MASIH tentang tadwin hadis. Hasil investigasi kita berbeda dengan konsepsi sarjana Islam tradisional yang menyebut Nabi terlibat dalam larangan tadwin dan menjadi traveling theory dalam ilmu hadis konvensional. Temuan kita berbeda, Nabi terbebas dari politik larangan yang melibatkan elit Quraisy. Untuk sampai pada kesimpulan tersebut kita memakai metode abduktif yang menekankan the logic of discovery dan bukan the logic of justification yang dianut sarjana tradisional.
0 Comments
Wafat Sayyidah Fatimah Salamullah 'Alaiha dan The Untold Stories of 2020 [by Miftah F. Rakhmat]2/1/2021 Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad Perasaan itu datang lagi. Seperti ada yang menusuk mata dan menyedak di tenggorokan. Mata berat tertidur. Batin sulit tepekur. Demikian Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah menggambarkan kesabaran.
BANGSA Arab sebelum Islam tidak pernah mengandalkan tulisan dalam menjaga syair, roman kehidupan mereka dan juga nasab. Mereka hanya mengandalkan ingatan sehingga potensi hafalannya berkembang. Konon mereka dikenal dengan kekuatan dan kecepatan hafalan. Meski demikian, bukan berarti di antara mereka tidak ada yang mengenal baca tulis, karena masyarakat Makkah yang berprofesi sebagai pedagang membutuhkan keahlian menulis dan berhitung. Memang jumlahnya sangat sedikit. Oleh karena, itu Al-Quran menyebut bangsa Arab sebagai bangsa ummî. Perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi. Nabi sendiri sangat concern dalam mengajarkan baca tulis kepada umatnya. Beliau mengizinkan tawanan perang Badar untuk menebus dirinya dengan mengajarkan baca tulis kepada sepuluh putra-putri Anshar. Sebagian sukarelawan seperti Abdullah bin Said bin al-Ash, Said bin Rabi’ al-Khazraji, Basyir bin Tsa’labah, Aban bin Said al-Ash mengajarkan baca tulis di Masjid Madinah. Sehingga jumlah penulis pun bertambah banyak, para penulis wahyu mencapai empat puluh orang, ini belum dihitung para pencatat sedekah, surat-surat, dan perjanjian-perjanjian. Selanjutnya materi dapat Anda baca/unduh pada download file di bawah ini! ![]()
Hadis palsu dalam istilah ahli hadis disebut hadis maudhû‘. Semua ahli hadis sepakat menganggapnya sebagai hadis dha‘îf yang paling buruk kualitasnya. Orang yang membuat hadis palsu disebut al-wâdhi‘. Bentuk jamaknya al-wadhdhâ‘ûn. Mereka adalah para oknum yang sengaja berdusta, bukan karena salah (dengan tidak sengaja dalam meriwayatkan), tidak juga karena meriwayatkan dari para pendusta (kadzdzâb). Pemalsuan hadis, menurut pendapat mayoritas, belum terjadi di masa Nabi hidup. Mereka menolak pendapat yang menyatakan sejak zaman Nabi telah terjadi pemalsuan seperti yang diusung oleh Ahmad Amin. Menurut Ahmad Amin, hadis “man kadzdzaba alayya....” muncul sebagai reaksi atas adanya dusta dengan mengatasnamakan Rasulullah. Selanjutnya materi dapat Anda baca/unduh pada download file di bawah ini! ![]()
![]() Om swastiastu.... Sugeng enjing ka sadaya... Materi LPII pekan ini tentang berbagai istilah termasuk diskursus teori sanad (mata rantai/jalur periwayatan hadis) yang menjadi obyek keberatan Islamis Barat terhadap hadis nabi yang sempat ditanyakan oleh peserta pada pertemuan yang lalu. Selain catatan dari saya, materinya juga kita ambil dari kitab Minhaj Naqd fi 'Ulum al-Hadits karya Syaikh Nuruddin Al-'Itr, halaman 21-26, stressing pada halaman 24, tentang pengakuan 'Umar yang konon bergantian dengan orang Anshar untuk mengambil hadis dari Nabi. Riwayat ini untuk membuktikan tepat/tdaknya tesis orientalis tentang otoritas sanad dalam hadis yang sebenarnya bikinan orang Islam yang diproyeksikan ke belakang. Atau, apa yang orang Islam menyebutnya hadis tidak lain imajinasi mereka tentang orang-orang yang hidup pada periode awal Islam dan tdak mencerminkan apa