Al-Mizan
    Alquran
    Anak
    Arafah
    Arbain Walk
    Asep Salahudin
    Asyura
    Babul
    Bahasa
    Bahjah
    Bahlul
    Bangsa
    Barzakh
    Berkah
    Bicara
    Bidadari
    Bubur Suro
    Bukhari
    Buku
    Bulan Suci
    Cerita
    Cinta
    Covid 19
    Covid-19
    Depresi
    Doa
    Dogma
    Dosa
    Dua Belas Imam
    Dunia
    Emas
    Empati
    Epistemologi
    Fatwa
    Fidyah
    Fikih
    Filsafat
    Gaya Menulis
    Gender
    Gereja
    Ghuraba
    Globalisasi
    Guru
    Hadis
    Haji
    Happy Birthday
    Hari Anak Nasional
    Hasan
    Hasan Bashri
    Hermeneutika
    Hitler
    Husain
    Ibadah
    Identitas Arab Itu Ilusi
    Ideologi
    Idul Fitri
    Ihsan
    IJABI
    Ilmu
    Ilmu Kalam
    Imam
    Imam Ali
    Imam Ali Zainal Abidin
    Imam Husain
    Imam Mahdi
    Iman
    Imsak
    Indonesia
    Islam
    Islam Ilmiah
    Islam Madani
    Isra Mikraj
    Jalaluddin
    Jalaluddin Rakhmat
    Jihad
    Jiwa
    Jumat
    Kafir
    Kajian
    Kaki
    Kang Jalal
    Karbala
    Keadilan
    Kebahagiaan
    Kebangkitan Nasional
    Keluarga
    Kemanusiaan
    Kematian
    Kesehatan
    Khadijah
    Khalifah
    Khotbah Nabi
    Khutbah
    Kisah Sufi
    Kitab
    Kitab Sulaim
    Konflik
    Kurban Kolektif
    Lembah Abu Thalib
    Madrasah
    Makanan
    Malaikat
    Manasik
    Manusia
    Maqtal
    Marhaban
    Marjaiyyah
    Marxisme
    Masjid
    Mawla
    Mazhab
    Media
    Miftah
    Mohammad Hussain Fadhullah
    Mubaligh
    Muhammad Babul Ulum
    Muharram
    Mujtahid
    Mukmin
    Munggahan
    Murid
    Muslim
    Muslimin
    Musuh
    Muthahhari
    Myanmar
    Nabi
    Najaf
    Negara
    Neurotheology
    Nikah
    Nilai Islam
    Nusantara
    Orangtua
    Otak
    Palestina
    Pancasila
    Pandemi
    Pendidikan
    Penyintas
    Perampok
    Pernikahan
    Pesantren
    Politik
    Post Truth
    Pseudosufisme
    Puasa
    Pulang
    Racun
    Rakhnie
    Ramadhan
    Rasulullah
    Revisionis
    Rezeki
    Rindu
    Rumah
    Rumah Tangga
    Sahabat
    Sahur
    Saqifah
    Sastra
    Saudara
    Sayyidah Aminah
    Sayyidah Fatimah
    Sayyid Muhammad Hussein Fadhlullah
    Sejarah
    Sekolah
    Shahibah
    Shalat
    Shalawat
    Sidang Itsbat
    Silaturahmi
    Silsilah
    Sosial
    Spiritual
    Suami
    Suci
    Sufi
    Sunnah
    Sunni
    Surga
    Syahadah
    Syawal
    Syiah
    Tafsir
    Tajil
    Takfirisme
    Taklid
    Tanah
    Tarawih
    Tasawuf
    Tauhid
    Tsaqalayn
    Tuhan
    Ukhuwah
    Ulama
    Umat
    Umrah
    Waliyyul Amri
    Wasiat
    Wiladah
    Yatim
    Zawjah
    Ziarah

    Arsip

    January 2023
    December 2022
    November 2022
    July 2022
    June 2022
    March 2022
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    March 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    March 2020
    January 2020
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    May 2019
    April 2019
    March 2019
    January 2019
    September 2018
    July 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    June 2015
    May 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.