yang sesungguhnya terjadi. Untuk mengesankan seolah imajinasi tersebut nyata dibuatlah rezim sanad untuk mengaitkan imajinasi tersebut dengan otoritas yang lebih tinggi. Menurut Michael Cook, rezim sanad adalah metode yang dipinjam oleh umat Islam dari tradisi Yahudi. Statement Cook ini ada dalam buku Kontroversi Hadis Nabi, diterbitkan Nansa Cendekia Bandung, hasil terjemahan Dr. Ali Masrur (dosen mata kuliah Studi Hadis di Barat, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung). Temuan Cook ini menggugurkan klaim sepihak ulama hadis yang selalu membangga-banggakan sanad sebagai satu satunya milik umat Islam. Bagaimana teori sanad bermula? Siapa yang bertanggungjawab terhadap pemalsuan sanad? Silahkan unduh kemudian dibaca, klik Download File ![]()
![]()
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad Selamat Hari Guru. Hari ini beredar kalimat-kalimat, “Profesi hanya ada dua: guru dan yang lain-lain. Karena setiap profesi akan memerlukan guru terlebih dulu.” Ketika Jepang kalah pada Perang Dunia kedua, Kaisar Hirohito bertanya, “Berapa jumlah guru?” Guru yang ditanyakan pertama kali. Dan yang agamis akan mengutip kalimat ini: “Falawla murabbi maa ‘araftu rabbi.” Tanpa guru, aku takkan mengenal tuhanku. Guru, abu ruhi. Guru, ayah ruhaniku. Demikian, hari ini pesan itu akan datang silih berganti. Guru diperingati setahun sekali. Tulisan ini tanpa kecuali. Padahal hak mereka teramat besar sekali. ILMU dirayah, ilmu al-riwayah, ilmu musthalah hadis, dengan beragam istilah yang terkait dengan sanad dan matan adalah produk pemikiran orang-orang Islam dalam evolusi kesejarahannya yang panjang. Oleh karena itu, ia akan selalu mengalami penyempurnaan. Tokoh yang disinyalir sebagai orang yang pertama kali menyusun ilmu ini adalah al-Qadhi Abu Muhammad al-Ramahurmuzi (w. 360 H). Sebenarnya pondasi dasar ilmu ini sudah muncul sebelum masanya. Waktu itu materinya masih bercampur dengan disiplin ilmu yang lain. Belum menjadi disiplin ilmu yang mandiri dan berdiri sendiri. Hal ini dapat dibaca dalam kitab Ushul al-Fiqh karya Imam Asy-Syafi’i, al-Risâlah. Juga dalam beberapa bagian dari kitab fikihnya, al-Umm. Imam Muslim dalam mukaddimah kitabnya juga menyebut syarat penerimaan dan penolakan sebuah hadis yang belakang hari menjadi bagian dari topik utama kajian ilmu hadis. Demikian juga Abu Isa al-Tirmidzi menulis judul al-‘Ilal al-Mufrad di bagian akhir adikarnyanya, al-Jâmi’ al-Shahîh, dimana ia menjelaskan metodologi ilmu hadis yang ia pakai. Tidak ketinggalan sang maestro hadis, Imam al-Bukhari, dalam tiga Kitab Târîkh-nya (al-Shaghîr, al-Ausâth, al-Kabîr) yang belakangan menjadi cabang dari ilmu hadis yang dirumuskan oleh para ahli yang datang kemudian yaitu ‘ilm al-rijâl. Selanjutnya klik Download File (PDF) ![]()
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
Mengapa Shalawat? Lima hal ada dalam shalawat. Pertama, “Allahumma” adalah mengesakan Allah Ta’ala, ini prinsip tauhid. Kedua, “shalli ‘ala Sayyidina Muhammad” adalah kesaksian kenabian Rasulullah Saw. Ini adalah nubuwwah. Saudara-saudaraku....
Malam ini kita meninggalkan rumah kita, kesibukan kita, dunia kita, untuk memasuki rumah baru, kesibukan baru dan dunia baru. Malam ini kita campakkan pakaian kita yang lusuh dan kotor, untuk kita kenakan busana yang baru dan bersih. Malam ini kita pusatkan pandangan kita pada berkas-berkas cahaya di ufuk jauh sejarah. |
Rasulullah saw bersabda:“Ketahuilah, aku kabarkan kepadamu perihal Mukmin. Mukmin ialah orang yang karena dia jiwa dan harta manusia terlindungi (aman). Muslim ialah yang selamat orang lain dari gangguan lidah dan tangannya. Mujahid ialah orang yang berjihad melawan nafsunya ketika mentaati Allah. Muhajir ialah yang menjauhi kesalahan dan dosa.” Tema
All
Arsip
January 2021
|